tag:blogger.com,1999:blog-32953118601026301392024-03-12T19:03:27.099-07:00SUPELSuara PeloporUnknownnoreply@blogger.comBlogger126125tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-57135867132475631472011-08-20T08:56:00.000-07:002011-08-20T14:45:17.917-07:00Pergerakan Di Indonesia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/-gYUIARB5Gxg/TlAqBvLtwOI/AAAAAAAAAfI/mnEKw5RL-3g/s1600/Copy%2Bof%2BGerakan%2BPasal%2B33.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 100px; height: 144px;" src="http://2.bp.blogspot.com/-gYUIARB5Gxg/TlAqBvLtwOI/AAAAAAAAAfI/mnEKw5RL-3g/s320/Copy%2Bof%2BGerakan%2BPasal%2B33.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5643056542429069538" /></a>
<br />Oleh : Ir. Soekarno
<br />
<br />Pergerakan tentu lahir
<br />
<br />Toh……..diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak; diberi pegangan atau tidak diberi pegangan; diberi penguat atau tidak diberi penguat, — tiap-tiap makhluk, tiap-tiap umat, tiap-tiap bangsa tidak boleh tidak, pasti akhirnya berbangkit, pasti akhirnya bangun, pasti akhirnya menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah terlalu sekali merasakan celakanya diri teraniaya oleh suatu daya angkara murka! Jangan lagi manusia, jangan lagi bangsa,– walau cacing pun tentu bergerak berkeluget-berkeluget kalau merasakan sakit!
<br />
<br />Seluruh riwayat dunia adalah riwayat golongan-golongan manusia atau bangsa-bangsa yang bergerak menghindarkan diri dari suatu keadaan yang celaka; seluruh riwayat dunia, menurut perkataan Herbert Spencer,[1] adalah riwayat “reactief verzet van verdrukte elementen”![2] Kita ingat pergerakan Yesus kristus dan agama Kristen yang menghindarkan rakyat-rakyat Yahudi dan rakyat-rakyat Lautan Tengah dari bawah kaki burung garuda Roma; kita ingat perjuangan rakyat Belanda yang menghindarkan diri dari bawah tindasan Spanyol; kita ingat pergerakan-pergerakan demokrasi kewargaan (burgerlijke democretie) yang menghindarkan rakyat-rakyat Eropa pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 dari bawah tindasan autokrasi dan absolutisme, kita menjadi saksi atas hebatnya pergerakan-pergerakan sosialisme yang mau menggugurkan takhta kapitalisme; kita mengetahui pergerakan rakyat Mesir di bawah pimpinan Arabi dan Zaglul Pasha[3] beserta pergerakan rakyat India dibawah pimpinan Tilak[4] atau gandhi melawan ketamakan asing; kita mengetahui perjuangan rakyat Tiongkok menjatuhkan absolutisme mancu dan melawan imperialisme Barat; kita telah bertahun-tahun melihat seluruh dunia Asia bergelora sebagai lautan mendidih menentang imperialisme asing, — tidakkah ini memang sudah terbawa oleh hakikat keadaan, tidakkah ini memang sudah terbawa oleh nafsu mempertahankan dan melindungi diri atau nafsu zelfbehound[5] yang ada pada tiap-tiap sesuatu yang bernyawa, tidakkah ini memang sudah “reactief verzet van verdrukte elementen” itu?
<br />
<br />Rakyat indonesia pun sekarang sejak 1908 sudah berbangkit; nafsu menyelamatkan diri sekarang sejak 1908 sudah menitis juga kepadanya! Imperialisme-modern yang mengaut-ngaut di Indonesia itu, imperialisme-modern yang menyebarkan kesengsaraan di mana-mana itu, — imperialisme-modern itu sudah menyinggung dan membangkitkan musuh-musuhnya sendiri. Raksasa Indonesia yang tadinya pingsan seolah-olah tak bernyawa, raksasa Indonesia itu sekarang sudah berdiri tegak dan sudah memasang tenaga! Saban kali ia mendapat hantaman, saban kali ia rebah, tetapi saban kali pula ia tegak kembali! Sebagai mempunyai kekuatan rahasia, sebagai mempunyai kekuatan penghidup, sebagai mempunyai aji-pancasona dan aji-candrabirawa, ia tidak bisa dibunuh dan malah makin lama makin tak terbilang pengikutnya!
<br />
<br />Amboi,– di manakah kekuatan duniawi yang bisa memadamkan semangat suatu bangsa, di manakahn kekuatan duniawi yang bisa menahan bangkitnya suatu rakyat yang mencari hidup, dimanakah kekuatan duniawi yang bisa membendung banjir yang digerakkan oleh tenaga-tenaga pergaulan hidup sendiri! Di manakah kebenaran jerita anggota-anggota dan sahabat-sahabat imperialisme yang mengatakan ini ialah bikinan beberapa kaum “penghasut”, yakni kaum “opruiers”[6] kaum “raddraaiers”,[7]kaum “ophitsers”[8] dan lain sebagainya dan yang oleh karenanya sama mengira bahwa pergerakan itu bisa dibunuh kalau “penghasutnya” semua dimasukkan bui, dibuang atau digantung? Puluhan, ratusan, ya, ribuan “penghasutnya” “opruiers” dan “ophitsers” sudah dibui atau dibuang,–tetapi adakah pergerakan itu berhenti, adakah pergerakan itu mundur, tidakkah pergerakan yang umurnya baru ± 20 tahun itu malahan semakin menjadi besar dan semakin menjadi umum?
<br />
<br />“Man totet den Geist nicht”, begitulah Freiligrath menyairkannya,–“ orang tak bisa membunuh semangat”! Di dalam tahun 1900, yakni sebelum di sini ada “ophitsers”, sebelum di sini ada “raddraaiers”, Ir. Van Kol sudah mendengungkan peringatannya di dalam Tweede Kamer demikian:
<br />
<br />“Teruslah……..sampai sekali waktu tiba akhirnya; sekali waktu, siapa tahu entah kapan, pasti meledak kekuatan rahasia”
<br />
<br />Dan sesungguhnya, “kekuatan rahasia” itu sudah meledak! Seluruh dunia sekarang melihat bangkit dan bergeraknya kekuatan rahasia itu!
<br />
<br />Seluruh dunia yang tidak sengaja membuta-tuli, mengertilah, bahwa kekuatan rahasia itu bukan bikinan manusia, tetapi bikinan pergaulan hidup yang mau mengobati diri sendiri. Seluruh dunia yang tulus hati mengertilah, bahwa pergerakan ini ialah antitesa imperialisme yang terbikin oleh imperialisme sendiri. Bukan bikinan “penghasut” bukan bikinan “opruiers”, bukan bikinan “raddraaiers”, bukan bikinan “ophitsers”—pergerakan ini ialah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan rakyat! Ir. Albarda di dalam Tweede Kamer memperingatkan: [9].
<br />
<br />“Diantara mereka, yang berwajib atau merasa wajib membicarakan peristiwa-peristiwa zaman di muka umum, ada yang senang menggambarkan pergerakan Bumiputra dan perkembangannya sebagai hasil pikiran-pikiran revolusioner Barat dan yang mengira bahwa pergerakan itu bisa ditindas dengan jalan menghadapinya dengan kebijakan pemerintah yang keras dan dengan mengerahkan polisi dan justisi melawan propagandis-propagandisnya. Pemandangan dan taktik yang demikian itu sangat dangkal dan menunjukkan bahwa mereka tidak punya pengertian sejarah dan tidak punya pengertian politik…. Pergerakan yang demikian itu terlahir dari keadaan-keadaan masyarakat dan dari perubahan-perubahan yang dialaminya. Pergerakan demikian itu juga akan lahir dan juga akan tumbuh, meskipun tidak pernah seorang Eropa yang revolusioner menjejakkan kakinya di Hindia. Pergerakan demikian itu, tumbuh terus, meskipun semua pemimpin dan propagandisnya dibasmi.
<br />
<br />Seperti juga dalam abad ke-16 pergerakan kerkhervorming[10] tidak terhenti dengan memburu-buru kaum bid’ah, seperti juga dalam abad ke-19 demokrasi-sosial tidak bisa dihancurkan oleh politik penindasan dengan kekerasan oleh Bismarck, begitu juga dalam abad ke-20 pergerakan Bumiputra tidak bisa didorong ke belakang, bahkan tidak bisa diberhentikan oleh kebijaksanaan pemerintah yang reaksioner. Pergerakan itu tumbuh terus dan tidak usah diragu-ragukan, bahwa ia akan mencapai cita-citanya, yakni memerdekakan penduduk Hindia dari penjajahan asing!….”
<br />
<br />Tuan-tuan Hakim barangkali berkata, “O, itu pemandangan kaum sosialis!”
<br />
<br />Jika demikian, marilah kita dengarkan Dr. Kraemer, seorang yang bukan sosialis, menulis dalam Koloniale Studien[11]
<br />
<br />“Di sinilah juga letaknya keterangan, mengapa oorang salah sangka sama sekali, apabila orang menyangka, bahwa apa yang disebut kebangunan dunia Timur itu atau di dalam lingkungan kita sendiri: pergerakan Bumiputra itu, hanya menjadi soal suatu lapisan Intelektuan yang tipis dan jumlahnya sangat kecil. Mau tidak mau “rakyat murba yang diam itu” juga ikut mendidih dalam kancah pergolakan itu”,
<br />
<br />dan Prof. Snouck Hurgronje, yang juga bukan kaum dogma, yang toh juga bukan kaum pembuta-tuli mengikuti sesuatu kepercayaan, tempo hari berkata:
<br />
<br />“Sumbernya”……dulu dan sekarang, bukan pemupukan beberapa ribu kaum intelektual, yang terlampau banyak mendapat pendidikan Barat dan tidak bisa ditampung oleh masyarakat Bumiputra, tapi rasa perlawanan di mana-mana terhadap penjajahan oleh orang-orang dari bangsa lain, rasa perlawanan yang kadang-kadang tampak keluar dan kadang-kadang tinggal terbenam……”[12]
<br />
<br />Bahwasanya, matahari bukan terbit karena ayam jantan berkokok, ayam jantan berkokok karena matahari terbit! Dan dengan sedikit perubahan, maka kami dari sini, bagi kaum-kaum yang masih saja mengira bahwa pergerakan itu bikinan “penghasut” mengobarkan lagi api pidato Jean Jaures, kampiun buruh Prancis yang termashur itu, di dalam dewan rakyat Prancis terhadap wakil-wakil kaum modal:
<br />
<br />“Ah, Tuan-tuan, alangkah anehnya Tuan-tuan sampai tersilaukan mata, dan mengatakan bahwa evolusi universal ini terjadi karena perbuatan beberapa orang saja! Tidakkah terkena hati Tuan-tuan oleh luasnya pergerakan kebangsaan sehingga terdapat di seluruh muka bumi? Dimana-mana, di semua negeri yang tidak merdeka, ia muncul pada waktu yang sama, semenjak sepuluh tahun yang kemudian ini, tidak mungkin lagi menggambarkan sejarah Mesir, India, Tiongkok, Filipina dan Indonesia dengan tidak juga menceritakan riwayat pergerakan nasional!… Dan di hadapan pergerakan umum yang menghela rakyat-rakyat Asia ini, rakyat-rakyat yang sangat berbeda satu sama lain, dalam iklim manapun mereka itu hidup, termasuk bangsa apa pun mereka itu,– di hadapan pergerakan yang demikian itulah Tuan-tuan bicara tentang beberapa orang Penghasut yang bertindak sendiri-sendiri. Tapi dengan menuduh seperti itu Tuan-tuan terlalu memberi penghormatan kepada orang-orang yang tuan tuduh, Tuan-tuan menganggap terlalu berkuasa orang-orang yang Tuan-tuan sebut penghasut itu. Bukanlah pekerjaan mereka sendiri meletuskan pergerakan yang demikian hebatnya; tarikan nafas lemah dari beberapa mulut manusia tidak cukup untuk meletuskan tofan bangsa-bangsa Asia ini!
<br />
<br />Tidak, Tuan-tuan, yang sebenarnya ialah: pergerakan ini timbul dari pusat kejadian-kejadian sendiri; ia timbul dari penderitaan-penderitaan yang tidak terhitung banyaknya dan sampai sekarang tidak menghubungkan diri satu sama lain, tapi mendapatkan kata semboyannya dalam semboyan menyerukan merdeka. Yang sebenarnya ialah, bahwa juga di Indonesia pergerakan nasional itu terlahir dari imperialisme yang didewa-dewakan oleh Tuan dan tidak kurang-kurangnya dari sistem drainage ekonomi yang semenjak berabad-abad bekerja di negeri itu…..Imperialisme itulah penghasut yang besar, imperialisme itulah penjahat besar yang menyuruh berontak: karena itu bawalah imperialisme itu ke depan polisi dan hakim!”[13]
<br />
<br />Benar sekali! “Bawalah imperialisme itu ke depan polisi dan hakim!”……
<br />
<br />Toh….bukan imperialisme, bukan anggota-anggota imperialisme, bukan sahabat-sahabat imperialisme, bukan Treub, bukan Trib, bukan Colijn, bukan Bruineman, bukan Fruin, bukan Ali Musa, bukan Wormser, yang kini berada di muka mahkamah tuan-tuan Hakim,– tetapi kami: Gatot Mangkoepradja, Maskoen, Soepriadinata, Soekarno!
<br />
<br />Apa boleh buat, biarlah nasib pemimpin begitu! Kami tidak merasa salah. Kami merasa bersih, kami tidak merasa melanggar hal-hal yang dituduhkan, sebagai nanti akan lebih jelas kami terangkan. Kami oleh karena itu, memang mengharap-harap dan menunggu-nunggu Tuan-tuan punya putusan bebas, mengharap-harap moga-moga Tuan-tuan mengambil putusan vrijspraak[14] adanya!
<br />
<br />Tetapi, tuan-tuan Hakim, marilah kami melanjutkan kami punya pidato pembelaan.
<br />
<br />“Ratu Adil”, “Heru Cakra”, dan lain sebagainya
<br />
<br />Pergerakan rakyat indonesia bukanlah bikinan kaum “penghasut”. Juga sebelum ada “penghasut” itu, juga zonder ada “penghasut” itu, udara Indonesia sudah penuh dengan hawa kesedihan merasakan kesengsaraan dan oleh karenanya, penuh pula dengan hawa keinginan menghindarkan diri dari kesengsaraan itu. Sejak berpuluh-puluh tahun udara Indonesia sudah penuh dengan hawa-hawa yang demikian itu. Sejak berpuluh-puluh tahun rakyat Indonesia itu hatinya selalu mengeluh, hatinya selalu menangis menunggu-nunggu datangnya wahyu yang akan menyalakan api pengharapan di dalamnya, menunggu-nunggu datangnya mantarm yang bisa menyanggupkan sesuap nasi dan sepotong ikan dan sepotong ikan kepadanya. Haraplah pikirkan, Tuan-tuan hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini hari masih terus menyalakan harapan rakyat,–apakah sebabnya seringkali kita mendengar bahwa di desa ini atau di desa itu telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”, atau turunan seorang dari Wali-Sanga. Tak lain tak bukan ialah oleh karena hati rakyat yang menangis itu,” tak berhenti-hentinya, tak habis-habisnya menungu-nunggu atau mengharap-harapkan “datangnya pertolongan, sebagaimana orang yang berada dalam kegelapan tak berhenti-hentinya pula saban jam, saban menit, saban detik, menunggu-nunggu dan mengharap-harap: “kapan, kapankah matahari terbit?”
<br />
<br />O, siapa yang mengerti akan sebab-sebab yang lebih dalam ini, siapa yang mengerti akan diepere ondergrond[15] dari kepercayaan rakyat ini, sebagaimana yang diterangkan pula oleh Prof. Snouck Hurgronje di dalam brosurnya “Vergeten Jubiles”[16], tentu sedih dan ikut menangislah hatinya, kalau ia saban kali mendengar suara rakyat meratap: “Kapan, kapankah Ratu Adil datang?”—tentu sedih dan menangislah hatinya pula dan tidak tertawa, jikalau ia saban kali melihat lekasnya dan setianya rakyat menyerahkan diri ke dalam tangan seorang kyai atau dukun yang menyebutkan diri “Heru Cakra” atau “Ratu Adil”!
<br />
<br /> “Selama kaum intelek Bumiputra belum bisa mengemukakan keberatan-keberatan bangsanya, maka “perbuatan-perbuatan yang mendahsyatkan” itu (yakni pemberontakan, Sk) adalah peledakan yang sewajarnya dari kemarahan yang disimpan-simpan dan perlawanan yang ditekan-tekan terhadap usaha yang bodoh untuk memerintah rakyat dengan tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh keinginan dan kepentingan-kepentingan mereka dan membikinnya jadi pedoman. Sebagaimana sekarang golongan-golongan besar dari bangsa Bumiputra senantiasa bersedia untuk dengan terus terang memihak kepada salah seorang intelektual bangsanya sendiri, yang dirasanya memperjuangkan kepentingannya, meskipun mereka itu “belum matang” untuk mengerti semua teori-teorinya, demikianlah mereka seringkali suka mengikuti pemimpin-pemimpin yang menjanjikan kepada mereka kemerdekaan yang bisa diperoleh dengan jalan rahasia dan dengan cara-cara rahasia, atau yang dengan cara sembunyi mengerahkan tentara untuk perang sabil dengan kaum kafir, bilamana ada kesempatan baik. Bahwa percobaan-percobaan yang demikian itu sia-sia saja, karena alat-alat untuk membuka jalan sama sekali tidak cukup, mereka tidak mengerti, dan demikianlah mereka menganggap setiap orang yang menjanjikan kepada mereka Ratu Adil, atau Mahdi atau pemerintahan yang adil, adalah nabi. Syarat-syarat hidup yang perlu, yang menurut perasaannya tidak diberikan kepadanya oleh alam, o;eh jalannya keadaan yang biasa, atau oleh penjajahan asing, mereka coba mencapainya dengan jala gaib yang luar biasa…dengan kepercayaan akan mendapat pertolongan tuhan,”
<br />
<br />begitulah kata Prof. Snouck Hurgronje.
<br />
<br />Dan sebagaimana sang kiai atau sang dukun itu bukan pembikin dari kepercayaan umum dan harapan umum atas kedatangan ratu Adil atau Heru Cakra itu, sebagaimana mereka mendapat pengaruh itu ialah, hanya oleh karena rakyat umum hatinya memang menangis mendoa-doa dan menunggu-nunggu datangnya Ratu Adil atau Heru Cakra itu, maka kami yang disebut “penghasut” bukanlah pula pembikin pergerakan rakyat sekarang ini dan bukanlah pula pengaruh kami itu terjadinya ialah oleh karena licinnya kami punya lidah atau tajamnya kami punya pena.
<br />
<br />Pergerakan rakyat adalah bikinan kesengsaraan rakyat, pengaruh kami diatas rakyat adalah pula bikinan kesengsaraan rakyat! Kami hanyalah menunjukkan jalan; kami hanyalah mencarikan bagian-bagian yang rata dan datar untuk aliran-aliran yang makin lama makin membanjir itu;– kami hanyalah menunjukkan tempat-tempat yang harus dilalui oleh banjit itu, agar supaya banjir itu bisa dengan sesempurna-sempurnanya mencapai Lautan Keselamatan dan Lautan Kebesaran adanya…..
<br />
<br />[1] Herbert Spencer (1820-1893); Seorang filusuf Inggris penganut empirisme.
<br />
<br />[2] reactief verzet van verdrukte elementen= perlawanan terhadap elemen yang menindas.
<br />
<br />[3] Arabi dan Zaglul Pasha, adallah pendiri partai Wafd di Mesir tahun 1918, diteruskan Mustafa Nahas Pasha dari 1927.
<br />
<br />[4] Tilak, Bal Gangdhar (1956-1920): Politikus India yang bersama-sama Gandhi memimpin Partai Kongres, kemudian diteruskan oleh nehru.
<br />
<br />[5] Zelfbehound= menolong diri sendiri (mandiri).
<br />
<br />[6] Opruiers= penghasut-penghasut
<br />
<br />[7] Raddraaiers= biang keladi
<br />
<br />[8] Ophitsers= penghasut-penghasut
<br />
<br />[9] Ir. Albarda, seorang sosialis Belanda di Tweede kamer, memberi peringatan kepada pemerintahnya pada tanggal 19 desember 1919.
<br />
<br />[10] Kerkhervorming= pembaharuan gereja (Protestan)
<br />
<br />[11] Dr.Kraemer (1888-19-) seorang ahli orientalis yang berada di Indonesia antara tahun 1921-1937, kemudian menulis buku “Koloniale Studien”, hal.5.
<br />
<br />[12] Dikutip dari ;Colijn over Indie” hal.12.
<br />[13] Dikutip dari pidato Jean Jaures (1859-1914) di Parlemen Prancis, tanggal 23 September 1903, “Rapport Jean Jaures” hal. 25, dengan sedikit perubahan.
<br />
<br />[14] Vrijspraak= bebas dari tuntutan
<br />
<br />[15] diepere ondergrond= rahasia yang lebih dalam
<br />
<br />[16] Vergeten Jubile’s= peringatan ulang tahun yang dilupakanUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-1897033584693741742011-04-30T11:21:00.000-07:002011-08-20T08:08:57.538-07:00Pernyataan Sikap LMND untuk Hari Buruh Internasional dan HardiknasMinggu, 01 Mei 2011
<br />Oleh : Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi(LMND)
<br />
<br />Hentikan Rezim Pembohong- Neoliberal
<br />SBY-Boediono Bangun Persatuan Nasional
<br />Untuk Kedaulatan dan Kemandirian Nasional
<br />
<br />Kita sulit menemukan penjelasan rasional ketika harapan perbaikan kehidupan rakyat Indonesia dapat dibangun oleh Pemerintah SBY-Boediono diatas fondasi kebijakan Neoliberal yang menghancurkan kepentingan nasional. Bagaimana mungkin pemerintahan SBY-Boediono dapat menciptakan lapangan kerja jika sumber-sumber energi dan perekonomian nasional dari hulu sampai ke hilir justru diserahkan kepada asing.
<br />
<br />Data Forum Rektor Indonesia pada 2007 menyebutkan bahwa dominasi korporasi asing yang saat ini menguasai 85,4% konsesi pertambangan migas, 70% kepemilikan saham di Bursa Efek Jakarta, dan lebih dari separuh (50%) kepemilikan perbankan di Indonesia. Sektor ekonomi yang penting seperti perkebunan, ritel, telekomunikasi, transportasi penerbangan, air minum, dan sektor strategis lainnya juga telah dikuasai oleh asing. Sehingga tidak mengherankan jika pertumbuhan ekonomi, yang diklaim pemerintah naik saat ini, tidak lain hanyalah pertumbuhan semu yang hanya dinikmati segelintir orang kaya.
<br />
<br />Sungguh ironis ketika ada 150 orang terkaya Indonesia sekarang ini menguasai Rp 650 triliun rupiah, tetapi ada 105 juta lebih orang miskin, yang harus cukup dengan 18.000 per hari. Kehidupan mayoritas rakyat Indonesia saat ini hidup dari sector informal (72,7 juta) dan untuk bertahan hidup harus bersandar pada konsumsi yang dibiayai melalui utang, seperti kredit konsumsi, program sosial neoliberal (BLT, KUR, BOS, PNPM, dan sebagainya) yang dibiayai dengan utang, program stimulus ekonomi yang juga dibiayai utang, hingga kenaikan gaji PNS dan TNI/Polri yang juga dibiayai dengan utang.
<br />
<br />Bersamaan dengan proses penghancuran ekonomi nasional, sistem pendidikan nasional dibawah pemerintahan SBY-Boediono tidak lebih daripada praktek Politik Etis di zaman Kolonial. Pendidikan nasional tidak diarahkan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sehingga dapat mengolah dan meningkatkan nilai tambah dari kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa.
<br />
<br />Pendidikan nasional telah diselewengkan hanya untuk memenuhi pasar tenaga kerja murah dan pelayan jasa bagi modal-modal internasional yang telah mengeruk kekayaan alam bangsa ini. Menurut data, preferensi pekerjaan yang banyak diisi oleh lulusan perguruan tinggi adalah bidang jasa (52 persen), perdagangan, hotel, restoran (14 persen), dan pertanian (10 persen).
<br />
<br />Bidang industri pengolahan hanya diminati oleh 8 persen lulusan. Sehingga tidak mengherankan jika saat industry nasional mengalami kehancuran, sistem pendidikan nasional justru menciptakan barisan pengangguran terdidik yang terus meningkat setiap tahunnya.
<br />
<br />Data Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah pengangguran terbuka (S-1) pada Februari 2007 sebanyak 409.900 orang. Setahun kemudian, pada Februari 2008 jumlah pengangguran terdidik bertambah 216.300 orang atau menjadi sekitar 626.200 orang.
<br />
<br />Jika setiap tahun jumlah kenaikan rata-rata 216.300, maka pada Februari 2011 telah terjadi peningkatan pengangguran terdidik S1 sejumlah terdapat 1.275.100 orang. Jumlah ini belum ditambah dengan pengangguran lulusan diploma (D-1, D-2, D-3) dalam rentang waktu 2007-2010 saja tercatat peningkatan sebanyak 519.900 orang atau naik sekitar 57%.
<br />
<br />Sementara itu, anggaran pendidikan sebesar 20% APBN yang selama ini digembar-gemborkan oleh pemerintah dalam realisasinya justru bukan didasarkan pada total jumlah APBN sebesar 1.229,5 trilliun. Fakta ini disampaikan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan, Hekinus Manao, bahwa pemenuhan amanat undang-undang dalam penyaluran anggaran pendidikan sebesar 20% diambil dari pos belanja pemerintah pusat pada APBN yang besarnya Rp 410,4 trilliun (Suara Pembaharuan, 2010).
<br />
<br />Sehingga tidak mengherankan jika pendidikan nasional tidak menunjukkan perbaikan terhadap akses terhadap mayoritas rakyat miskin, kualitas sarana infrastruktur, kurikulum, tenaga pengajar dan kualitas lulusannya.
<br />
<br />Dibawah Pemerintahan SBY-Boediono saat ini, kehidupan rakyat Indonesia telah nyata dikembalikan pada kondisi kolonial. Dan untuk melanggengkan kekuasaannya, kolonialisme akan terus melanggengkan keterbelakangan, kebodohan dan mentalitas inlander suatu bangsa.
<br />
<br />Untuk memutus mata-rantai itu, bangsa ini membutuhkan pemuda-pemuda cerdas dan progressif, yang sanggup menjadi pembawa “obor” pencerahan untuk kemajuan bangsanya. Oleh karenanya, pada peringatan hari Buruh Se Dunia dan Hari Pendidikan Nasional 2011 ini, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi menegaskan bahwa jalan untuk bangkit mandiri dari keterpurukan bangsa saat ini adalah :
<br />
<br />1.Melakukan Pencabutan terhadap berbagai UU yang berbau neoliberal (yang dibiayai oleh aing),UU 25/2007 tentang Penanaman Modal , UU 21/2002 tentang Ketenaga Listrikan,UU 2/2001 tentang Minyak dan Gas, UU 9/2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, UU 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau , UU 19/2003 tentang BUMN, RUU Pertanahan.
<br />
<br />2.Melakukan nasionalisasi terhadap pertambangan asing dan sector-sektor strategis lainnya bagi pembangunan industry nasional.
<br />
<br />3.Hapus hutang luar negeri yang menjadi instrument menciptakan ketergantungan terhadap ekonomi dan politik nasional serta membebani APBN.
<br />
<br />Akhir kata, kami mengajak kepada seluruh gerakan rakyat, pemuda, mahasiswa dan pelajar untuk membangun dan memperkuat persatuan nasional guna meng-HENTIKAN pemerintahan Neoliberal SBY-Boediono.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-64980494774969559692011-04-18T11:28:00.000-07:002011-08-20T08:47:45.484-07:00Gerakan Pemuda dan Mahasiswa Menggelar Konferensi PersSenin, 18 April 2011
<br />
<br />Jakarta–Gerakan pemuda dan Mahasiswa yang terdiri dari PMKRI,IMM,LMND, PMII,PII,SMI,KMHDI,KAMTRI,SENAT UKI,HIMAH,HMI MPO,dan GMKI, menggelar konferensi pers “Perubahan sudah tidak bisa ditunda” di Gedung Joang 45 JL. Menteng Raya 31, Jakarta Pusat.
<br />
<br />Mereka mengajak seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Marauke bergerak bersama-sama mewujudkan 7 cita-cita perubahan diantaranya Indonesia merdeka dari penjajahan gaya baru demi terwujudnya kedaulatan dan kemandirian bangsa dan supermasi hukum tanpa diskriminasi.
<br />
<br />Dalam konferensi pers itu, organisasi yang tergabung dalam Gerakan Pemuda dan Mahasiswa berbicara soal agenda perubahan Negara. Mereka menyimpulkan fakta historis telah mencatat peran strategis Pemuda dan Mahasiswa dari masa kemasa dalam mengawali pergerakan menuju perubahan dan cita-cita Bangsa dan Negara ini, kata Marsel saat membacakan kesimpulan konferensi pers.
<br />
<br />Tak hanya itu Marsel menjelaskan, pergerakan pra-kemerdekaan dan pasca kemerdekaan tak terlepas partisipasi aktif Pemuda dan Mahasiswa. Lanjutnya tujuan utama gerakan meniadakan bentuk penindasan, mengangkat harga diri Bangsa yang merdeka serta kemandirian dalam segala aspek kehidupan.
<br />
<br />Frase yang tepat untuk menggambarkan pelbagai kondisi Bangsa Indonesia saat ini, pemimpin yang mengalami impotensi moral, pejabat eksekutif maupun legislatif yang bermental budak.
<br />
<br />Kemiskinan yang akut, biaya pendidikan mahal, penjualan kekayaan alam kapada pemodal Asing, tandasnya. Menjauhi persatuan, serakah kekuasaan dan tak berjiwa Pancasila.
<br />
<br />Perampok tanah milik Rakyat, pengingkaran terhadap kebhinekaan Indonesia merupakan masalah yang mengerogoti dan mengancam Indonesia, kata Marsel. Kini akibatnya cita-cita kemerdekaan Indonesia untuk melindungi segenap Bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan Bangsa hanya menjadi formalisme dan deretan kalimat indah semata.( NSR )Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-30999919538936750972011-04-15T18:55:00.000-07:002011-04-15T18:59:58.772-07:00Menteri Darwin Janji Pasokan Listrik Bertambah 5.500 MWSabtu, 16 April 2011 <br /><br />Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh mengatakan, tahun ini pasokan listrik di Indonesia akan bertambah 5.500 megawatt (MW).<br /><br />“Tahun ini Insya Allah (tambah) 5.500 MW,” kata Darwin di kantornya, kemarin.<br /><br />Menurutnya, tahun ini rasio elektrifikasi harus bertambah 3 persen per tahun untuk konsumsi listrik di rumah tangga.<br /><br />“Kapasitas Insya Allah bertambah 5.000 MW, itu sangat besar. Untuk diketahui saja sudah cukup lama kita berada di angka 25.000 MW, dan kalau 10.000 MW pertama (Fast Track Program 10.000 MW tahap I) selesai, pasokan terus bertambah,” jelas Darwin.<br /><br />Darwin sebelumnya menyampaikan, di 2014 harus mengejar rasio elektrifikasi sebesar 80 persen dengan cepat. Dengan demikian, ketersediaan listrik di Indonesia terus meluas.<br /><br />“Di 2014, rasio elektrifikasi 80 persen, kelihatannya kita harus percepat 15 persen dalam 5 tahun. Jadi setahun 3 persen. Memang tak mudah dan ini tantangan berat,” ucap Darwin.<br /><br />Untuk diketahui, kemarin, Kementerian ESDM melakukan pergantian eselon I dan II. Salah satu yang diganti yakni Dirjen Listrik J Purwono digantikan oleh Jarman.<br /><br />Purwono diganti setelah menjadi tersangka KPK dalam kasus dugaan korupsi pengadaan dan pemasangan pembangkit listrik tenaga surya.<br /><br />Selain itu, pengangkatan pejabat struktural Eselon II juga tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1032 K/73/MEM/2011 tanggal 11 April 2011.<br /><br />Selain Jarman, Dede Ida Suhendra yang sebelumnya menjabat Kepala Sub Direktorat Perlindungan Lingkungan Mineral dan Batubara Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM dirotasi menjadi Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral pada Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM.( RM )<br /><br />Sumber berita:http://ekbis.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=24339Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-46012430170176447872011-04-15T09:50:00.000-07:002011-08-20T10:27:37.104-07:00Apa Sebab Negara Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila (Bagian Pertama)Jumat,15 April 2011
<br />Bungkarnoisme
<br />Oleh : Ir.Soekarno
<br />
<br />SAUDARA-SAUDARAKU sekalian
<br />
<br />Saya adalah orang islam, dan saya keluarga Negara Republik Indonesia. Sebagai orang islam, saya menyampaikan salami slam kepada saudara-saudara sekalian, “assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
<br />
<br />Sebagai warga Republik Indonesia, saya menyampaikan kepada saudara-saudara sekalian, baik yang beragama islam, baik beragama Hindu-Bali, baik yang beragama lain, kepada saudara-saudara sekalian saya menyampaikan salam nasional “Merdeka”!
<br />
<br />Tahukah saudara-saudara, arti perkataan “salam” sebagai bagian daripada perkataan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu? Salam artinya damai, sejahtera. Jikalau kita menyebutkan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, berarti damai dan sejahterahlah sampai kepadamu. Dan moga-moga rahmat dan berkat Allah jatuh kepadamu. Salam ber-arti damai, sejahtera. Maka oleh karena itu, saya minta ke-pada kita sekalian untuk merenungkan benar-benar akan arti perkataan “assalamu alaikum”.
<br />
<br />Salam—damai—sejahtera!
<br />Marilah kita bangsa Indonesia terutama sekalian yang beragama islam hidup damai dan sejahtera satu sama lain. Jangan kita bertengkar terlalu-lalu sampai membahayakan persatuan bangsa. Bahkan jangan kita sebagai gerombolan-gerombolan yang menyebutkan assalamu alaikum, akan tetapi membakar rumah-rumah rakyat.
<br />
<br />Salam—damai—sejahtera! Rukun—bersatu! Terutama sekali dalam didalam revolusi nasional kita belum selesai ini.
<br />
<br />Dan sebagai warganegara yang merdeka, saya tadi memekikkan pekik “Merdeka” bersama-sama dengan kamu. Kamu yang beragama islam, kamu yang beragama Kristen, kamu yang beragama Syiwa Buddha, Hindu-Bali atau agama lain. Pekik merdeka adalah pekik yang membuat rakyat Indonesia itu, walaupun jumlahnya 80 juta, menjadi bersatu tekad, memenuhi sumpahnya “sekali merdeka tetap merdeka”!
<br />
<br />Pekik merdeka, saudara-saudara, adalah “pekik pengikat”. Dan bukan saja pekik pengikat, melainkan adalah cetusan daripada bangsa yang berkuasa sendiri, dengan tiada ikatan imprealisme—dengan tiada ikatan penjajahan sedikit pun. Maka oleh karena itu, saudara-saudara, terutama sekali fase revolusi nasional kita sekarang ini, fase revolusi nasional belum selesai, jangan lupa kepada pekik merdeka! Tiap-tiap kali kita berjumpa satu sama lain, pekikkanlah pekik “merdeka”!
<br />
<br />Tatkala aku mengadakan perjalanan ke tanah suci beberapa pekan yang lalu, aku telah diminta oleh khalayak Indonesia dikota Singapura untuk mengadakan amanat kepada mereka. Ketahuilah, bahwa di Singapura itu berpuluh-puluh ribu orang Indonesia berdiam. Mereka bergembira, bahwa Presiden Republiknya lewat Singapura. Mereka menyambut kedatangan Presiden Republik Indonesia itu dengan gegap-gempita, dan diminta kepada Presiden Republik Indonesia untuk memberikan amanah kepadanya. Didalam amanah itu beberapa kali dipekikkan pekik “merdeka”.
<br />
<br />Apa lacur? Sesudah bapak meneruskan perjalanan ke Bangkok ke Rangoon, ke New Delhi, Karachi, ke Bagdad, ke Mesir, ke Negara Saudi Arabia, sesudah bapak meninggalkan kota Singapura, geger….pers imprealisme Singapura, saudara-saudara. Mereka berkata: “Presiden Soekarno kurang ajar”. Presiden Soekarno menjalankan ill-behavior, katanya. ill-behavior itu artinya tidak tau kesopanan. Apa sebabnya pers imprealisme mengatakan bapak menjalankan ill-behavior, kurang ajar? Kata mereka, toh tahu Singapura ini bukan negeri merdeka? Toh tahu, bahwa disini masih didalam kekuasaan asing, kok memekikkan pekik “merdeka”?
<br />
<br />Tatkala bapak kembali dari tanah suci, singgah lagi di Singapura, bapak dikeroyok oleh responden-responden dan wartawan-wartawan. Mereka menanyakan kepada bapak: “Tahukah PYM Presiden, bahwa tatkala PYM Presiden meninggalkan kota Singapura ddalam perjalanan ke Mesir dan tanah suci, PYM dituduh kurang ajar, kurang sopan, ill-behavior, oleh karena PYM memekikkan pekik merdeka dan mengajarkan kepada bangsa Indonesia disini memekikkan pekik merdeka? Apa jawab Paduka Yang Mulia atas tuduhan itu?”
<br />
<br />Bapak menjawab: “jikalau orang Indonesia berjumpa dengan orang Indonesia, warganegara Republik Indonesia berjumpa dengan warganegara Republik Indonesia, pendek kata jikalau orang Indonesia bertemu dengan orang Indonesia selalu memekikkan pekik “merdeka”! Jangankan di sorga, didalam neraka pun”!
<br />
<br />Nah…saudara-saudara dan anak-anakku sekalian, jangan lupa akan pekik merdeka itu. Gegap-gempitakan tiap-tiap kali pekik merdeka itu. Apalagi sebagai bapak katakan tadi dalam fase revolusi nasional kita yang belum selesai. Dus kuulangi lagi, sebagai manusia yang beragama islam, aku menyampaikan kepadamu salam “assalamu alaikum!” sebagai warganegara Republik Indonesia, aku menyampaikan kepadamu “merdeka!”
<br />
<br />Saudara-saudara, aku pulang dari Bali—beristirahat beberapa hari disana—diminta oleh Kongres Rakyat Jawa Timur untuk pada inti malam memberikan sedikit ceramah, wejangan, amanah, terutama sekali mengenai hal “apa sebabnya negara Republik Indonesi berdasarkan kepada Pancasila? Dan memberikan penerangan tentang hal Panca Dharma.
<br />
<br />Tadi, tatkala aku baru masuk gedung Gubernuran ini, hati kurang puas. Apa sebab? Terlalu jauh jarak rakyat dengan bung Karno. Maka oleh karena itulah saudara-saudaraku dan anak-anakku sekalian, maka bapak minta kepadamu pimpinan agar supaya saudara-saudara diberi izin lebih dekat. Sebab, saudara-saudara tahu isi hati bapak ini, isi hati Presiden, isi hati bung Karno, kalau jauh daripada rakyat rasanya seperti siksaan. Tetapi kalau dekat dengan rakyat, rasanya laksana Kokrosono turun dari pertapaannya.
<br />
<br />Permintaan Kongres Rakyat untuk memberikan amanat kepada saudara-saudara, insya Allah saya kabulkan. Dan dengarkan benar, aku berpidato disini bukan sekedar sebagai Soekarno. Bukan sekedar sebagai bung Karno. Bukan sekedar sebagai pak Karno. Aku berpidato disini sebagai Presiden Republik Indonesia! Sebagai Presiden Republik Indonesia aku diminta memberi penjelasan tentang Pancasila. Apa sebabnya negara Republik Indonesia didasarkan atasa Pancasila?
<br />
<br />Apa sebab? Tak lain dan tak bukan ialah oleh karena aku ini Presiden Republik Indonesia disumpah atas Undang-Undang dasar kita. Saya tadi berkata, bahwa saya memenuhi permintaan Kongres Rakyat Jawa Timur dengan penuh kesenangan hati, ialah oleh karena saya ini sebagai Presiden Republik disumpah atas dasar Undang-Undang dasar kita. Disumpah harus setia kepada Undang-Undang dasar kita. Didalam Undang-Undang dasar kita, dicantumkan satu mukadimah, kata pendahuluan. Dan didalam kata pendahuluan itu dengan tegas disebutkan Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan Indonesia yang bulat, Perikemanusiaan, Kedaulatan Rakyat, Keadilan Sosial”. Malahan bukan satu kali ini Pancasila itu disebutkan didalam Undang-Undang dasar kita. Sejak kita didalam tahun 1945 telah berkemas-kemas untuk menjadi suatu bangsa yang merdeka, sejak itu kita telah mengalami empat kali naskah.
<br />
<br />Sebelum kita mengadakan proklamasi 17 agustus, sudah ada naskah. Kemudian pada tanggal 17 agustus, satu naskah lagi. Kemudian tatkala RIS dibentuk, satu naskah lagi. Kemudian sesudah itu, tatkala kita kembali kepada zaman Republik Indonesia Kesatuan, satu naskah lagi. Empat kali naskah, saudara-saudara. Dan didalam keempat naskah itu dengan tegas disebutkan Pancasila.
<br />
<br />Pertama, tatkala kita didalam zaman Jepang, kita telah berkemas-kemas didalam tahun 1945 itu untuk menjadi bangsa yang merdeka. Pada waktu itu telah disusunlah satu naskah yang dinamakan “Charter Jakarta”. Didalam Charter Jakarta ini telah disebutkan dengan tegas lima azas yang hendak kita pakai sebagai pegangan untuk negara yang akan datang. “Ketuhanan yang maha esa, Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Kedaulatan Rakyat, Keadilan Sosial”.
<br />
<br />Demikian pula tatkala kita telah memproklamirkan kemerdekaan kita pada tanggal 17 agustus 1945, dengan tegas pula keesokan harinya, saudara-saudara, kukatakan dengan Undang-Undang Dasar yang kita pakai ini. Yaitu undang-undang dasar yang kita rencanakan pada waktu zaman Jepang dibawah ancaman bayonet Jepang; kita rencanakan satu undang-undang dasar daripada negara Republik Indonesia yang kita proklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945. Dan didalam Undang-Undang Dasar itu dengan tegas dikatakan Pancasila: “Ketuhanan yang maha esa, Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Kedaulatan Rakyat, Keadilan Sosial”.
<br />
<br />Tatkala berhubung dengan jalannya politik, negara Republik Indonesia Serikat dibentuk (RIS), pada waktu itu dibentuklah Undang-Undang Dasar RIS. Dan didalam mukadimah Undang-Undang Dasar RIS ini disebutkan lagi dengan tegas Pancasila.
<br />
<br />Kita tidak senang dengan federal-federalan. Segenap rakyat akan memprotes akan adanya susunan ini. Delapan bulan susunan federal ini. Delapan bulan susunan RIS berdiri, hancur lebur RIS, berdirilah negara Republik Indonesia Kesatuan. Dan Undang-Undang Dasar yang dipakai RIS ini diubah menjadi Undang-Undang Dasar Sementara daripada negara Republik Indonesia Kesatuan. Tetapi tidak diubah isi mukadimah yang mengandung Pancasila.
<br />
<br />Jadi, dengan tegas, saudara-saudara, jelas! Empat kali didalam sepuluh tahun ini kita melewati empat naskah. Tiap-tiap naskah menyebutkan Pancasila. Dan tatkala aku dengan karunia Alla SWT dinobatkan menjadi Presiden, aku disumpah. Dan isi sumpah itu antara lain setia kepada Undang-Undang Dasar. Maka oleh karena itulah, saudara-saudara, rasa sebagai kewajiban jikalau diminta oleh sesuatu golongan akan keterangan tentang Pancasila, memenuhi permintaan itu.
<br />
<br />Dan pada ini malam dengan mengucap suka syukur kehadira Allah SWT, aku berdiri dihadapan saudara-saudara. Berhadap-hadapan muka dengan kaum buruh, dengan pegawai, rakyat jelata, Pihak Angkatan Laut Republik Indonesia dan pihak tentara, dengan pihak Mobrig, pihak polisi, pihak perintis, dengan pemuda, dengan pemudi, berdiri dihadapan saudara-saudara dan anak-anak sekalian, yang telah datang membanjiri lapangan yang besar ini laksana air hujan. Aku mengucap banyak terima kasih kepadamu. Dan insya Allah, saudara-saudara, aku akan terangkan kepadamu tentang apa sebab negara Republik Indonesia didasarkan Pancasila.
<br />
<br />Saudara-saudara. Ada yang berkata Pancasila ini hanya sementara! Yah….jikalau diambil didalam arti itu, memang Pancasila adalah sementara. Tetapi bukan saja Pancasila adalah sementara, bahkan ketentuan didalam Undang-Undang Dasar kita, bahwa Sang Merah Putih bendera kita, itupun sementara! Segala Undang-Undang Dasar kita sekarang ini adalah sementara.
<br />
<br />Tidakkah tadi telah kukatakan, bahwa Undang-Undang Dasar yang kita pakai sekarang ini, malahan disebut Undang-Undang Dasar Sementara daripada negara Republik Indonesia? Apa sebab sementara? Yah…..oleh karena akhirnya nanti yang akan menentukan segala sesuatunya ialah konstituante.
<br />
<br />Maka itu saudara-saudara, kita akan mengadakan pemilihan umum dua kali. Pertama, pada tanggal 29 september nanti, insya Allah, untuk memilih DPR. Kemudian pada tanggal 5 desember untuk memilih konstituante adalah Badan pembentuk Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar yang tetap. Konstituante adalah pembentuk konstitusi. Konstitusi berarti Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar tetap bagi negara Republik Indonesia, yang sampai sekarang ini segala-segalanya masih sementara.
<br />
<br />Tetapi, saudara-saudara, jikalau ditanya kepadaku “Apa yang berisi kalbu bapak ini akan permohonan kepada Allah SWT? Terus terang aku berkata, jikalau saudara-saudara membelah dada bung Karno ini, permohonanku kepada Allah SWT ialah, saudara-saudara bisa membaca didalam dada bung Karno memohon kepada Allah SWT supaya negera Republik Indonesia tetap berdasarkan Pancasila.
<br />
<br />Yah…benar, bahwa segal sesuatunya adalah sementara. Tetapi aku berkata, bahwa Sang Merah Putih adalah sementara, adalah bendera Republik Indonesia pun sementara. Dan jikalau nanti konstituante bersidang, insa Allah, Saudara-saudaraku, siang dan malam bapak memohon kepada Allah SWT agar supaya konstituante tetap menetapkan bendera Sang Merah sebagai bendera negara Indonesia.
<br />
<br />Aku minta kepadamu sekalian, janganlah memperdebatkan Sang Merah Putih ii . jangan ada satu pihak yang mengusulkan warna lain sebagai bendera Republik Indonesia.
<br />
<br />Tahukah saudara-saudara, bahwa warna Merah Putih ini bukan buatan Republik Indonesia? Bukan buatan kita dari zaman pergerakan nasional. Apalagi bukan buatan bung Karno, bukan buatan bung Hatta! Enam ribu tahun sudah kita mengenal akan warna Merah Putih ini. Bukan beribu tahun, bukan dua ribu tahun, bukan tiga ribu tahun, bukan empat ribu tahun, bukan enam ribu tahun! Enaaaam….ribu tahun kita telah mengenal warna Merah Putih!
<br />
<br />Tatkala disini belum ada agama Kristen, belum ada agama Islam, belum ada agama Hindu, bangsa Indonesia telah mengagungkan warna Merah Putih. Pada waktu itu kita belum mengenal Tuhan dalam cara mengenal sebagai sekarang ini. Pada waktu itu yang kita sembah adalah matahari dan bulan. Pada waktu itu kita hanya mengira, bahwa yang memberi hidup itu matahari. Siang matahari, malam bulan. Matahari merah, bulan putih. Pada waktu itu kita telah mengagungkan warna Merah Putih.
<br />
<br />Kemudian bertambah kecerdasan kita. Kita lebih dalam menyelami akan hidup di alam ini. Kita memperhatikan segala sesuatu didalam alam ini dan kita melihat. Oh, alam ini ada yang hidup bergerak, ada yang tidak bergerak. Ada manusia dan binatang, makhluk-makhluk yang bergerak. Ada tumbuh-tumbuhan yang tidak bisa bergerak. “manusia dan binatang itu darahnya merah. Tumbuh-tumbuhan darahnya putih”. Getih-getah. Cuma i diganti a. Dulu kita mengagungkan matahari dan bulan yang didalam alam Hindu dinamakan Surya Chandra. Kemudian kita mengagunkan getah-getih. Merah-Putih, saudara-saudara, itu adalah fase kedua.
<br />
<br />Fase ketiga, manusia mengerti akan kejadian manusia. Mengerti, bahwa kejadian manusia ini adalah daripada perhubungan laki dan perempuan, perempuan dan laki. Orang mengerti perempuan adalah merah, laki adalah putih.
<br />
<br />Dan itulah sebabnya maka tidak turun-temurun mengagungkan merah putih. Apa yang dinamakan “gula-kelapa”, mengagungkan bubur bang putih. Itulah sebabnya maka kita kemudian tatkala kita, mempunyai negara-negara setelah mempunyai kerajaan-kerajaan, memakai merah putih itu sebagai bendera negara. Tatkala kita mempunyai kerajaan Singosari, merah putih telah berkibar terus dirampas oleh imprealisme asing. Tetapi didalam dada kita tetap hidup kecintaan kepada merah putih.
<br />
<br />Dan tatkala kita, mengadakan pergerakan nasional sejak tahun 1908, dengan lahirnya Budi Utomo dan diikuti oleh Serikat Islam, oleh NIP (National Indische Party), oleh ISDP oleh PKI, oleh Serikat Rakyat, oleh PPPK, oleh PBI, oleh Parindra, dan lain-lain, maka rakyat Indonesia tetap mencintai merah putih sebagai warna benderanya.
<br />
<br />Dan tatkala kita pada tanggal 17 agustus 1945 memproklamirkan kemerdekaan itu, dengan resmi kita menyatakan sang merah putih adalah bendera kemerdekaan kita.
<br />
<br />Itu semua jika dikatakan sementara, ya sementara ! sebab konstituante belum bersidang. konstituate mau mengubah warna ini?? lho, kok menurut haknya, boleh saja. Sebab konstituante itu adalah kekuasaan kita yang tertinggi. penyusun, pembentuk konstitusi. Jadi konstituante misalnya hendak menentukan warna bendera Negara Republik Indonesia bukan merah putih, yah mau dikatakan apa?
<br />
<br />Tetapi bapak berkata, bapak memohon kepada allah swt agar supaya warna merah putih tetap menjadi warna bendera bendera republik Indonesia.
<br />
<br />Kembali lagi kepada Indonesia. Jika dikatakan sementara, yaaa….sementara!
<br />
<br />Lagi-lagi bapak berkata ini berkata, allah swt, allah swt. Dan bapak pun bersyukur kehadirat allah swt, bahwa cita-cita bapak yang sudah bertahun-tahun untuk haji dikabulkan oleh allah swt. Lagi-lagi, allah swt.
<br />
<br />Saudara-saudara, jikalau aku meninggalkan dunia nanti, ini hanya tuhan mengetahui, dan tidak bisa dielakkan semua orang, jikalau ditanya oleh malaikat: hai….Soekarno, tatkala engkau hidup di dunia, engkau telah mengerjakan beberapa pekerjaan. Pekerjaan yang paling engkau cintai? Pekerjaan apa yang paling engkau kagumi? Pekerjaan apa yang paling engkau ucapkan syukur kepada allah swt? moga-moga saudara-saudara aku bisa menjawab–ya…bisa menjawab demikian tau tidaknya itu tergantung dari pada allah swt: “tatkala aku hidup didunia ini, aku telah ikut membentuk negara republik Indonesia. Aku telah ikut membentuk satu wadah bagi masyarakat Indonesia”.
<br />
<br />Sebagai sering kukatakan saudara-saudara, negara adalah wadah. Jikalau aku diberi karunia oleh allah swt mengerjakan pekerjaan satu ini saja, allahu akbar, aku akan berterima kasih setinggi langit. Yaitu untuk pekerjaan ini saja, ikut membentuk wadah. Wadahnya, wadahnya saja yang bernama negeri ini. Didalam wadah ini ada masyarakat. Wadah yang dinamakan negara ini adalah wadah untuk masyarakat.
<br />
<br />Membentuk wadah adalah lebih mudah daripada membentuk masyarakat. Membentuk wadah adalah sebenarnya bisa dijalankan dalam satu hari—wadah yang bernama negeri itu.
<br />
<br />Tidaklah, saudara-saudara, dari sejarah dunia kadang-kadang mendengar, bahwa oleh suatu konperensi kecil sekonyong-konyong diputuskan dibentuk negara ini, dibentuk negara itu. Misalnya, dahulu sesudah peperangan dunia yang pertama, tidakkah negara Cekoslowakia sekedar dengan coretan pena dari suatu konperensi kecil. Membentuk negara…., gampang! Dulu disini pernah dibentuk negara Indonesia Timur, negara Pasundan, hanya dengan dekrit Van Mook, saudara-saudara! Tetapi mencoba membentuk masyarakat, susah!.
<br />
<br />Membentuk masyarakat, kita harus bekerja siang dan malam, bertahun-tahun, berpuluh-tahun, kadang-kadang berwindu-windu, berabad-abad. Masyarakat apapun tidak gampang dibentuknya. Itu meminta pekerjaan kita terus menerus. Baik masyarakat islam, maupun masyarakat kristen maupun sosialis. Bukan bisa dibentuk dengan satu dekrit saudara-saudara, dengan satu tulisan, dengan satu unjau nafas manusia. Membentuk masyarakat makan waktu!
<br />
<br />Yah…, aku bermohon kepada tuhan, diperbolehkanlah hendaknya ikut membentuk masyarakat pula. Masyarakat di dalam wadah itu.
<br />
<br />Tetapi aku telah bersyukur seribu syukur kepada tuhan, jikalau nanti aku bisa menjawab kepada malaikat itu, bahwa hidupku di dunia ini antara lain-lain ialah telah ikut membentuk wadah ini saja. Membentuk wadah yang bernama negara dan wadah ini buat suatu masyarakat yang besar. Walaupun rapat ini lebih daripada satu juta manusia saudara-saudara, wadah ini bukan kok cuma buat satu juta manusia itu saja. Tidak! wadah yang bernama negara, negara yang bernama republik Indonesia itu adalah wadah untuk masyarakat Indonesia yang 80 juta, dari sabang sampai marauke! Dan masyarakat Indonesia ini adalah beraneka ragam, beraneka adat-istiadat, beraneka suku. Bertahun-tahun aku ikut memikirkan ini. Nanti jikalau allah swt memberikan kemerdekaan kepada kita, dulu berpikiran demikianlah bapak, jikalau negara republik Indonesia telah berdiri, segenap rakyat Indonesia yang 80 juta. Negara harus didasarkan apa?
<br />
<br />Tatkala aku masih berumur 25 tahun, aku telah memikirkan hal ini. Tatkala aku aktif didalam pergerakan, aku lebih-lebih lagi memikirkan hal ini. Tatkala dalam zaman Jepang, tetapi oleh karena tekad kita sendiri, usaha kita sendiri, pembantingan tulang sendiri, korbanan kita sendiri, tatkala fajar telah menyinsing, lebih-lebih kupikirkan lagi hal ini. Wadah ini hendaknya jangan retak. Wadah ini hendaknya utuh sekuat-sekuatnya. Wadah untuk segenap rakyat Indonesia, dari sabang sampai marauke yang beraneka agama, beraneka suku beraneka adat-istiadat.
<br />
<br />Sekarang aku menjadi presiden republik Indonesia adalah karunia tuhan. Aku tidak menyesal, bahwa aku telah memfomulirkan pancasila. Apa sebabnya? barangkali lebih daripada siapa pun di Indonesia ini, aku mengetahui akan keanekaan bangsa Indonesia ini, aku mengetahui publik Indonesia aku berkesempatan sering-sering untuk melewat ke daerah-daerah. Sering-sering aku naik kapal udara. Malahan jikalau didalam kapal udara aku sering-sering, katakanlah, main gila dengan pilot. Pilot terbanglah tinggi, lalu akan tanya kepadanya:
<br />“Saudara pilot, berapa tinggi ?”
<br />“12.000 kaki paduka yang mulia”
<br />“kurang tinggi, naikkan lagi”
<br />“13.000 kaki”
<br />“Hahaa…kurang tinggi bung!”
<br />“14.000 kaki”
<br />“kurang tinggi!”
<br />“15.000 kaki”
<br />“kurang tinggi”
<br />“16.000 kaki”
<br />“kurang tinggi”
<br />“17.000 kaki”
<br />“kurang tinggi”
<br />
<br />“sudah tidak bisa lagi, paduka yang mulia. Kapal udara kita sudah mencapai plafon’.
<br />
<br />Plafon itu ialah tempat yang setinggi-tingginya bagi kapal udara itu.
<br />
<br />Aku terbang dari barat ke timur, dari timur ke barat. Dari utara ke selatan, dari selatan ke utara. Aku melihat tanah air kita. Allahu akbar, cantiknya bukan main! dan bukan saja cantik, sehingga benarlah apa yang diucapkan oleh Multatuli didalam kitab “Max Havelar”, bahwa Indonesia ini adalah demikian cantiknya, sehingga ia sebutkan “Indulinde de zich daar slingert om den evenaar als een gordel van smaragd”. Indonesia yang laksana ikat pinggang terbuat daripada zamrud berlilit-lilit sekeliling khatulistiwa! Indahnya demikian.
<br />
<br />Ya…, memang saudara-saudara, jikalau engkau terbang 17.000 kaki diangkasa dan melihat kebawah, kelihatan betul-betul Indonesia ini adalaha sebagai ikat pinggang yang terbuat dari zamrud, melilit mengelilingi khatulistiwa, berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu pulau saudara melihat. Dan tiap-tiap pulau itu berwarna-warna. Ada yang hijau kehijauan, ada yang kuning kekuningan. Indah permai tanah air kita ini, saudara-saudara. Lebih daripada 3.000 pulau, bahkan kalau dihitung dengan yang kecil-kecil, 10.000 pulau.
<br />
<br />*)Pidato di Surabaya, 24 September 1955Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-5182358792958117782011-04-15T01:06:00.000-07:002011-04-15T01:10:33.294-07:00LMND Menyerahkan Gurita Hitam ke KPKJumat 15 April 2011 <br /><br />Jakarta –puluhan Aktifis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi, Jam 11.14, mengelar aksi teaterikal didepan gedung KPK, dan menyerahkan gurita hitam yang ditempel uang palsu kepada KPK, tak hanya itu masa juga menghambur-hamburkan uang palsu diatas gurita hitam. <br /><br />Kata Aldo dalam naskah yang dia bacakan aksi teaterikal ini kami buat sebagai simbol bahwa mengambarkan peran pemimpin dalam gedung istana gurita hitam. Tuturnya alkisah dari sebuah Negri hitam yang mana didalamnya praktek korupsi kolusi dan nepotisme (KKN ). <br /><br />Dia juga menjelaskan aneh bin ajaib praktek haram terkutuk itu dilakukan dengan sangat leluasa keji dan tanpa hati nurani. Barang siapa tunduk padanya akan bahagia dan dijamin hidupnya dengan syarat rela menghitamkam hatinya berani menindas rakyatnya dan harus setia pada dusta.<br /><br />Dalam orasi Rifai ketua Eksekutif Wilyah Jabotabek mengatakan dalam istana presiden hari ini terjadi begitu banyak korupsi , dan hari ini Negara kita semakin miskin begitu banyak, pengngguran dan kemiskinan, jelasnya kami berharap agar KPK dapat menyelesaikan kasus-kasus korupsi yang terjadi di Negri ini. <br /><br />Tuturnya dalam orasi kami mewakili segelintir Mahasiswa Indoneisa yang resah dan gelisah karena salah satu cita-cita besar perjuangan reformasi 1998 yakni pemberantasan korupsi kolusi neptisme (KKN) sampai keakar-akarnya, perlu diketahui kami kaum mahasiswa menyimpulkan bahwa situasi pemberantasan korupsi di Negara ini telah berjalan mundur. <br /><br />Tambahnya kami dan rakyat sudah merasa muak melihat berbagai sandiawara hukum yang berlarut-larut seperti Century, Gayus,maupun Miranda. Tampak jelas bagi kami, para koruptor itu masih terlalu kuat bagi KPK.<br /><br />Sambil menyerahkan boneka gurita hitam ke KPK yang diwakili oleh Pak Priharsa bagian humas KPK , Lamen Hendra Saputra ketua umum LMND mengatakan Gurita hitam ini kami berikan kepada KPK khususnya pak Busro, sebagai simbol kegelapan kepemimpinan dan penanganan hukum khususnya dalam hal korupsi, tuturnya, boneka gurita hitam ini harus dismpan diatas mejah Pak Busro, Lamen juga mengatakan, Liga Mahasiswa Naional untuk Demokrasi mengucpkan selamat menjalankan tugas, karna masih begitu banyak persoalan-persoalan korusi di Negri ini. ( NSR )Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-17123808417831656142011-04-13T01:21:00.000-07:002011-04-13T01:24:10.327-07:00Dari Diskusi Tentang SjahrirRabu, 13 April 2011 <br /><br />Editorial : Berdikari Online<br /><br />Tanggal 9 April 1966 merupakan tanggal meninggalnya salah satu tokoh pergerakan nasional Indonesia, atau juga seorang tokoh bangsa, Sutan Sjahrir. Dalam rangka peringatannya, sebuah diskusi dilangsungkan di Newseum Café kemarin, Senin (11/3). Diskusi ini menghadirkan pembicara masing-masing sejarawan, Dr. Rusdi Husein, budayawan, Jokosaw, dan wakil dari Jaker, AJ. Susmana. Dari diskusi ini terangkat sebuah persoalan yang, baik oleh peserta diskusi maupun para narasumber, dipandang relevan dengan situasi Indonesia saat ini, yaitu menyangkut taktik-taktik politik dalam perjuangan melawan penjajahan bentuk lama (kolonialisme), dengan perjuangan menghadapi penjajahan bentuk baru atau neoliberalisme.<br /><br />Adalah benar, bahwa tiap-tiap generasi menghadapi situasi yang berbeda, sehingga dibutuhkan taktik-taktik yang sesuai dengan konteks situasinya. Namun garis besarnya dapat dilihat dari sejarah yang tampak seperti berulang, dengan berakar dari situasi perkembangan kapitalisme di dunia. Indonesia menjadi bagian di dalam sistem dunia ini.<br /><br />Pada masa pra-kemerdekaan, Soekarno beberapa kali menulis tentang “imperialisme modern”, termasuk dalam pledoinya berjudul “Indonesia Menggugat” di hadapan pengadilan kolonial. Sambil mengutip beberapa teoritisi Marxis, oleh Soekarno, “imperialisme modern” dijelaskan sebagai bentuk ekspansi kapital dari Eropa, untuk menemukan bahan mentah, mencari pasar, dan mencari sasaran eksploitasi tenaga kerja murah lewat investasinya. Imperialisme modern juga membawa serta “politik etis” dan “politik pintu terbuka” yang sedikit memberikan kebebasan. Saat itu, investasi di sektor industri terjadi dalam skala besar (terutama pabrik gula), demikian pula pembangunan infrastruktur (seperti jalan dan kereta api) untuk menyokong kebutuhan kapital.<br /><br />Di masa rezim orde baru, dan terlebih sejak reformasi tahun 1998, investasi swasta asing yang eksploitatif justru telah dianggap sebagai malaikat penolong oleh pemerintah. Pembangunan infrastruktur pun terus dilakukan secara masif, dan hanya untuk memenuhi kebutuhan modal besar. “Politik pintu terbuka” terhadap kepentingan modal dari seluruh negeri pun sedang dijalankan. Nilai-nilai ‘etis’ diperkenalkan secara ilusif, seperti dalam konsep-konsep “demokratisasi”, “hak asasi manusia”, atau “pemerintahan bersih”, yang sesungguhnya tidak dapat berjalan di atas situasi penghisapan besar-besaran terhadap sumber-sumber kehidupan rakyat. “Imperialisme modern” yang lebih modern, sedang kembali mengambil tempatnya, baik di dunia maupun di Indonesia.<br /><br />Sejarah mencatat kiprah tiap-tiap tokoh politik menghadapi “imperialisme modern” di jamannya. Di dalamnya terdapat persetujuan ataupun ketidaksetujuan, terhadap pemikiran dan sikap politik masing-masing; antara taktik konfrontasi dan diplomasi, pilihan merdeka bertahap atau merdeka 100%, memilih kawan dan lawan, dan sebagainya. Kondisi perjuangan ini tidak lepas dari situasi internasional yang krusial. Para tokoh dapat suatu waktu dituduh sebagai kolaborator Jepang (misalnya terhadap: Soekarno dan Hatta), antek Belanda (Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifudin), boneka Soviet (Muso dan Tan Malaka), atau bergerak tanpa kiblat internasional meski tak terhindar dari stempel tertentu. Namun, keseluruhan perdebatan tersebut tetap berada di atas satu platform, yaitu Indonesia Merdeka.<br /><br />Tidak terkecuali bagi Sjahrir. Meskipun, banyak kritik dialamatkan kepadanya, yang dinilai sebagai sosok yang terlalu intelektualis, kebarat-baratan, dan bahkan sempat berada di kubu pemikiran anti-nasionalisme. Beberapa dari tuduhan tersebut dapat diklarifikasi, seperti dukungannya terhadap pemberontakan PRRI-Permesta, dan lainnya (seperti ketidaksepakatan dengan Soekarno mengenai konsep nasionalisme) dapat dikonfirmasi. Tetapi seperti apa pun kejadiannya, Sutan Sjahrir merupakan salah satu tokoh terpenting dalam tongkak sejarah kemerdekaan Indonesia.<br /><br />Sekarang rakyat Indonesia membutuhkan kemerdekaan penuh dari penjajahan bentuk baru. Dalam perkembangan “imperialisme modern” yang lebih modern ini, dibutuhkan telaah dengan cakupan yang lebih luas, sesuai luasnya jangkauan masalah yang telah diciptakan oleh sistem ini, baik sektoral maupun teritorial. Masih belum cukup banyak rakyat yang mengetahui neoliberalisme dan dampak-dampaknya. Dan lebih tidak memadai uraian solusi, berupa taktik-taktik politik bagi massa rakyat menghadapi neoliberalisme yang hadir di berbagai lapangan kehidupan. Namun, di tengah kekurangan itu, usaha perlawanan telah terjadi, dan niscaya akan terus terjadi. Perjuangan kemerdekaan Indonesia telah melalui usaha yang berat, dan dengan dinamika yang hidup di tengah rakyat. Banyak bahan berharga dapat dipelajari dari sejarah ini. Karenanya, kajian-kajian yang sedang dan akan dilakukan mengenai gagasan di masa lalu maupun kontemporer, perlahan tapi pasti akan menjawab berbagai persoalan. Di sini, keterbukaan untuk menjalin persatuan nasional seluas-luasnya di atas kepentingan seluruh rakyat merupakan salah satu tawaran yang patut dipertimbangkan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-88401657970777621152011-03-07T01:47:00.000-08:002011-03-07T01:50:29.228-08:00Membangun Gerakan Mahasiswa Progresif-Revolusioner Bukan Saatnya Bersandar Pada MomentumProses kejatuhan Soeharto adalah saat-saat revolusioner dalam sejarah gerakan mahasiswa Indonesia. Aksi-aksi mahasiswa dibeberapa kota sampai bisa menguasai Instansi-instansi pemerintah. Dengan tuntutan reformasi berupa : pergantian presiden, pengadilan Soeharto dan pencabutan Dwi Fungsi ABRI. Bahkan pada tanggal 19-21 Mei, ribuan mahasiswa di Jakarta sudah menguasai Gedung DPR/MPR menuntut agar Soeharto mundur. Dalam kurun waktu ini juga bermunculan beratus-ratus komite mahasiswa yang tersebar di berbagai kota. Komite-komite ini-lah yang mampu menggerakan ribuan mahasiswa untuk terlibat dalam aksi-aksi menuntut perubahan.<br /><br />Namun setelah berhasil menggulingkan Soeharto, secara kualitas dan kuantitas gerakan mahasiswa mengalami penurunan. Gerakan mahasiswa kembali bangkit mendekati momentum Sidang Istimewa MPR, pada pertengahan bulan Nopember. Tepatnya pada tanggal 13-14 Nopember 1998. Aksi-aksi besar-besaran terjadi di Jakarta, sekitar satu juta mahasiswa berkumpul didepan kampus Universitas Atmajaya, Jakarta. Kemudian, melakukan rally ke gedung DPR/MPR, sampai kemudian meletuslah insiden Semanggi yang mampu menyeret solidaritas mahasiswa di berbagai kota.<br /><br />Kemudian sejak Nopember 1998 sampai Juli 1999 praktis gerakan mahasiswa mati. Bahkan momentum pemilu dilewatkan dengan manis oleh gerakan mahasiswa. Memasuki akhir Juli, tepatnya ketika peringatan 27 Juli gerakan mahasiswa mulai bangkit kembali. Di kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Bandung, Tasik, Purwokerto melakukan aksi, dan di beberapa daerah bisa membangun front yang luas. Aksi besar kembali muncul ketika peringatan 17 Agustus, aksi-aksi kembali terjadi diberbagai kota. Namun relatif hanya gerakan mahasiswa di Jakarta yang mampu mempertahankan resistensinya dengan penolakannya terhadap RUU-PKB sampai SU MPR. Kota-kota lain tidak menunjukan resistensi yang kuat dengan dukungan mobilisasi yang kuat pula.<br /><br />Pasang surut gerakan mahasiswa, yang termanifestasi dalam aksi-aksinya, terlihat sekali bahwa hampir setiap organisasi perlawanan mahasiswa di berbagai kota, selama ini sangat bergantung pada momentum politik yang ada. Setiap ada momentum biasanya gerakan akan membesar, namun ketika tidak ada momentum maka gerakan akan kembali mengecil. Momentum memang sangat membantu dalam memobilisir perlawanan mahasiswa. Namun ketergantungan terhadap momentum yang ada hanya akan membuat gerakan menjadi statis dan mandeg. Hal ini tentu akan menghambat tercapainya perjuangan dalam gerakan mahasiswa.<br /><br />Kemandegan ini disebabkan adalah kesalahan cara pandang gerakan dalam menempatkan prioritas kerja organisasi. Roda gerak sebuah organisasi haruslah meletakkan prioritas utamanya pada pembangunan basis. Seluruh aktifitas, baik aktifitas sekretariat dan aktifitas panggung lainnya (diskusi besar/kecil dan bahkan aksi-aksi massa yang dilakukan) harus juga dimaknai sebagai pembangunan basis. Apabila pembangunan basis tidak dilakukan maka organisasi mudah sekali menjadi elitis, jauh dari massa, akibatnya adalah kesulitan mobilisasi dan jelas dampak paling buruk akan mudah mengalami kemandekan. Pembangunan basis adalah perwujudan konkret dari kepemimpinan dalam suatu wilayah kampus. Keberhasilan pembangunan basis diukur dari ke berhasilan struktur mobilisasi kita yang konkret. Yang tidak bergantung pada momentum politik saja. Akan tetapi bisa melakukan mobilisasi kapan saja dengan kesadaran penuh dari anggota-anggotanya.<br /><br />Suatu wilayah basis akan berdiri pada saat kehadiran kita di suatu kampus memegang peranan yang menentukan dalam menetapkan arah dan tujuan kedepan. Konkretnya bahwa organisasi-organisasi atau aliansi-aliansi berupa komite, solidaritas ataupun kelompok studi yang didirikan maupun organisasi-organisasi formal kampus seperti Senat, BEM, Pers Mahasiswa, UKM ada di bawah kepemimpinan langsung kita. Kepemimpinan langsung dijamin melalui kelompok inti kita yang memegang dan memiliki posisi berpengaruh dalam tubuh organisasi-organisasi yang ada. Dengan penguasaan tersebut, maka akan memudahkan struktur mobilisasi massa.<br /><br />Lebih lanjut, berikut adalah langkah-langkah dalam mengorganisir untuk penguasaan kampus.<br />Sebelum melakukan investigasi sosial terhadap satu kampus, kita harus terlebih dulu menentukan prioritas kampus dalam satu wilayah berdasarkan geo-politiknya untuk diorganisir. Dalam jumlah tenaga organiser yang masih sedikit tentu tidak semua kampus akan kita garap, terutama pada kota-kota yang memiliki banyak universitas. Prioritas kampus dipilih berdasarkan kampus-kampus yang bergolak, dan maju tidaknya (radikal/moderat) program tuntutannya.<br /><br />Setelah menentukan prioritas kampus maka langkah kita selanjutnya untuk membangun basis dalam satu kampus. Langkah pertama adalah melakukan investigasi terhadap kondisi ekonomi-politik kampus:<br /><br />Ciri Umum Mahasiswa<br /><br />Informasi paling penting yang harus betul-betul dipahami oleh para organiser adalah asal-usul kelas dan latar belakang ekonomi para mahasiswa. Analisis demikian kurang lebih bakal memungkinkan kita para organiser, memeriksa secara umum kepentingan-kepentingan dan sikap-sikap sosial mereka. Misalnya para mahasiswa yang berasal dari kelas atas pada umumnya lebih sulit untuk menyerap issu-issu sosial dibanding mereka yang berasal dari kalangan klas menengah dan klas bawah yang secara mudah bisa dan biasa merasakan kesulitan ekonomi.<br />Analisis berikutnya, yang harus diselidiki oleh para organiser adalah tingkat melek-politik para mahasiswa. Tingkat kesadaran politik dari mereka yang berada biasanya lebih rendah atau kurang, terlibat dalam persoalan-persoalan sosial yang tidak secara langsung mereka merasakannya dan tidak secara langsung menerima dampaknya. Di pihak lain, mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin pada umumnya lebih gampang menyerap persoalan-persoalan rakyat.<br /><br />Sekalipun demikian, hal ini tentu saja tidak berarti harus kaku, bahwa mahasiswa-mahasiswa kaya tidak akan pernah terlibat dalam aksi-aksi politik, atau sebaliknya, mahasiswa-mahasiswa miskin dapat juga bersikap apatis atau bahkan memusuhi aksi-aksi politik.<br /><br />Kemudian para organiser juga harus sadar dan awas terhadap bermacam-macam organisasi yang sudah ada. Keanggotaannya, pengaruhnya, fungsinya dan orientasinya. Hal ini akan memberikan jalan bagi organiser bagaimana kita akan berhubungan dan bergaul dengan mereka. Hal ini penting karena hanya dengan mengetahui kekuatan organisasi tersebut kita akan dapat menentukan garis politik kita terhadap mereka <br /><br />Pejabat-Pejabat Universitas dan Fakultas<br /><br />Soal lain yang penting yang harus dipertimbangkan oleh para organiser adalah pejabat Universitas atau Fakultas. Seorang organiser harus bisa menilainya dalam kerangka mencapai tujuan, keinginan dan orientasi yang dicita-citakan oleh organisasi kita.<br /><br />Hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan di antara mereka (para pejabat tersebut), tokoh-tokoh kunci yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan universitas atau Fakultas. Status ekonominya harus didapatkan sehingga kita akan memperoleh ide dan penilaian mengenai pandangan maupun sikap politik mereka.<br /><br />Persepsi dan analisis kita terhadap para pejabat akan kita masukan kedalam klasifikasi yang sudah kita buat sesuai dengan tujuan dan orientasi organisasi kita, yakni : (a) terbuka, (b) Represif atau menindas (c) Simpati, (d)Terang-terangan mendukung. Apabila mungkin kita perlu juga harus mengamati pengalaman-pengalaman organisasi lain yang berhadapan dengan para pejabat ini.<br /><br />Mengenai Issu<br /><br />Pemahaman yang tajam dan jelas terhadap persoalan-persoalan yang dewasa ini dihadapi oleh kalangan mahasiswa merupakan faktor kunci untuk keberhasilan mengorganisir. Dalam konteks kampus atau Universitas, persoalan-persoalan yang ada dapat digolongkan kedalam dua bentuk pokok, yaitu issu lokal dan issu nasional. Issu lokal adalah issu-issu yang berdampak langsung pada mahasiswa. Contohnya, kenaikan uang kuliah, fasilitas kuliah yang bobrok dan lain sebagainya. Sedangkan issu nasional adalah issu-issu jangka panjang dan belum menjadi perhatian yang mendesak bagi para mahasiswa.<br /><br />Walaupun demikian, tidak ada pemisahan yang tegas antara dua jenis issu tersebut. Tambahan lagi, tidaklah mutlak issu-issu lokal atau kampus memperoleh perhatian penuh dari kalangan mahasiswa. Tergantung pada kondisi, issu-issu nasional bisa dipilih sebagai persoalan yang dipropagandakan.<br /><br />Hal yang amat pokok dan penting bagi organiser adalah menemukan atau menunjukan issu-issu yang memang secara signifikan penting buat mahasiswa. Secara akurat tepat harus dirumuskan apa yang menjadi hari ini dan yang kemudian akan menjadi jalan dalam usaha mengorganisir. Dengan mengetahui dan menguasai jalan keluar persoalan tersebut (issu-issu tersebut), maka seorang organiser akan mudah memenangkan simpati dan dukungan dari mahasiswa-mahasiswa yang antusias<br /><br />Mencari Kontak (Building Contact)<br /><br />Langkah berikutnya adalah membangun kontak dengan orang-orang yang terpercaya dan bertanggungjawab yang akan membantu kita dalam proses rekruitmen. Orang-orang yang paling bisa didekati adalah teman-teman sendiri atau teman-teman satu kelas, satu angkatan atau satu jurusan. Kontak-kontak lain yang mungkin dan berharap adalah perorangan-perorangan yang secara akademis intelektual terkenal. Mereka ini orang-orang yang mempunyai kredibilitas dan mudah mempengaruhi orang lain. Orang-orang semacam ini biasa nya menduduki posisi strategis dalam unit-unit kegiatan mahasiswa, seperti pers mahasiswa, senat, teater dll. Keterlibatan orang-orang semacam ini dapat memberikan kemudahan dalam mendapatkan kontak-kontak baru.<br /><br />Para Pengurus dan anggota yang berpengaruh dalam organisasi yang sudah ada juga merupakan kontak yang baik. Posisi mereka akan memungkinkannya dapat menyentuh massa mahasiswa dalam skala lebih luas.<br /><br />Setelah memilih beberapa kontak yang mungkin, haruslah ada serangkaian konsultasi dengan mereka. Konsultasi ini membahas kebutuhan membentuk organisasi, memperjelas pertanyaan-pertanyaan mereka dan tingkat janji serta tanggung jawab (komitmen) mereka dalam tugas organisasi. Lebih jauh para organiser harus terus melakukan evaluasi terhadap kontak-kontaknya, antara lain mencatat sikap-sikap, kepentingan-kepentingan dan juga persoalan-persoalan mereka.<br />Setelah memperoleh persetujuan mereka, kita harus membagi rencana-rencana kita secara rinci. Kita harus mendengarkan saran-saran dan komentar-komentar serta harus mendiskusikan bersama mereka apa yang akan menjadi gaya kita dalam tata cara rekruitmen yang efektif.<br /><br />Pembangunan Wadah<br /><br />a. Dimulai dengan Kelompok Diskusi<br /><br />Kelompok Diskusi (KD) merupakan wadah bagi mahasiswa untuk secara rutin dan sistematis mengenal dan mempelajari teori-teori maju, situasi nasional, problematika masyarakat, organisasi dan banyak lagi. Organisasi juga akan mampu melihat dan memilih mahasiswa yang maju, kemudian melakukan rekruitmen anggota. Dalam situasi sekarang, yang memungkinkan propaganda teori maju dilakukan lebih leluasa, sekaligus masih kuatnya kesadaran perlawanan (sisa beruntunnya momentum lalu), akan mempermudah pembentukkan sebuah KD. Semua kampus menjadi target terbentuknya KD, hingga ke fakultas dst. Tidak lagi ada penghalang bagi terbentuknya KD dan aktifitas diskusi apapun. Kepemimpinan kita atas KD-KD itulah yang menjamin bahwa semuanya tidak akan sekedar menjadi kelompok elitis dan sekedar tukang bicara. Akan tetapi terdapat pembagian kerja yang konkret untuk aktivitas KD. Sehingga sekaranglah saatnya setiap organisasi mahasiswa menerjunkan organiserrnya demi mendirikan KD.<br /><br />Pengorganisiran dengan membentuk KD, dengan prespektif penguasaan kampus ini bisa dibagi dalam dua (2) macam KD, yaitu KD Universitas dan KD Fakultas. Keduanya jangan dipahami hanya sebatas pembedaan teritori.<br /><br />1. KD Universitas (KDU) mempunyai fungsi:<br /><br />- Melakukan pengorganisiran terbuka di tingkat universitas<br /><br />- Mobilisasi mahasiswa satu kampus untuk terlibat diskusi. Sehingga setiap diskusinya harus dioranisir dengan pengumuman dan undangan semaksimal seluruh mahasiswa tahu dan tertarik.<br /><br />- Menjadi alat guna membuka kontak di fakultas yang belum ada kelompok diskusi fakultas (KDF)<br /><br />- Bukan sebagai embrio organisasi tingkat kampus, tapi lebih sebagai jalan bagi pelibatan sebanyak mungkin mahasiswa untuk berkumpul dan berdiskusi. Terutama mahasiswa yang belum terwadahi dalam KDF.<br /><br />- Melakukan seruan-seruan bagi setiap mahasiswa untuk mendirikan KDF di fakultasnya masing-masing.<br /><br />- Menjadi alat bagi kawan yang ditempatkan di KDU untuk mencari mahasiswa maju demi rekruitmen organisasi. Dan bersama organiser kita, kawan maju baru ini akan terlibat dalam mendirikan KDF.<br /><br />- Berperan penting untuk menjaga aktifitas ditingkat universitas. Terutama ketika KDF belum terbentuk atau belum kuat (sebagai wadah mahasiswa fakultas).<br /><br />2. KD fakultas (KDF) mempunyai fungsi:<br /><br />- Menjadi embrio bagi komisariat fakultas organ universitas kita<br /><br />- Mematangkan mahasiswa fakultas yang telah berhasil termobilisasi dalam KDU dengan diskusi dan aktifitas politik lainnya.<br /><br />- Mengkoordinasi secara serius kawan baru yang maju untuk kemudian diprespektifkan sebagai pengurus kom-fak. Dengan membentuk kelompok kawan maju, dan kemudian secara bersama merencanakan pendinamisan diskusi dan politisasi mahasiswa fakultas yang belum maju. Secara kontinyu demikianlah KDF berjalan.<br /><br />- Mensetting penguasaan fakultas dari mulai struktur lembaga mahasiswa yang ada sekarang (senat, eksekutif, persma) hingga memenangkan propaganda di fakultas (mis.:selebaran tempal yang rutin). Sehingga pada keseluruhan mahasiswa harus diambil kepemimpinan (jurusan, angkatan, kelompok olah raga/seni/agama).<br /><br />Aktifitas KD tentunya membutuhkan pemahaman masing-masing organiser atas apa yang harus dilakukan dan didiskusikan, tentang bagaimana kepemimpinan bisa diwujudkan difakulktas. Tentang metode pengorganisiran, banyak bacaan yang bisa kita pelajari dan diskusikan antar organiser (jika perlu pendidikan khusus demi: Penguasaan Kampus). Tentang persiapanan materi diskusi, harus dipahami sebagai kerja yang penting. Sehingga dibutuhkan suatu silabus materi diskusi, yang menjamin sistematisasi dan pemajuan KD (terutama KDF). Setidaknya sebuah silabus materi diskusi, menyodorkan beberapa tema dan acuan materi, yang akan disampaikan organiser (fraksi kita) sebagai usulan pada KD-nya. Sekaligus memuat sistematisasi materi berdasar tahapan diskusi menuju tahap yang semakin maju. Jangan lupakan juga alat politik kita yang penting untuk pengorganisiran: terbitan, selebaran (entah apapun bentuknya)<br /><br />Membentuk Organisasi Mahasiswa Tingkat Kampus<br /><br />KD terjaga kemajuannya, pasti akan menemukan kebutuhan untuk membentuk organ yang lebih maju dibanding KD. Maknanya adalah bagaimana KD mampu memimpin pada sebuah tuntutan untuk mempraktekkan hasil diskusi, dalam arti lebih dalam adalah sampai pada sebuah kesadaran untuk mewujudkan gerak perlawanan mahasiswa.<br /><br />Sejak sebelum pembentukan kelompok diskusi, konsep organisasi yang hendak dibangun di universitas, harus sudah dipahami. Sehingga tidak akan ada kelompok diskusi yang akhirnya tidak menjadi bagian dari organ kita. Rapat organisasi (yang sekarang ada) nantinya akan selalu membahas perkembangan setiap KD yang terbentuk, sehingga mampu dipahami sejauh mana langkahnya menuju pembentukkan organ yang lebih tinggi.<br /><br />Sebagai permulaan, kita dapat membentuk sebuah kelompok inti, (core group). Pada umumnya, lingkaran inti terdiri dari 5 sampai 7 orang. Lingkaran ini akan menjadi kelompok pekerja yang mesti bertanggungjawab terhadap ekspansi organisasi. Setelah kelompok inti dibentuk, pertemuan-pertemuan tetap harus diadakan. Lewat pertemuan-pertemuan ini semua anggota lingkaran inti akan siap informasi (well informed) akan perkembangan-perkembangan baru. Serentak bersama pembentukan lingkaran inti, organiser harus mewakilkan tanggungjawabnya pada orang lain. Untuk tugas-tugas sementara, orang-orang yang ada dalam lingkaran inti bakal melaksanakan tugas seperti berikut: Keuangan, rekruitmen, pendidikan, tugas-tugas penghubung dan lain sebagainya. Sekalipun demikian, organiser harus tetap memperhatikan posisinya sebagai penasehat.<br /><br />Langkah kelompok inti yang berikutnya haruslah bertujuan dan merupakan pengukuhan formal organisasi. Akan tetapi core group harus pertama kali mempersiapkan segala macam dokumen-dokumen organisasi yang dibutuhkan. Hal ini mencakup orientasi, tujuan, dan konstitusi lengkap organisasi. Semua berkas-berkas ini harus didiskusikan secara kolektif dan menyeluruh oleh kelompok. Semua saran dan komentar dari tiap anggota harus dipertimbangkan.<br /><br />Langkah selanjutnya adalah proyeksi organisasi pada khalayak mahasiswa. Proyeksi organisasi akan berbentuk sebagai berikut : Poster-poster yang akan mengumumkan berdirinya organisasi, poster-poster yang akan memperdebatkan organisasi, poster-poster yang akan mengundang anggota baru. Hasil dari proyeksi kita ini haruslah menjadi ekspansi organisasi. Dimulai dari kelompok inti kita harus bisa memperluas keanggotaan. Melengkapi tugas-tugas ekpansi adalah kerja konsolidasi. Konsolidasi berarti memperdalam para anggota memahami tujuan dan arah organisasi. Melalui proses orang-orang akan membangun komitmen yang lebih dalam terhadap tujuan-tujuan organisasi.<br /><br />Jumlah anggota yang bisa disyaratkan untuk bisa disebut dan dibentuk cabang organisasi adalah 15 orang. Jadi tugas core group lah untuk memenuhi jumlah tersebut. Sesudah mendapatkan jumlah tersebut, kemudian kita akan siap untuk mengadakan rapat umum (general assembly) untuk secara formal mengukuhkan organisasi. Dalam rapat ini kita akan memiliki pengurus yang akan bekerja sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan oleh konstitusi. Lebih jauh lagi pertemuan besar ini adalah kesempatan untuk mengelompokan para anggota kedalam berbagai komisi atau seksi yang ada. Antara lain pendidikan dan penelitian, pengorganisiran. keuangan, keanggotaan dan sebagainya tergantung pada kepentingannya dan kesanggupannya.<br /><br />Sesudah pendirian formal, pertemuan-pertemuan berbagai departemen atau seksi dan tingkat-tingkat berbagai organisasi harus diadakan secara tetap. Pertemuan tersebut menangani persoalan-persoalan organisasi yang muncul selama organisasi berjalan. Agenda pertemuan tersebut meliputi, rencana-rencana, perkembangan-perkembangan baru dan sebagainya. Pertemuan-pertemuan mengecek dan menguji bentuk organisasi supaya berfungsi lebih baik.<br /><br />Proses mengorganisir tidak berhenti. Pada tahap pendirian organisasi secara formal. Untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi, organisasi beserta seluruh perangkatnya harus mengintensifkan kerja pengorganisiran kembali dan konsolidasinya.<br /><br />Panduan Dasar Berorganisasi<br />Membangun Basis<br /><br />Membangun basis-basis adalah perwujudan konkret dari kepemimpinan di suatu wilayah. Seluruh usaha mengorganisir akan diarahkan menuju pembangunan basis. Suatu wilayah basis berdiri pada saat kehadiran kita di suatu tempat (kampus, desa/kampung/pabrik) memegang peranan yang menentukan dalam menetapkan arah dan tujuan tempat tersebut. Konkretnya bahwa organisasi-organisasi dan aliansi-aliansi maupun organisasi formal yang ada ada dibawah kepemimpinan kita. Dan karena itu sanggup menyokong dan menjawab kebutuhan-kebutuhan perjuangan dan kampanye-kampanye massa kita. Kepemimpinan langsung di jamin melalui kelompok inti kita yang memegang dan meliki posisi berpengaruh dalam tubuh organisasi-organisasi kita. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Bagaimana selanjutnya kita membangun basis tersebut?<br /><br />Dari kampanye-kampanye massa yang dilancarkan oleh organisasi kita dapat mengenali sejumlah kontak yang dapat dikembangkan sebagai aktifis-aktifis massa yang bekerja disuatu tempat. Kontak-kotak ini dapat didorong guna menyediakan investigasi awal bagi wilayah kita dan untuk membentuk cabang-cabang yang tersusun rapi dari organisasi. Kontak-kontak tersebut kita dorong untuk membentuk komite-komite atau mengubah himpunan-himpunan fakultas/ universitas menjadi komite-komite dan menyatukannya ke dalam Liga.<br /><br />Pada saat kita secara meningkat memiliki posisi yang kuat, kita sanggup meresapkan pengaruh dan memberikan pedoman kepada pemimpin-pemimpin organisasi lokal yang sudah berdiri dan mendorong mereka untuk maju mengambil pemihakan terhadap Liga. Dari tengah-tengah aktifis mahasiswa, kita bisa mendapatkan kontak-kontak mahasiswa aktif yang bisa menerima orientasi program kita dan akhirnya membuka langsung secara terbuka untuk bergabung ke Liga.<br /><br />Anggota-anggota aktif lain perlu didorong untuk maju mengambil peranan aktif dalam organisasi dan aliansi-aliansi yang kita bangun sebagai bagian yang paling berpengaruh dan penting dari kerja-kerja kampanye massa. Hal ini berbarengan dengan kerja-kerja pendidikan dan propaganda sehingga bisa meluas ke kampus/Fakultas lain. Adalah keharusan bagi organisasi kita untuk membangun basis jika kita hendak memobilisasi ribuan massa mahasiswa untuk kampanye kita.<br /><br />Bangkitkan, Mobilisasikan dan Organisir massa mahasiswa<br /><br />Organisasi kita bertanggungjawab memimpin gerakan massa mahasiswa. Program-program organisasi mengakui peranan menentukan kita dalam mewujudkan demokrasi sejati di Indonesia. Program-program kita lebih jauh mensyaratkan mahasiswa untuk memperjuangkan tuntutan-tuntutan sektoral mahasiswa maupun issu nasional dan mengorganisir serta membangun front selebar mungkin dalam sektor mahasiswa secara khusus dan dikalangan rakyat pada umumnya.<br /><br />Perwujudan dan realisasi tugas-tugas ini sebagian besar tergantung atas dilancarkannya gerakan massa terbuka mahasiswa. Gerakan massa terbuka mahasiswa adalah aksi bersama mahasiswa yang terorganisir, terencana, dan berkelanjutan (well organized, well planned, and sustained) dengan tujuan memberikan dampak perubahan dalam tubuh sektor mahasiswa maupun masyarakat, seperti : sistem pendidikan dan masyarakat secara keseluruhan. Wataknya yang terbuka perlu menyentuh massa mahasiswa selebar mungkin. Dipihak lain, jumlah populasi sektor ini saja dan keberadaannya yang terpusat di kampus-kampus, menjadikannya kekuatan massa yang potensial untuk memajukan perjuangan demi perubahan mendasar dalam tubuh sistem pendidikan dan membantu membentuk pendapat umum yang sejalan dengan perjuangan demokrasi. Gerakan massa terbuka mahasiswa berjuang untuk hak-hak dan kepentingan-kepentingan demokratis secara khusus dan berjuang untuk aspirasi demokratis mahasiswa dan rakyat pada umumnya.<br /><br />Untuk melancarkan, meneruskan dan mengintensifkan organisasi, kita harus secara jelas memahami saling hubungan antara kerja dan perlengkapan-perlengkapan, gaya kepemimpinan dan cara-cara mengorganisir.<br /><br />Lancarkan kerja Propaganda dan Pendidikan<br /><br />Untuk membangkitakan kesadaran dan menggerakan sektor melancarkan aksi, kita melakukan kerja propaganda pendidikan.<br /><br />Kerja propaganda dan pendidikan kita memberikan kesadaran dan perhatian terhadap isu-isu sektor mahasiswa yang dihadapi dan perjuangan demokrasi di Indonesia dengan pandangan memberikan kepada mereka analisis yang komprehensif dan kontekstual, yang berkaitan dan berakar pada persoalan mendasar masyarakat kita. Dengan demikian, menggerakan mereka melancarkan aksi yang sejalan dengan persoalan yang menimpa mereka.<br /><br />Secara umum, kegiatan propaganda dapat dibedakan dari kegiatan pendidikan dalam hal tujuan, isi yang diberikan dan cara melakukannya. Propaganda dijalankan untuk mengangkat dan mempopulerkan suatu isu atau menggerakan peserta/pendengarnya guna mengambil bentuk khusus aksi politik. Maka, sifatnya eksplisit, terus terang dalam hal membeberkan isu secara emosional dan agitatif untuk mengharuskan perlunya aksi politik. Kerja pendidikan, di pihak lain, dikerjakan untuk memperdalam tingkat pemahaman para peserta terhadap isu tertentu guna meningkatkan kesadaran dan komitmen sosial mereka. Pendidikan dijalankan secara sistematik dan berkelanjutan , informatif dan mensolidkan.<br /><br />Oleh karena sifat dan tujuan pokoknya, kerja propaganda dijalankan dengan cara menyapu (sweeping) misalnya hanya sejauh massa atau pendengar memperhatikan. Sedangkan kerja pendidikan oleh karena sifatnya yang komprehensif membutuhkan waktu lebih lama dalam kegiatannya dan akan lebih efektif dengan jumlah peserta yang lebih sedikit. Kerja propaganda-pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Kita coba menggolongkannya sebagai berikut :<br /><br />1. Bahan-bahan propaganda-pendidikan tertulis seperti : statemen, press release, pedoman belajar, referensi-referensi dan semacamnya.<br /><br />2. Aktivitas-aktivitas propaganda-pendidikan oral, lisan seperti : seminar, simposium, ceramah, wawancara, workshop dan semacamnya<br /><br /><br />3. Bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas propaganda audio visual seperti : teater, drama kebudayaan, pertunjukan film dan video, produksi slide, poster dan sebagainya.<br /><br />Berdasarkan pengalaman, bentuk-bentuk kerja propaganda-pendidikan tertentu cocok untuk lapisan-lapisan berbeda suatu sektor. Sebagai contoh bentuk audio-visual seperti teater rakyat atau lagu-lagu rakyat sangat mudah diserap danm efektif untuk sektor umum. Dalam bentuk propaganda-pendidikan tertulis, penggunaan bahasa Indonesia, bahasa daerah atau mungkin bahasa Inggris, gaya tulisan, pemilihan bentuk cetakan (leaflet, buku saku atau selebaran misalnya) harus diperhitungkan masak-masak tergantung pada lapisan khusus yang ditargetkan. Dalam bentuk propaganda-pendidikan lisan, misalnya seminar atau diskusi panel, pemilihan pembicara, penyanggah dan pembawa acara harus memperhatikan peserta/pendengar untuk mewujudkan target lebih efektif.<br /><br />Sasaran tempat bagi kerja propaganda-pendidikan kita adalah ruangan kelas, kampus secara umum, organisasi-organisasi mahasiswa, kampung asrama mahasiswa dan masih banyak lagi. Bentuk dan sasaran tempat untuk kegiatan propaganda-pendidikan adalah banyak, sebanyak tenaga dan kreativitas yang dimilki dan diditemukan oleh massa mahasiswa.<br /><br />Kunci pokok bagi kesuksesan kerja propaganda-pendidikan kita terletak pada kemampuan dan kesanggupan organiser kita mengetahui tingkat kesadaran massa secara obyektif. Kecakapan bertolak dari tingkat itu dan dari sana membangkitkannya menuju garis politik. Walaupun begitu seseorang pasti menemukan derajat kesadaran sosial yang berlainan diantara orang-orang di suatu wilayah atau area kerja. Maka khususnya penting agar kerja pendidikan-propaganda dirancang ada berbagai tingkat-tingkat agar dapat menyentuh jumlah orang sebanyak dan seluas mungkin. <br /><br />Jadi, kerja pendidikan-propaganda dapat digolongkan menurut isu atau topik yang dibawakan dan tingkat kesadaran peserta/pendengar yang ditargetkan, misalnya, isu-isu tentang hak-hak ekonomis dan demokratis, isu hak asazi, dan isu-isu demokrasi yang komprehensif. Yang harus jelas bagi organiser kita bahwa kekhususan peserta/pendengar yang ditargetkan menentukan tingkat dan bentuk pendidikan-propaganda yang harus digunakan. Memang sudah terang bahwa setiap aktifis harus menggalakan kerja pendidikan-propaganda pada berbagai tingkat atau level menuju arah perjuangan politik. Ini berarti bahwa, analisis atas isu-isu sektoral atau multisektoral khusus harus dilihat dalam konteks merapuhnya struktur pendidikan dan negara yang diakibatkan oleh krisis di masyarakat<br /><br />Lebih jauh lagi kerja pendidikan-propaganda haruslah membawa massa pada kenyataan tatanan masyarakat yang tidak demokratis dan harus mengajaknya pad pilihan perjuangan politik. Singkatnya secara ilmiah kita mesti mengkaitkan solusi akhir isu-isu sektoral dan subsektoral kepada perjuangan politik secara nasional. Untuk membantu kerja keras kita menjalankan pendidikan-propaganda, kita dapat memanfaatkan dan menggunakan program-program dan lembaga-lembaga formal kampus yang kaya akan ahli, jaringan juga dana dan data.<br /><br />Satukan massa mahasiswa dalam organisasi kita<br /><br />Tujuan yang lebih konkret dari kerja pendidikan-propaganda kita adalah membumikan tingkat kesadaran sosial massa yang makin tinggi menjadi keputusan untuk melakukan aksi massa dan berorganisasi. Adalah penting untuk menekankan adanya hubungan saling melengkapi antara kerja propaganda massal dengan menyodorkan bentuk-bentuk organisasi tertentu yang menjamin kehendak anggota-anggota kita dapat menyatakan kesadaran dan keterlibatan dengan lebih memasyarakat.<br /><br />Untuk memudahkan kerja, kita menarik garis pemisah antara organisasi massa kita dengan aliansi berdasarkan orientasi, sasaran yang ditargetkan, arah dan tujuan pokoknya, dan bentuk bentuk aktivitas masing-masing. Sebuah aliansi yang lebar merupakan suatu himpunan dari berbagai organisasi mahasiswa dan perorangan dalam suatu wilayah tertentu.<br /><br />Pada masa awal kerja keras mengorganisir, aliansi dibangun terutama lebih menangani issu sektoral dan hak-hak ekonomis dan demokratis secara jitu memperhitungkan wataknya yang longgar, sekalipun demikian pada saat sekarang ini bisa juga dapat digunakan untuk mengangkat issu-issu politik nasional. Aliansi yang tulen dan efektif merupakan kunci pokok untuk melancarkan perjuangan massa yang berskala luas dan memberikan dampak politik besar.<br /><br />Di pihak lain, kita mendirikan organisasi-organisasi massa untuk lebih efektif mengorganisir dan mensolidkan massa mahasiswa yang jumlahnya cukup besar, dan anggota-anggota sektor pendidikan lainnya. Berikutnya, kita memberikan perhatian khusus untuk membentuk organisasi politik dengan tipe organisasi massa dimana kontak-kontak mahasiswa yang lebih politis diorgnaisir, dimobilisr dan disolidkan untuk melancarkan aksi-aksi mengenai isu-isu yang lebih umum seperti Dwi Fungsi ABRI, Pemerintahan Koalisi Demokratik, Imperialisme, ketimpangan dan kemerosotan ekonomi dan ham dan seterusnya. Melalui organisasi Liga, kita harus sanggup memberikan media bagi keterlibatan mahasiswa yang lebih militan berkaitan dengan isu-isu sektoral sampai ke isu-isu rakyat secara umum.<br /><br />Lancarkan kampanye massa dan perjuangan massa<br /><br />Kita memasukan kontak-kontak kita ke dalam berbagai jaringan organisasi kita sehingga mampu melibatkan mereka pada berbagai level dan cara perjuangan politik. Targetnya adalah kampanye massa dan perjuangan massa.<br /><br />Kampanye massa dan perjuangan massa merupakan aksi politik yang terencana, terorganisir baik, dan terkonsolidasi untuk mempopulerkan isu-isu strategis seperti : Pencabutan Dwi Fungsi ABRI, Pemerintahan Transisi dan imperilaisme. Kampanye massa biasanya diadakan secara berkala, seperti dalam kampanye HAM yang biasanya dilakukan setiap tahun dan memuncak pada bulan Desember. Perjuangan massa, dipihak lain adalah aksi politik yang dilancarkan untuk mewujudkan dan dipenuhinya tuntutan-tuntutan tertentu. Seperti juga kampanye massa juga mutlak merupakan aksi politik yang well organized, well-planned, dan well coordinated. Perjuangan massa juga harus dilakukan dengan cara yang berkelanjutan. Jenis perjuangan massa yang paling umum kita kenal adalah aksi-aksi yang secara tetap kita lancarkan sampai hari ini.<br /><br />Penting untuk dicatat bahwa perjuangan massa dapat dilancarkan dalam suatu kampanye massa, contohnya, perjuangan para mahasiswa atau dewan mahasiswa, kebebasan mimbar akademik, otonomi kampus dari campur tangan kelas penguasa, perbaikan fasiltas belajar (perpustakaan yang lengkap, ruang kelas yang memadai) penurunan uang SPP, umpamanya dapat dilakukan dalam konteks kampanye massa untuk sistem pendidikan yang pro-rakyat, ilmiah, dan demokratis.<br /><br />Baik kampanye massa maupun perjuangan massa biasanya mencakup dilancarkannya aksi massa. Aksi-aksi massa adalah kegiatan politik khusus yang dijalankan untuk mendramatisir isu atau tuntutan guna memenangkan simpati dan dukungan khalayak ramai. Ini dapat berwujud dalam berbagai bentuk, tergantung kreativitas, tenaga dan kegairahan kita.<br /><br />Kita melancarkan kampanye massa dan perjuangan massa untuk membeberkan penyakit masyarakat dan memperlihatkan kebenaran dan efektifitas aksi bersama yang militan. Dalam hal perjuangan massa kita juga melakukan hal yang sama untuk memperjuangkan dan menjebolkan tuntutan-tuntutan adil dan absah kita. Dalam kedua proses tersebut, kita sanggup memenangkan simpati dan dukungan warga negara yang semakin bangun berdiri dan berpihak kepada revolusi demokratik. Partisipasi dalam kampanye massa dan perjuangan massa massa menempa pengalaman dan menggembleng massa mahasiswa untuk perjuangan yang lebih gigih dan lebih besar lagi di hari esok. Kampanye massa dan perjuangan massa juga memperkuat dan mengintensifkan kerja keras kita untuk mengguncang dan pada akhirnya menjungkirbalikan rejim yang tidak demokratis.<br /><br />Perjuangan politik yang dilancarkan sektor pemuda dan mahasiswa bersama-sama sektor lain dalam masyarakat Indonesia —buruh-tani—kaum miskin kota, nelayan, pedagang, perempuan, intelektual, dosen-dosen, guru , kaum profesional, dan juga suku anak dalam memang masih kecil dan lemah. Namun demikian sepanjang kita berjuang dan konsisten dengan prinsip garis massa, oleh massa dan demi kemenangan massa, maka kerja keras kita, cucuran keringat dan darah kita, akan menjelma menjadi mahkota kemenangan rakyat.<br /><br />Kampanye massa dan perjuangan massa akan berdampak dua gerakan yang sejajar: yang satu berhadapan dan memperjuangkan isu-isu ekonomi tetapi selalu terkait dengan level politik, yang lain berjalan berhadapan secara langsung dengan soal-soal politik. Pada titik kunci kampanye-kampanye kita, dan dalam koordinasi dengan menghasilkan sektor-sektor lain, dua gerakan yang bersatu akan menghasilkan derajat kelumpuhan yang meningkat.<br />Berikut ini merupakan langkah-langkah yang perlu dalam melancarkan kampanye massa dan perjuangan massa :<br /><br />1. Investigasi dan analisa yang menyeluruh atas isu-isu dan tuntutan-tuntutan, satukan massa mahasiswa pada analisis ini, dan tetapkan bentuk perjuangan yang tepat. Tahap atau langkah ini mencakup penetapan target minimum dan maximum dalam realisasi tuntutan-tuntutan dan dalam mempopulerkan isu-isu tersebut. Tentu saja merupakan keharusan untuk mengkaitkan atau menempatkannya dalam analisa umum demokrasi sejati. Yang penting harus diperhitungkan juga adalah penentuan kekuatan kita berhadapan dengan kekuatan musuh.<br /><br />2. Tetapkan rencana-rencana aksi, anggaran dan jadwal. Langkah ini sangat penting dan menentukan dalam menjabarkan rencana aksi secara pasti, dalam arti bentuk dan tingkat mobilisasi dan propaganda, penentuan perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan, tetapkan dan jalankan jadwal kerja (mulai mendirikan panggung sampai puncak kampanye atau perjuangan hingga penutupan atau perhentiannya) begitu juga harus ditentukan tempat, pembagian tugas, cara keterlibatan mahasiswa secara umum dan perorangan tertentu secara khusus.<br /><br />3. Adakan penilaian terhadap kampanye massa dan perjuangan massa untuk menarik pelajaran dari sana guna aksi di lain hari. Penilaian sangat menentukan untuk membuat rencana ke depan. Secara khusus sangat penting mencatat faktor-faktor yang menyumbang keberhasilan aktivitas-aktivitas politik yang digunakan dalam kampanye atau perjuangan tersebut. Kesalahan dan kekeliruan harus pula di catat. Penilaian juga memasukan orang-orang potensial untuk direkrut ke dalam organisasi kita.<br /><br />4. Gambarkan kemenangan-kemenangan dalam perjuangan! Langkah ini utamanya cocok bagi perjuangan massa. Tidak ada pengganti untuk menang. Bahkan bila saja perjuangan tidak seluruhnya berhasil, tetap perlu diproyeksikan, digambarkan hasil-hasil positif, meskipun sangat minimal, agar massa mahasiswa kita dapat membawa pulang kesadaran bahwa kita memiliki kekuatan yang melekat dalam berorganisasi dan dalam melakukan aksi bersama. Jadi bisa melibatkan mereka dalam perjuangan yang lebih besar di hari depan.<br /><br />5. Konkretkan keberhasilan menjadi hasil-hasil organisasional! Oleh karena massa mahasiswa telah digembleng oleh pengalaman mereka dalam kampanye dan perjuangan, maka kita harus bisa menghitung pengalaman ini untuk memperluas, mengembangkan dan mengkonsolidasikan organisasi kita. Berupa perekrutan.<br /><br />Berdasarkan pengalaman perjuangan massa tabun-tahun lalu, kita mengetahui dan menyadari perlunya langkah-langkah berikut ini :<br /><br />1. Rancang perjuangan menuju penambahan kekuatan. Suatu perjuangan massa selalu harus merupakan peristiwa yang dramatik. Karena itu prinsip dasar dramatik dalam rangka penambahan kekuatan harus diterapkan dalam melancarkan perjuangan massa. Pastikan bahwa ada persiapan-persiapan yang sudah dibuat sebagai dasar-dasar tuntutan. Ini berarti dijalankannya kerja propaganda/pendidikan berkaitan dengan tuntutan-tuntutan tersebut.<br /><br />2. Ketahui bilamana mundur dalam posisi menang! Pada saat aksi massa berlangsung keras dan kasar, karena harus berhadapan dengan bayonet, pentungan, gas air mata dan juga peluru maka kita perlu mengambil langkah mundur kalau memang kekuatan kita tidak memungkinkan. Dengan segala cara dan perhitungan yang mungkin, ketimbang tuntutan kita lepas dan hancur tota1 atau para mahasiswa menjadi kapok dan demoralisasi dan organisasi menjadi keropos total.Dalam kasus ini, maka prinsip yang harus diingat dan digunakan adalah mundur satu langkah dan maju dua langkah ke depan. Akan tetapi hal yang penting dan menentukan adalah mengetahui kapan dan bilamana prinsip ini harus diterapkan suatu penilaian yang obyektif atas situasi diperlukan apakah kita dapat terus berjalan ataukah kita betul-betul menghadapi jalan buntu.<br /><br /><br />3. Adakan penilaian sehari-hari terhadap seluruh jalannya perjuangan massa! Supaya kita selalu berada pada puncak situasi dan kita bisa menentukan setiap langkah kita, maka kita melakukan asessmen sehari-hari atas seluruh jalannya perjuangan massa.<br /><br />B. MENSOLIDKAN ORGANISASI KITA !<br /><br />Sekali kita bekerja memperluas sel dan cabang organisasi kita menjadi sel dan cabang yang lebih besar, maka harus juga disolidkan semua anggota dan kekuatan persatuan organisasional dan politis kita. karena itu, hanya melalui kerja saling menguatkan antara ekspansi dan konsolidasi kita dapat mewujudkan langkah maju dan menentukan untuk perjuangan demokrasi sejati.<br /><br />Bagaimana, kita mengerjakan ini?<br /><br />Kita mengerjakan hal ini dengan setahap demi setahap memperkenalkan dan memimpin anggota-anggota kita pada keyakinan mengikuti dan mematuhi praktek kepemimpinan bersama. Kita mempraktekkan kepemimpinan bersama, pertama sekali dan paling penting, dengan menjalankan perencanaan bersama atas kerja pendidikan, politik dan organisasional kelompok. Konsolidasi di sini dilakukan dalam konteks teori dan praktek revolusioner.<br /><br />Dengan kerja pendidikan, kita mengidentifikasi bahan-bahan yang menurut anggota harus dipelajari untuk mengasah pemahaman mereka terhadap isu-isu yang sedang dihadapi, menempa pengetahuan teoritis mereka, mempertajam skill menjalankan taktik dan kecerdasan politik mereka atau membimbingnya dalam kerja mengorganisir. Jadwal-jadwal disusun berdasarkan prioritas. Studi-studi ini dilakukan secara intensif.<br /><br />Kerja politik kita dalam sel atau cabang pada pokonya meliputi pengadaan kegiatan-kegiatan propaganda, pendidikan, menggerakan massa untuk kampanye massa dan perjuangan massa, mengorganisir kawan-kawan mahasiswa lain dalam organisasi dan aliansi kita dan merekrut lebih banyak lagi ke organisasi kita. Jadi perencanaan kerja politik kita utamanya mencakup jawaban atas pertanyaan-pertanyaan- berikut ini:<br /><br />Di mana kita berada sekarang ini? Bagaimanakah situasi ditempat ini? Sejauh mana kita te1ah menuntaskan kerja kita? Apakah target kita? apakah issu yang kita hadapi dan bisa kita maksimalkan? Jenis kegiatan apakah yang yang kita adakan? Bagaimanakah dengan aktivitas-aktivitas persiapannya? Siapakah yang, bertanggung Jawab atas tugas- tugas ini? Kapan kita akan melancarkan kampanye massa dan perjuangan massa? Bagaimana kita mengatasi kekurangan dan rintangan.<br /><br />Hanya dengan, mengurai pertanyaan-pertanyaan dasar ini kita dapat menjamin bahwa kita sampai pada rencana komprehensif yang dalam berakar pada kondisi yang ada dan satu! bila diimplementasikan akan mendorong kerja kita beberapa langkah ke depan. Disamping itu kita adakan, sesion asessmen dan kritik-diri secara tetap dan teratur untuk memastikan mulusnya jalan kerja kita. Identifikasi kecenderungan positif dan negatif agar kita bisa bertindak atas ini, garis besarkan status atau keadan kita agar kita dapat menyusun rencana berikutnya; dan juga keseimbangan organisasional. Baik asessmen dan kritik-diri merupakan peralatan penting dalam kerja kita untuk mengatasi munculnya perbedaan yang problematis dan menghambat.<br /><br />Dua soal organisasional yang sama pentingnya adalah soal keamanan dan keuangan. Bagian dari perencanaan harus meliputi asessmen kebijakan keamanan yang akan menjamin keamanan anggota dan organisasi keselurahan. Soal keuangan seperti pengumpulan iuran atau sumbangan dan juga anggaran kebutuhan sel/cabang harus dibahas pula. Sekali kita merancang program aksi kita bersama-sama, kita berlanjut pada pelaksanaan secara bersama atas dua prioritas tugas kita : ekspansi dan konsolidasi. Sepanjang kerja ini, kita adakan pengecekan dan monitoring terhadap kemajuan kerja kita dan terus mengamati keadaan/kesehatan pribadi kawan-kawan kita.<br /><br />Akhirnya, tetaplah ingat bahwa selalu ada kegembiraan dalam mengorgansir massa mahasiswa untuk perjuangan demokrasi sejati! Pada waktu kita berorganisasi kita mengetahui dan sadar terdapat jutaan jiwa-jiwa pemberani dan tangguh yang sama-sama bekerja seperti kita demi tugas mulia dan perjuangan hidup-mati di seluruh tanah air Indonesia !<br /><br /> ********Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-53173155300623894582011-03-07T01:39:00.000-08:002011-08-20T09:31:11.729-07:00Kemiskinan 1001 MalamSenin, 7 Maret 2011 | 1:54 WIB
<br />
<br />
<br />
<br />Bayangan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono serupa dongeng Syahrazad dalam “Alf Layla wa-Layla; 1001 malam”, Aladin bisa bikin orang Persia sejahtera dalam satu malam. Menkokesra mengatakan bahwa di tahun 2014 angka kemiskinan di Indonesia bakal nol persen. Ini disampaikan pada pembukaan kongres Asia Pacific Transformation Conference (APTC) di Jakarta, angka itu lebih optimis daripada sisa 8% kemiskinan menurut target Millenium Development Goal (MDGs).
<br />
<br />Jumlah penduduk miskin yang disepuh dari 36,10 juta jiwa tahun 2006 jatuh menjadi 31,02 juta ditahun 2010. Angka kemiskinan versi pemerintah tadi ditarik dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,1% ditahun, dengan Pendapatan per kapita penduduk atau Gross Domestic Product (GDP) yang mencapai US$ 3,900 dollar per tahun. Dimana pemerintah bertepuk dada setelah masuk dalam 16 besar negara dunia dengan GDP tertinggi.
<br />
<br />Walau sudah dibilang bohong, pemerintah tetap kukuh pada bualannya untuk menciptakan 10,7 juta kesempatan kerja baru serta menurunkan tingkat kemiskinan dibawah 8-10% hingga tahun 2014. Dasarnya adalah setiap pertumbuhan ekonomi 1% maka hitungannya akan tercipta 548.000 lapangan kerja. Ini dikalikan dengan 6% pertumbuhan ekonomi setiap tahun maka diperoleh 3,34 juta lapangan pekerjaan setiap tahunnya.
<br />
<br />Untuk menggapai mimpi tersebut, pemerintah akan ‘menghamburkan’ uang sebanyak 100 trilyun lebih untuk membantu pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Bank penyalur kredit akan diperbanyak, dengan suku bunga yang terjangkau, dan meminta penghapusan syarat yang ketat untuk menyediakan kredit Rp 5 juta-20 juta tanpa agunan. Hasil yang diharapkan nanti, pemerintah akan panen 5 juta pengusaha kecil yang menampung 25-30 juta pekerja. Ditambah lagi, Rp 58,6 triliun santunan dana penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial di tahun 2011, seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, santunan untuk anak cacat, program padat karya, beasiswa untuk orang miskin, dan pelayanan dasar seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Jamkesmas.
<br />
<br />Dari situlah, Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Sujana Ruchiyat, berkesimpulan bahwa bantuan sosial untuk rakyat miskin itu menandakan SBY bukan agen kapitalis Asing atau pendukung Neoliberal.
<br />
<br />Standar kemiskinan atau dana bantuan adalah persoalan kecil. Badan Pusat Statistik (BPS) mematok standar kemiskinan adalah penghasilan di bawah 211 ribu rupiah per kapita per bulan. Uang sebesar itu tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan layak sehari-hari. Namun jika menggunakan standar Bank Dunia, SBY akan malu melihat angka 110 juta lebih penduduk miskin Indonesia.
<br />
<br />Masalah besarnya adalah daya produksi nasional yang dihancurkan. Sehingga dana program pengentasan kemiskinan seperti menghabur garam ditengah lautan. Sebab, di tengah penguasaan seluruh sektor oleh modal Asing, maka dana itu akan larut kembali menjadi keuntungan modal Asing yang tersedot ke luar negeri. Sementara itu, dana bantuan pengentasan kemiskinan pemerintah membengkak menjadi utang yang membebani APBN.
<br />
<br />Di sisi lain, bantuan sosial sekadar upaya untuk memulihkan krisis ekonomi dengan memompa daya beli masyarakat, yaitu memacu konsumsi tinggi tanpa melindungi pertumbuhan produksi. Padahal sektor industri riil telah rontok, sedangkan perbankan dan BUMN telah dijual kepada pihak Asing. Bukan itu saja, seluruh subsidi sektor publik pun rencananya akan dipangkas sampai nol persen, pemangkasan BBM bersubsidi, tarif dasar listrik, dll, gencar dilakukan.
<br />
<br />Kisah 1001 malam, tentang matinya usaha produksi petani, nelayan, pekerja dan pengusaha nasional yang dirampas pasarnya oleh Asing melalui kebijakan pasar bebas, tidak bakal selesai. Dan seterusnya, China Asean-Free Trade Agreemen (CAFTA) yakni barang import china yang menghancurkan industri lokal, New Zeland Australian Free Trade Agreemen (NAFTA) yang menghancurkan peternakan dan pertanian lokal, dan berbagai kebijakan Pro-Neoliberal masih jadi pilihan primadona SBY.
<br />
<br />Omong kosong bagi SBY-Budiono mampu menuntaskan masalah kemiskinan, karena tidak punya jiwa Pancasilais yang menuntut ‘Political Independency’, bahwa kebijakan yang merdeka itu mesti lepas dari kontrol Imprealis. Bahkan pemerintahan SBY yang sudah berukuasa 5 tahun lebih tidak sanggup memanfaatkan satu malam saja untuk memikirkan kedaulatan bangsa; agar mandiri dibidang politik; berdikari dibidang ekonomi; dan berkepribadian dibidang budaya.
<br />
<br />Sumber: Berdikari OnlineUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-78012808228666732002011-02-25T07:24:00.000-08:002011-08-20T09:36:29.420-07:00Lawan Kebohongan Aksi LMND Lampung Selatan Dihadang Preman BayaranTadi sekitar 30an anggota LMND Lampung selatan mendatangi kantor DPRD Lampung Selatan untuk melakukan penyegelan gedung DPRD Lamsel dengan alasan gedung DPRD selalu kosong, jarang sekali ada aktifitas <span class=" to_transl_class" title="Click to correct" id="1">disana</span>.
<br />
<br />Ternyata setelah kami telusuri beberapa anggota dewan menyatakan bahwa DPRD Lampung selatan sedang mengalami defisit anggaran, ujar Ahmad Zailani ketua LMND Lampung <span class=" to_transl_class" title="Click to correct" id="7">Selatan</span>. selanjutnya Zay panggilan akrabnya menuturkan bahwa ironisnya ditengah-tengah kosongnya kas daerah anggota dewan tersebut sering melakukan jalan-jalan keluar kota bahkan keluar Negri, dengan dalih study banding dan itupun menggunakan angaran Pemda Lampung Selatan.
<br />
<br />Masa Direpresif Oleh Preman </span>
<br />
<br />Aksi masa didepan kantor DPRD Lampung Selatan yang sudah berjalan kurang lebih setegah jam, tiba-tiba ada sekelompok orang yang menghampiri masa yang akan menaiki tangga menuju pintu masuk kantor DPRD Lamsel, dan mereka langsung merampas atribut aksi berupa spanduk, panji-panji dan atribut lainnya yang dibawa oleh masa aksi dengan tujuan menghentikan aksi masa yang akan meyegel kantor DPRD, bahkan sempat melakukan pendorongan secara paksa untuk membubarkan masa aksi.
<br />
<br />Ahmad Zainal mengatakan bukan tidak beralasan aksi yang kami buat hari ini, penyegelan kantor DPRD Lamsel ini memang dikarenakan tidak pernah ada aktifitas yang bermanfaat bagi masyarakat, dan yang mereka lakukan itu sangat menyimpang dari janji kampanye mereka yang konon katanya akan menjadi penyambung aspirasi rakyat saat kampanye pemilihan legislatif tahun 2009 kemarin.
<br />
<br />Untuk itu kami mengecam tindakan refresif dari preman bayaran dan menuntut agar para anggota DPRD Lampung Selatan menghentikan aktifitas "pembohongan publik" yang merugikan Negara, dan meminta agar ketua DPRD Lampung Selatan segera mundur dari jabatannya karena tidak bisa lagi menjalankan fungsinya sebagai penyambung aspirasi rakyat, selanjutnya kami akan mengusut tuntas siapa dalang dari gerakan kontrak revolusioner yang menghalangi aksi kami, bahkan melakukan intimidasi dan sempat melakukan tindakan kekerasan ujar Zainal ketua Eksekutif Kota LMND Lampung selatan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-32453383317978922912011-02-25T03:20:00.000-08:002011-08-20T09:37:50.659-07:00Warga Bima Resah Atas Tindakan KepolisianSemua warga Bima yang ikut aksi pencabutan SK tentang xplorasi tambang resah terhadap tindakan aparat kepolisian atas aksi yang mereka lakukan kemarin, yang berakhir dengan kekerasan atau penembakan terhadap masa aksi, akibat dari tindakan kepolisian itu ada beberapa warga yang terkena tembak diantaranya Ahmad Spdi 23 tahun, Mustaja 24 tahun, Kaharudin 28 tahun,Sudirman 25 tahun,Muhtar 38 thun,Land 30 tahun, Abubakar 42 tahun, dan dua orang ditahan yaitu Yakub dan Sudirman.
<br />
<br />Karena keresahan warga yang ikut Aksi, Jumat 25/02 sekitar Jam 15.30 semua ingin menyerahkan diri kepolresta Bima, sementara hasil dialog mereka pada pasca aksi kemarin bahwa pihak polres mengatakan kami tidak akan bisa menahan orang yang tidak bersalah karena yang suda teridentifikasi hanya 31 orang saja.
<br />
<br />Warga tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh kapolres Bima, mereka tetap berantosias agar semuanya ditahan. kami bingung masyarakat tidak mengizinkan kami untuk berangkat jika tidak menahan mereka semua kata salah satu anggota kapolres Bima pada pasca Aksi kemarin.
<br />
<br />Dari kemarin hingga saat ini, masyarakat tetap semangat menyerahkan diri mereka kepolresta Bima untuk ditahan karena mereka tidak sepakat jika hanya sebagian yang ditahan. NsrUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-76575042356299296652011-02-24T20:59:00.000-08:002011-08-20T09:54:35.391-07:00PILGUB EPISODE YANG DIULANG-ULANGOleh : ADI PRIANTO,SH[1]
<br />
<br />Situasi politik saat ini di Sulawesi Tengah sedang menghadapai Pemilihan Gubernur Periode 2011-2016, lima pasang calon sudah mendeklarasikan diri ke public. Pasangan Aminudin Ponulele-Luciana Baculu(ADIL)adalah pasangan yang didukung penuh oleh Partai Golkar, pasangan Longki Janggola-Sudarto(LONGKI’s)didukung enam partai politik: Gerindra,Hanura,PPP,PKPB,PDP dan Patriot. Pasangan Ahmad Yahya-Ma’ruf Bantilan(AY-MB)didukung oleh Demokrat dan PKB. Pasangan Rendi Lamajido-H.B Paliundju (SUKARELA) didukung PAN,PDS,PDK,PIB dan PBR. Pasangan Sahabudin Mustafa-Amir Mahud(SAFA)didukung partai politik non seat; PPI, Partai Kedaulatan, Partai Pelopor, PAKARPANGAN, PPI, PBB, PDK, PMB, PNI Marhaen, PPRN, PIS, PPPI, PNBK, Republikan, PKD, PKNU, Barnas dan PPD. Partai yang tidak menyatakan mencalonkan kadernya atau bertarung di Pilgub kali ini adalah PDIP dan PKS, pada awal-awalnya PDIP menggadang-gadang Rendi Lamajido yang didorong tetapi secara resmi DPP PDI tidak memberikan rekomendasi kepada Rendi Lamajido. PKS menggadang-gadang dua nama kadernya, ketua wilayah PKS; Zainudin Tambuala dan anggota DPR-RI; Akbar Zulfakar Sipanawa sebagai wakil yang akan bertarung, hasil akhirnya tidak ada satupun kader PKS yang dipinang dan PKS bersikap tidak bertarung di Pilgub kali ini.
<br />
<br />Aminudin Ponulele merupakan ketua DPRD Provinsi Sulawesi tengah yang sebelumnya pernah penjabat sebagai Gubernur periode 2001-2006, Luciana Baculu adalah istri Bupati Buol, Amran Batalipu, adalah mantan Camat Lipunoto. Longki Janggola merupakan Bupati Parigi-Moutong dua periode yang saat ini masih menjabat sebagai Bupati, Sudarto adalah mantan Bupati Luwuk dua periode juga merupakan purnawirawan TNI dan anggota DPD periode 2009-2014. Ahmad Yahya adalah wakil Gubernur pasangan H.B. Paliudju periode 2006-2010 sementara pasanganya, Ma’ruf Bantilan adalah mantan Bupati Toli-toli dua periode. Rendi Lamajido adalah pengusaha yang terpilih sebagai anggota DPR-RI dari partai PDI-P dapil Sulawesi tengah periode 2009-2014, periode sebelumnya adalah anggota DPD Sulawesi Tengah, H.B. Paliudju adalah Gubernur Sulawesi Tengah Periode 2006-2010 yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Periode 1996-2001, purnawirawan TNI. Sahabudin Mustafa adalah Rektor Universitas Tadulako (UNTAD) yang menjabat selama dua periode, dan Amir Mahmud adalah rektor Universitas Al-Khairat. Dari profil calon Gubernur yang akan bertarung adalah wajah-wajah lama, majunya H.B. Paliudju sebagai calon wakil Gubernur merupakan langkah taktis setelah penolakan yudicial review Undang-undang Pemerintah Daerah yang membatasi masa jabatan Gubernur dua periode. Ma’ruf Bantilan dan Longki Janggola merupakan kader partai Golkar yang kemudian dicap sebagai kader pengkhianat oleh pengurus wilayah Partai Golkar pada saat deklarasi ADIL pada tanggal 27 Januari 2011 di GOR Siranindi, Sahabudin Mustafa kader Golkar yang tidak pernah disebut-sebut pekhianat pada saat deklarasi pasangan ADIL.
<br />
<br />Bagaimana dengan persiapan Komisi Pemilihan Umum (KPU PROPINSI) saat ini? KPU sedang mempersiapkan daftar pemilih yang akan memilih pada Pilgub nanti, Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pilgub 2011-2016 masih mengacu pada Pilpres 2009, mempersiapkan DPS KPU menggunakan Daftar Pemilih Pemilih Potensial Pemilu (DP4) yang kemudian dibenarkan adanya kelebihan/kekuarangan jumlah DPS ditiap kabupaten. Pilpres 2009 jumlah DPS Kab. Parigi-Moutong sebanyak 272.852 pemilih, pengumuman KPU Propinsi jumlah DPS Kab. Parigi-Moutong sebanyak 293.523 pemilih[2] dan memilik selisih 20.671 pemilih versi KPU Kab. Parigi-Moutong. Kel. Donggala Kodi Kec.Palu Barat DPS Pilgub sejumlah 6.017[3], jika dibandingkan dengan Pemilihan Walikota 2010 untuk Kel.Donggala Kodi sejumlah 5.97 pemilih dan memiliki selisih 45 pemilih[4]. DPS di Kecamatan Palu Timur berkurang sebanyak 701 pemilih dari DPT Pilwakot 2010 mencapai 51.166 pemilih sehingga DPS Pilgub Kecamatan Palu Timur sebanyak 51.166 pemilih, Kel. Besusu Barat berkurang dari 9.722 pemilih DPT Pilwakot menjadi 9.449 pemilih, Kel. Besusu Tengah DPT Pilwakot sejumlah 5.526 pemilih menjadi 5.462 pada DPS Pilgub, kel. Lasoani dari jumlah DPT Pilwakot 5.638 pemilih menjadi 5.628 dalam DPS Pilgub, Kel. Poboya dari DPT Pilwakot 2010 sejumlah 1.117 menjadi 1.054 pemilih dalam DPS Pilgub[5]. Untuk Kel. Layana dan Kel. Tondo mengalami penambahan, untuk Kel. Lolu utara berkurang 338 pemilih dari DPT Pilwakot sebanyak 9.209 dari jumlah DPS Pilgub sejumlah 8.871 pemilih[6]. DPS Poso untuk Pilgub terjadi penurunan jumlah pemilih sebesar 4.603[7] dari jumlah DPT Pemilukada 2010 sebesar 142,151 pemilih.
<br />Pertarungan Pilgub periode kali ini sama halnya pertarungan periode sebelumnya, pertarungan tokoh-tokoh tua yang terikat pada gengsi marga, pertengahan tahun 2010 bakal calon yang mengemuka dan menjadi wacana yang menguat adalah Longki Djanggola, H. B Paliudju, Rendi Lamajido dan Aminudin Ponulele. Longki Djanggola menguat dan mendahului dari calon yang lain dengan menggunakan metode publikasi produk rokok, memasang gambar Longki Djanggola pada semua bengkel, rumah makan, warung kelontongan, perempatan jalan, jalan protokol, kampung, desa dan dusun terpencil, tidak ada tepat yang terlewatkan diseluruh Kabupaten. H. B. Paliudju halayak mengetahuinya tetap maju dan bertarung ketika tim kuasa hukum H. B. Paliudju mengajukan yudisial review soal jabatan gubernur dua periode pada akhir tahun 2010 dan pengunduran voting day yang dijadwalkan awal oleh KPU, alasan dari pihak Gubernur melalui Asisten II kepada masa aksi Front Masyarakat Peduli Pemilukada (FMPP) Sulteng pada tanggal 24 November 2010 mengatakan bahwa anggaran PILGUB belum dianggarkan oleh DPRD Propinsi. Sama halnya pun dengan Rendi Lamajido dan Aminudin, Rendi Lamajido melakukan pemasangan iklan dimedia cetak dan baliho diseluruh kabupaten. Dalam catatan kami selama akhir tahun 2010 hanya empat calon yang mengemuka dalam bursa pencalonan Pilgub 2011-2016, peta politik berubah ketika bulan Januari 2011 pasangan SAFA maju dalam bursa Pilgub. Situasi pemetaan politik berubah total diakibatkan Sahabudin Mustapa adalah putra daerah Parigi-Moutong dan Amir Mahmud adalah kader Al-khairat yang aktif, Al-khairat adalah organisasi keagaaman yang berpusat di Sulawesi tengah, penyebaran anggota dan struktur Al-khairat merata disemua Kabupaten. Dari fakta ini maka akan memberikan gambaran akan terjadi pemecahan suara pasangan Longki’s di bagian Sulawesi timur, perwakilan dari Sulawesi timur ada Sudarto, Rendi Lamajido dibagian Kabupaten Luwuk, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Poso, karena di Kabupaten yang sudah disebutkan merupakan basis terbesar dari Sudarto, untuk Rendi Lamajido sendiri di kabupaten tersebut yang mendongkrak Rendi Lamajido menjadi Anggota DPD periode 2004-2009 dan anggota DPR-RI Periode 2009-2014. Yang paling panjang penentuan maju atau tidak pada pilgub periode ini hanya partai Golkar, ini disebabkan Aminudin Ponulele tidak memberikan ruang kepada kader-kader muda partai Golkar untuk bertarung, Ma’ruf Bantilan adalah kader Golkar yang didepak setelah tidak mendapatkan persetujuan menjadi bakal calon wakil Gubernur lewat partai Golkar, keputusan ini membuat beberapa pimpinan Partai Golkar mengundurkan diri, Arena Parampasi, pimpinan Golkar Kabupaten Sigi mengudurkan diri dari jabatan ketua, sama halnya juga dengan sekertaris Partai Golkar Kabupaten Toli-toli.
<br />
<br />Episode yang terus diulang-ulang pada Pilgub kali ini adalah konflik yang sengaja ditebar menjelang voting day, pada Pilgub peride 2006-2011 koflik berbau SARA di daerah bekas konflik SARA sengaja dibuat, pemboman pasar babi Maesa dan Pasar Sentral Poso pada bulan Desember 2005, pemboman dilakukan tepat sebelum pelakasanaan Pilgub, tetapi karakter koflik yang ditebar kali ini bukan berkarakter isu SARA tetapi bentrok antara pemuda. Dalam catatan kami konflik pertama kali dibentuk dengan pengkondisian situasi/daerah untuk tidak nyaman dengan sms gelap, sms pengkodisian tersebut berisi seluruh masyarakat untuk berhati-hati karena ada penculikan yang menggunakan mobil/motor berplat DN, sms ini merebak diawal bulan desember 2010. Sms pengkondisian memakan korban, mobil escudo DN 913 AE dirusak warga di Desa Loli Kabupaten Donggala[8]. Konflik yang sengaja ditebar kemudian merembet masuk kedalam kota Palu pada Muswil KNPI Sulteng dan penyerangan kantor AJI oleh Front Pemuda Kaili (FPK) pada akhir bulan desember 2010, konflik ini terus dibuat dan beraktifitas dalam kota Palu pada tanggal 16 Januari 2011 yang terjadi antara pemuda jalan Anoa dan pemuda pasar Masomba yang mayoritas etnis Bugis, pemicu awal mula dari konflik ini adanya acara “dero” dijalan Darusallam yang berhenti tiba-tiba akibat adanya lemparan batu dan terikan provokatif[9], konflik ini berkarakter SARA(etnis kaili versus etnis bugis) yang memakan korban 4 orang dirawat pada Rumah Sakit Tentara, salah satu korban tertembak pada jarak 4-5 meter, dari penuturan korban Kompi(30 tahun) dan Agus (31 tahun) ada teriakan “apa juga orang kaili” tidak tahu siapa orangnya dan dari mana asalnya teriakan itu[10]. Konflik selanjutnya di Desa Solove dan Vatunonju Kabupaten Sigi pada tanggal 22 Januari 2011, konflik ini melibatkan pemuda yang bertetangga kampung hanya persoalan pacar seorang pemuda diganggu oleh seorang pemuda dari kampung tetangga. Bentrok juga terjadi di daerah yang sama, antara desa Tulo dan Kota Rindau Kabupaten Sigi, 2 orang kena lemparan batu dan kena peluru senapan angin dibagian perut[11], bentrok di Dolo 5 orang yang ditetapkan tersangka[12]. Di akhir bulan Januari terjadi lagi bentrok di tempat lain di Kabupaten Sigi, bentrok antara desa Potoya dan desa Karawana pada tanggal 31 Januari 2011, awal masalahnya salah seorang pemuda dikeroyok oleh sepuluh orang yang tidak dikenal[13]. Konflik dengan modus yang sama terjadi juga Kecamatan Palu Utara, antara pemuda Labara dan Panau pada tanggal 29 Januari 2011[14]. Bentrok lainnya terjadi di Kabupaten Buol pada tanggal 28 Januari 2011 antara pelajar SMU 2 Buol dan SMK Amirullminin[15], bentrok pelajar ini terjadi selama dua hari berturut-turut. Bukan hanya konflik yang di daerah-daerah terror pun dilakukan, ancaman bom diarahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan Ampana Kabupaten luwuk[16].
<br />
<br />Daerah yang berkonflik, khususnya wilayah Kabupaten Sigi dan Kecamatan Palu Utara memang memiliki sejarah konflik yang sudah ada, konflik lama di wilayah masing-masing antara bentrok/tawuran pemuda sehingga memperkuat asumsi lewat fakta bentrok tersebut bahwa konflik yang sengaja ditebar adalah terencana dan bermuara pada Pilgub 2011-2016. Untuk menguatkan asumsi konflik ini sengaja ditebar selain dengan perbandingan dan sebaran konflik adalah konflik vertical yang siap melendak, antara rakyat dan apparatus Negara, konflik tambang Poboya, antara penambang rakyat dan pihak PT. Citra Palu Mineral (CPM), merupakan anak cabang perusahaan Bumi Resorse. Konflik Poboya terjadi ketegangan akhir bulan desember 2010 dan awal bulan januari 2011, karena pihak PT. CPM akan melakukan aktifitas eksploitasi diareal yang menjadi penambangan rakyat, bahkan pihak PT. CPM dalam memasukan alat berat mereka meminta pengawalan dari pihak POLDA Sulteng sebanyak 200 orang anggota BRIMOB, konflik vertical selanjutnya adalah kasus RAMADHAN BERDARAH di Kab.Buol, kasus RAMADHAN BERDARAH sampai saat ini hanya berakhir pada tindak pidana ringan yang dikenakan pada pelaku kekerasan terhadap Kasmir Timumun, sehingga membuat masyarakat Buol kecewa dan ketertiban hukum sudah tidak berlaku lagi di Kabupaten Buol, aturan lalu lintas tidak berlaku dan judi togel merebak di seluruh kampung Kabupaten Buol, pihak Polisi pun tidak berani melarang atau membuat tindakan hukum yang tegas. Kedua konflik vertical ini sudah membara dan tinggal menunggu pemicunya, kedua konflik vertical ini justru malah dibuat diplomatis. Konflik Poboya yang dulunya pihak POLDA Sulteng sangat keras tiba-tiba membuka ruang dialog antara Pemuda BATARA (Barisan Pemuda Tara) ketua adat dan pihak PT.CPM. Kabupaten Buol untuk memutasi isu RAMADHAN BERDARAH dengan cara membuka ruang seluas-luasnya kepada gerakan AKBAR, komite aksi pada tanggal 10 Mei 2010 meminta Bupati turun dari jabatanya karena terindikasi korupsi, untuk membuka kembali kasus korupsi yang melibatkan Bupati Buol, Amran Batalipu, seperti kasus Ahli Fungsi hutan dan kepemilikan alat berat. Kedua konflik vertical ini tidak dibuka karena akan merugikan seluruh calon kandidat yang akan maju bertarung pada Pilgub, asumsi lain dari sebaran konflik yang dibuat adalah untuk kepentingan pembengkakan anggaran pengamanan Pilgub, dari ketatapan APBD Propinsi untuk pengamanan pada Pilgub sebesar Rp.382 juta untuk seluruh wilayah di Sulawesi Tengah, dan sampai saat ini pihak keamanan terus mengusulkan anggaran keamanan menjadi Rp.800 juta. Pertanyaan dasar dari konflik yang ditebar, kenapa jumlah konflik tidak jauh dari Kota Palu sebagai jantung aktifitas politik, daerah Sigi dan daerah pinggiran lainnya dipilih untuk kepentingan publikasi dan pembentukan opini publik, karena kota Palu merupakan jantung dari aktifitas media yang ada di Sulteng, jangakauan media nasional dan local ke daerah konflik merupakan pilihan jumlah konflik lebih banyak dari daerah pinggiran Kota Palu.
<br />
<br />Konflik yang ditebar sejalan dengan hingar-bingar kasus korupsi yang terjadi sebelum pelaksanaan voting day, kasus korupsi di Sulawesi Tengah terbagi dua, pertama kasus sudah ditangani oleh lembaga hukum, kedua kasus korupsi yang diarahkan kepada salah satu calon kandidat yang akan bertarung pada Pilgub kali ini. Kasus korupsi yang paling banyak disoroti oleh publik adalah kasus korupsi KPU Donggala pada Pemilukada Sigi sebesar Rp. 12 Milyar, dalam kasus korupsi KPU Donggala terperiksa adalah bendahara dan ketua KPU Donggala,Amir Mahmud[17], dan yang dijadikan tersangka hanyalah bedahara KPU Donggala, Hariyanto Abdul Tanga[18], kasus korupsi KPU Donggala ditagani olehKejakasaan Tinggi Sulawesi Tengah. Kasus Suap Jaksa di Kab.Buol yang dilaporkan oleh KOMPAS(Koalisi Demokrasi untuk Pemeritahan Amanah dan Bersih), merupakan front gerakan di Sulawesi tengah yang terdiri dari NGO dan ormas-ormas,dilaporkan kepada KEJATI Sulteng pada tanggal 17 Januari 2011. Korupsi Rumah Sakit Undata dalam hal pengadaan alat penghancur sapah, kasus Korupsi RS Undata ditangani oleh KEJATI Sulteng dan sampai saat ini belum memperjelas status penahanan ketua panitia lelang, Haldi Dzulmantap dan pejabat pelaksana tekhnis kegiatan, Abdul Azis[19]. Dana APBN tahun 2007-2008 untuk penanggulangan bencana menjadi lahan korupsi bagi pejabat yang ada di Sulawesi tengah, pengadaan bronjong di DAS sungai Palu yang melibatkan kepala BWSS III dinas Pekerjaan Umum, korupsi di daerah-daerah lainnya adalah Korupsi APBD Kab.Morowali tahun 2010 yang di sidangkan di Pengadilan Negeri Pso merugikan keuangan Negara sebesar Rp.5,5 Milyar dengan terdakwa Gemawati Hambuako dan Linme J. Werokila[20]. Kasus korupsi yang telah teruraikan diatas adalah kasus korupsi yang yang masuk pada areal satu dan dalam penanganan lembaga hukum, kasus korupsi yang masuk pada areal kedua adalah laporan dan temuan BPK-RI pada penggunaan keuangan di Bank Sulteng , RSU UNDATA dan Dinas Pendapatan Propinsi, dari ketiga kasus ini kemudian DPRD Propinsi memanggil Gubernur Sulteng, H.B Paliudju untuk mengklarifikasi temuan BPK-RI tersebut[21]. Temuan BPK-RI terhadap penggunaan keuangan di Bank Sulteng menyangkut penyertaan modal kredit yang mengalir ke Pemerintah Daerah Parigi-Moutong, perkembangan terakhir kasus penyertaan modal kredit terus didorong oleh DPRD Propinsi dan eksekutif. Kasus pembangunan Gedung Wanita (GW) yang saat ini diselidiki oleh pihak KEJATI Sulteng terus bergulir, kasus pembangunan GW awalnya melalui Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPRD Provonsi dan pihak penegak hukum, dari hasil pertemuan RDP kemudian pihak KEJATI sulteng terus melakukan penyelidikan, kasus GW membuat H. B. Paliudju merasa terganggu, dari beberapa kali statement H.B. Palidju dimedia masa mengatakan kalau kasus GW ini sangat berbau politis.
<br />
<br />Kondisi perlawanan di Sulawesi tengah selama bulan januari terjadi disektor petani dan buruh, pada tanggal 21 Jnauari 2011[22] masa dari Front Perjuangan Rakyat (FPR) dengan jumlah masa ratusan melakukan aksi mengenai kekesarasan terhadap petani dan perampasan tanah di Sulawesi Tengah, FPR memfokuskan isu pada kekerasan yang dilakukan oleh pengusaha PT. POSO ENERGI terhadap petani penggarap di desa Peura, Kec. Pamona Utara Kab. Poso. Gerakan perlawanan spontan pun terjadi di Kab.Buol yang dilakakukan oleh pegawai RSU BUOL[23] dengan aksi protes menuntut menu makanan yang diperuntukan kepada tenaga/pegawai dilingkungan RSU BUOL yang tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), aksi ini hanya terjadi dalam lingkungan rumah sakit dengan menuliskan karton berisi kalimat-kalimat protes. Masih di Kabupaten yang sama terjadi PHK yang dilakukan pengusaha SPBU[24], pengusaha mem-PHK karyawannya sejumlah 5 orang dan bentuk perlawanan karyawan spontanitas mendatangi kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
<br />
<br />Gerakan perlawanan mahasiswa hampir dikatakan sepi, pasca aksi hari anti Korupsi front yang dibentuk bersama oleh organisasi gerakan mahasiswa eksternal, Aliansi Mahasiswa Peduli Bangsa Indonesia (AMPIBI), tidak lagi terkonsolidasikan dengan baik untuk merespon momentual dibulan januari , dikarenakan AMPIBI persoalan teknis pasca aksi hari anti korupsi se-dunia 2010, AMPIBI dibebani dana ganti rugi sebanyak Rp.15.000.000,- untuk mengganti soundsystem yang dirusak oleh aparat keamanan. Organisasi internal kampus, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) diseluruh universitas/sekolah tinggi Kota Palu sebagai jantung gerakan perlawanan tidak terpecah mengenai BEMNUS VS BEMSI, kebanyakan BEM di Kota Palu tenggelam dalam aktifitas kegiatan internal kampus;seminar,workshop dll. Disituasi Pilgub pun BEM dan AMPIBI tidak terlibat untuk mengintervensi situasi politik Pilgub secara terbuka, hanya saja seluruh kekuatan mahasiswa Universitas Tadulako secara individu didiorng untuk terlibat dalam pemenangan tim SAFA.
<br />
<br />Penulis adalah Ketua Wilyah LMND Sulteng dan anggota KPW PRD SultengUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-31425216715718615142011-02-24T10:20:00.000-08:002011-02-24T10:21:33.126-08:00Revolusi PSSIOleh : Lamen Hendra Saputra* <br /><br />Pada tahun 1930-an, Soeratin dan kawan-kawan seperjuangannya telah memotori berdirinya organisasi sepak bola, yaitu Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI), yang diperuntukkan untuk perjuangan anti-kolonial. Dalam menjalankan perjuangan anti-kolonialnya, tidak jarang PSSI harus berseteru dengan perkumpulan sepak bola kolonial Belanda, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB), bahkan seringkali terjadi aksi boikot pertandingan antara PSSI dan NIVB.<br /><br />Kini, 80 tahun setelah peristiwa itu, giliran PSSI yang mulai digugat dan diboikot oleh sebagian masyarakat sepak bola Indonesia. Beberapa hari terakhir, masyarakat pencinta bola menyaksikan bagaimana pertikaian antara PSSI dengan Liga Primer Indonesia (LPI), sebuah kompetisi baru di luar kompetisi resmi milik PSSI, Liga Super Indonesia (LSI).<br /><br />Sekarang ini, PSSI dipimpin oleh orang yang pernah tersandung kasus korupsi, yaitu Nurdin Halid. Tidak sedikit poster dan kecaman yang ditujukan terhadap terdakwa kasus dana simpan pinjam petani cengkeh (SWKP) sebesar Rp115,7 milyar ini, diantaranya: “Nurdin Mundur, Nurdin koruptor!”<br /><br />Terkait maraknya praktik korupsi di tubuh PSSI, seorang wartawan Kompas, Anton Sanjoyo, pernah membeberkan beberapa dugaan korupsi di organisasi sepak bola nasional tersebut. Anton mengutip pernyataan dari Ketua Umum Persebaya Surabaya, Saleh Ismail Mukadar, yang terang-terangan menyatakan bahwa sepak bola di lingkungan PSSI, termasuk Liga Super Indonesia, sarat dengan suap dan pengaturan hasil. Hampir semua manajer dan wasit pernah melakukan suap dan disuap. <br /><br />Jika pada masa perjuangan kemerdekaan PSSI telah menjadi organisasi politik anti-kolonial, maka sekarang PSSI telah berubah menjadi “sarang koruptor”. Jika dulu orang-orang PSSI adalah para pejuang anti-kolonial, maka sekarang ini isinya kebanyakan orang-orang yang hendak mencari “fulus”.<br /><br />Sejarah kelahiran sepak bola Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah perjuangan anti-kolonial. Karena itu pula, ajang kejuaraan sepak bola seringkali menjadi tempat untuk bergeloranya semangat nasionalisme. Bukankan Soeratin pernah berkata dengan sangat tepat: “Kalau di sepak bola kita bisa mengalahkan Belanda, kelak di lapangan politik pun kita bisa mengalahkan Belanda”.<br /><br />Oleh karena itu, persoalannya bukan ikut “nimbrung” dalam pertikaian PSSI versus LPI, tetapi mendesakkan perombakan total terhadap PSSI. Sudah tiba saatnya mengembalikan PSSI sebagai organisasi politik anti-kolonial, dan juga dengan mengembalikan sepak-bola sebagai sarana perjuangan anti-kolonial. <br /><br />* Ketua Umum EN LMNDUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-45136783329466526272011-02-24T06:03:00.000-08:002011-02-24T09:10:19.421-08:00Tolak Pembatasan BBM BersubsidiRatusan aktifis Mahasiswa dan Pemuda turun berunjuk rasa kejalan menuntut penolakan terhadap pembatasan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Mereka ini GERAP, KAMMI, GMNI UKI, CGM UBK, LMND, BEM UIC, FAM UMT, FAM YAI,KAM LAKSI 31,PPM,SDR,SMURAI,FPPI,IMAN dan RAKBER tergabung dengan Aliansi Gerakan Rakyat Tolak Pembatasan BBM Bersubsidi, hari kamis 24/02. <br /><br />Massa Aksi melakukan longmarch dari depan gerbang monas menuju kekantor energy dan sumber daya mineral (ESDM), kantor Mentri Perekonomian dan Istana Negara . <br /><br />Kata korlap dalam Orasinya Ketika Subsidi segera diganti, ini sangat merugikan Rakyat banyak karena secara otomatis bahan pokok akan ikutan mahal dan menteri yang bekerja sama dengan Asing harus diusir dari Bangsa ini karena akan merugikan bangsa ini. <br /><br />Mereka menuntut, mengusir perusahaan minyak asing dan nasionalisasi aset-asetnya untuk Rakyat, Tangkap mafia dan perkuat infrasruktur industry minyak nasional, Turunkan harga BBM dan kebutuhan pokok, Mendesak menteri-menteri yang gagal mensejahterakan Rakyat untuk segera mundur dari jabatannya, Adili SBY–Boediono karena telah melanggar pasal 33 UUD 1945. <br /><br />BBM Kebutuhan yang Harus Dipenuhi<br /><br />Sejak reformasi sampai saat ini, pengguna BBM sudah bisa hitung jari. Hanya kalangan menengah yang bisa menikmati,sementara menengah kebawah tanpa dibatasi pun kemampuannya sangat sulit untuk memenuhi, apalagi kalau dilakukan pembatasan subsidi.<br /><br />Konsumsi BBM menjadi tulang punggung bagi rakyat miskin untuk menjalankan kehidupan ekonominya. Hampir 80% rakyat Indonesia ekonominya tergantung dengan BBM, jika itu langkah maka kebutuhan hidup pun seperti telur di ujung tanduk, kata Lamen Hendra S. <br /><br />Hingga aksi ini berakhir, perwakilan dari pemerintah terhadap peserta aksi tidak direspon, mereka pun membubarkan diri.NsrUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-77983963400936784002011-02-21T07:52:00.000-08:002011-02-21T07:54:35.444-08:00Laporan Dari Presidium Nasional Ke-II PRDSelama tiga hari, yaitu dari tanggal 17-19 Februari 2011, Presidium Nasional (Presnas) ke-II Partai Rakyat Demokratik digelar di Jakarta. Sekitar tiga puluhan orang hadir dalam pertemuan itu. Empat belas orang adalah anggota presnas pusat, sedangkan sisanya adalah anggota Presnas dari daerah-daerah.<br />Ketua Steering Committe, Rudi Hartono, yang membuka pertemuan penting itu menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran para anggota Presnas dan perjuangan berat kawan-kawan daerah untuk menghadiri pertemuan ini.<br />“Saya merasa senang karena kehadiran anggota Presnas Ke-II lebih banyak bila dibandingkan dengan Presnas pertama. Ini sebuah kemajuan dan sekaligus menunjukkan semangat untuk membangun partai,” katanya.<br />Ia lalu menarik secarik kertas dari sakunya. “Saya harus menyampaikan apresiasi terhadap kawan dari Maluku, yaitu kawan Elyas. Beliau adalah peserta dari tempat terjauh, tetapi paling pertama tiba di Jakarta,” katanya berseloroh.<br />Semangat Presnas<br />Lebih dari enam bulan sejak presnas yang pertama, seluruh kader dan anggota PRD bahu-membahu untuk membangun partai. “Kami membenamkan diri dalam perjuangan petani Tanjung Medang,” kata Eka Subakti, ketua PRD Sumsel saat menjelaskan aktivitas partai di daerahnya.<br />Sementara itu, Rahmad dari KPW Lampung bercerita mengenai keberhasilan PRD dalam memimpin perjuangan petani untuk merebut kembali haknya di Lampung Barat dan Lampung Tengah. “Perjuangan petani sedang berkobar di tanah lampung dan partai telah mengambil peran untuk terlibat dalam perjuangan itu.”<br />Dengan tidak kalah semangatnya, Ashmad Rifai yang datang beberapa saat menjelang acara menceritakan perjuangan partai di Nusa Tenggara Barat, tempat dimana kaum tani juga sedang mengambil peranan penting dalam gerakan massa.<br />“Beberapa saat lalu, tiga hari menjelang Presnas, kaum tani di Bima ditindas oleh aparat keamanan. Puluhan petani ditangkap dan sebagian besar lainnya menghilang dari kampung mereka,” kata ketua KPW PRD Nusa Tenggara Barat ini.<br />Inilah sekilas cerita para anggota Presnas menjelang pertemuan dimulai. Di berbagai tempat, terutama sekali di Riau, NTB, Sultra, Sumsel, Lampung, dan lain-lain, PRD telah memainkan peranan penting dalam perjuangan bersama dengan kaum tani.<br />Sementara itu, cerita lain datang dari partai di Jawa Timur. Di kota yang dikenal dengan perjuangannya yang heroik pada tanggal 10 November, Surabaya, PRD telah mengambil peran aktif dalam perlawanan terhadap ide pembangunan tol tengah kota. “program ini akan menggusur sedikitnya 4500 rumah rakyat. Partai telah menggelar aksi berkali-kali bersama rakyat untuk menolak rencana keblinger ini,” terang Sekretaris KPW PRD Jatim Hendraven Saragih.<br />Dari bagian timur Indonesia, yaitu Maluku, PRD telah mengibarkan benderanya di tengah-tengah perjuangan rakyat. Elyas selaku ketua partai dari provinsi penghasil rempah-rempah ini menjelaskan bagaimana partai melakukan advokasi-advokasi terhadap berbagai persoalan rakyat.<br />Pekerjaan Politik Partai<br />Pada sesi sidang yang pertama, yakni tentang politik, KPP dan KPW melaporkan pekerjaan politik partai semenjak enam bulan pasca presnas pertama.<br />“Kita telah menjalankan kampanye anti-imperialisme, menggalang front persatuan di segala arena politik, dan merespon sejumlah momentum politik,” ujar Sekjend PRD Gede Sandra saat menyampaikan laporan politik.<br />Ketua Umum PRD Agus Jabo Priyono menceritakan pekerjaan politik KPP dalam menggalang sekutu untuk pembangunan front anti-imperialisme. “Partai telah berusaha mendekati berbagai kekuatan politik dari berbagai spektrum. Di situ kami telah mengkampanyekan garis politik partai tentang anti-imperialisme,” katanya.<br />Agus jabo juga menyampaikan perkembangan politik nasional, terutama kecenderungan politik partai-partai di parlemen. “Belum ada kekuatan politik di parlemen yang secara terang menegaskan dirinya sebagai anti-imperialis. kalaupun ada yang mengaku nasionalis, tetapi mereka sangat ragu-ragu untuk tegas bersikap anti-imperialis.”<br />Sejurus dengan itu, laporan KPW-KPW juga menggambarkan pekerjaan politik PRD untuk memperluas front anti-imperialisme dengan berbagai kekuatan politik, baik melalui kekuatan politik parlemen maupun aksi-aksi massa.<br />“Kawan-kawan di NTT sedang membentuk sebuah front strategis bernama Front Rakyat Anti-imperialis Neoliberal (FRAIN), dan punya perspektif untuk menjadi front permanen di masa depan,” ujar Bedi Roma, dari KPW PRD NTT.<br />Front Anti-Imperialisme Seluas-Luasnya<br />Dalam pendiskusian situasi nasional, hampir seluruh peserta presnas menyepakati bahwa serangan neoliberal di Indonesia sudah sampai tahap yang mendalam dan cukup luas di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan sosial-budaya.<br />Sebagaimana dijelaskan oleh Rudi Hartono, Deputi Kajian dan Bacaan KPP-PRD, bahwa neoliberalisme telah menghancurkan ekonomi produksi di dalam negeri, yakni meliputi penghancuran produksi pangan, penghancuran produksi kecil dan menengah, dan penghancuran pasar di dalam negeri.<br />“Situasi itu menyebabkan ketergantungan yang sangat besar ekonomi nasional terhadap asing. Hampir semua barang kebutuhan hidup didapatkan atau diimpor dari negeri-negeri imperialis,” tegasnya.<br />Hal senada juga disampaikan oleh Arie Ariyanto, ketua deputi politik KPP-PRD, yang menjelaskan soal bagaimana neoliberalisme mereproduksi dirinya sebagai jalan untuk mengatasi krisisnya.<br />“Supaya tidak disebut privatisasi, maka mereka menggunakan istilah IPO (Initial Public Offering). Juga istilah pencabutan subsidi BBM diganti dengan istilah yang lebih halus, yaitu pembatasan subdisi.”<br />Adalah sangat menarik, dan tentu bukan kebetulan, bahwa, kendati basis ekonomi rejim berkuasa di Indonesia sudah hancur, tetapi mereka masih bisa membiayai dirinya dari kucuran utang dan korupsi, dan juga mempertahankan kekuasannya dengan berbagai sogokan dan kanalisasi.<br />Masalah lainnya disebabkan oleh ketiadaan kekuatan oposisi yang signifikan. “Oposisi sangat luas dan terpecah-pecah, sehingga tidak bisa menjelma menjadi signifikan,” kata Dominggus Oktavianus, ketua Deputi Hubungan Internasional KPP-PRD.<br />Kawan AJ Susmana menegaskan soal pentingnya usaha tidak kenal menyerah untuk membangun persatuan nasional anti-imperialis seluas-luasnya. “Ada sentimen anti-imperialisme yang muncul saat pilpres 2009, tetapi gagal dilanjutkan oleh Mega-pro hingga saat ini,” katanya.<br />Kader PRD yang dikenal dengan kemampuan filsafatnya ini menjelaskan bahwa partai harus bisa menarik kekuatan-kekuatan anti-imperialis di berbagai partai politik, ormas, maupun di dalam pemerintahan.<br />“Kepemimpinan nasional (SBY-Budiono) sekarang ini mencerminkan dirinya sebagai antek imperialisme alias pengecut. Karena itu, serangan kita seharusnya difokuskan kepada kepemimpinan nasional, sembari mengorganisir dan melipatgandakan kekuatan anti-imperialis,” tegas AJ Susmana.<br />Ada masalah dengan ketiadaan garis pemisah yang tegas antara kekuatan yang teridentifikasi sebagai pro-imperialisme dan anti-imperialisme. Sebagian besar politisi hanya menganggap parpol sebagai kendaraan politik, bukan sebagai alat perjuangan.<br />Diskusi di bidang politik melahirkan rekomendasi yang sangat tegas, yaitu: membangun persatuan nasional anti-imperialisme seluas-luasnya, dengan musuh pokoknya adalah pemerintahan (SBY-Budiono).<br />Pembangunan Ideologi<br />Neoliberalisme tidak hanya menjajah secara ekonomi dan politik, tetapi juga menaklukkan gagasan-gagasan nasional dan martabat manusia. Oleh karena itu, PRD memandang pentingnya membangun propaganda yang sistematis dan bersifat massal.<br />Penggunaan azas pancasila oleh PRD dianggap sudah sangat tepat dan berkontribusi dalam memudahkan partai untuk mempropagandakan anti-imperialisme di kalangan massa rakyat. “Dengan menggunakan pancasila, kita lebih mudah untuk menjelaskan sosialisme, demokrasi, dan nasionalisme kepada massa rakyat,” ujar Babra Kamal, ketua KPW PRD Sulsel, yang menceritakan pengalamannya saat mensosialisasikan PRD kepada massa luas.<br />Hanya saja, sebagaimana diakui juga oleh sebagian besar pengurus partai di daerah, pelaksanaan pendidikan anggota belum berjalan secara maksimal dalam perjalanan enam bulan pasca presnas pertama. “Ini catatan penting buat anggota presnas dan harus segera dibenahi di masa mendatang,” kata Ketua Deputi Pendidikan dan Kaderisasi KPP-PRD, Data Brainanta.<br />Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan di daerah, antara lain; masih kurangnya tenaga pengajar, pembuatan kurikulum dan silabus yang belum selesai, dan persoalan teknis lainnya.<br />Di bidang agitasi dan propaganda, presnas PRD juga menegaskan perlunya membangun koran partai yang bisa menjangkau massa rakyat secara luas, terutama koran cetak. Disamping itu, untuk memassalkan berdikari online sebagai bacaan massa rakyat, maka kader juga perlu memberikan pelajaran kepada massa tentang bagaimana cara mengakses berdikari online melalui ponsel.<br />Diskusi di bidang ideologi menghasilkan rekomendasi: (1) pendidikan kader dan anggota. (2) penyelesaian kurikulum pendidikan, (3) mencetak editorial Berdikari Online di daerah-daerah, (4) partai harus membuat lembaga riset, (5) membuat website partai, (6) membuat pelatihan skill pada massa untuk mengakses berdikari online, (7) pendidikan keahlian, (8) kerjasama-kerjasama dengan lembaga atau juga universitas untuk pendidikan bersama, (9) penentuan petugas pendidikan di daerah.<br />Pembangunan Struktur<br />Hampir setahun pasca kongres dan enam bulan pasca presnas pertama, anggota PRD telah berhasil membangun struktur partai di 20 Provinsi dan di 31 kota/kabupaten. Disamping itu, partai juga sudah berhasil diperkuat oleh 326 kader dan 252 anggota.<br />Menurut Binbin Firman Tresnadi, Kepala Biro Organisasi KPP-PRD, salah satu penyebab belum tercapainya target pembangunan struktur partai adalah belum terciptanya kesepahaman antar seluruh kader partai mengenai konsepsi pembangunan partai (party building).<br />Disamping itu, persoalan lain yang dianggap mengganggu adalah persoalan koordinasi kader di berbagai lapangan pengorganisiran (organisasi massa, parpol, dan lain-lain). Untuk mengatasi persoalan koordinasi ini, forum presnas menyepakati untuk menggunakan mekanisme rapat koordinasi (rakor), yang akan diselenggarakan secara reguler di semua tingkatan (KPP, KPW, KPK, KPC, dan KPDL).<br />Dalam soal pendanaan dan logistik, presnas juga menyimpulkan bahwa partai belum berhasil membangun unit usaha yang terintegrasi secara nasional dan dikelola secara profesional.<br />Salah satu rekomendasi dari diskusi bidang organisasi adalah pemenuhan target pembangunan struktur partai menjadi 21 KPW (wilayah), 63 KPK (kota/kabupaten), dan 189 KPC (kecamatan hingga presnas ke-III mendatang. Selain itu, presnas juga menetapkan target perekrutan anggota sebanyak 5000 orang dalam enam bulan kedepan.<br /><br />Intervensi pemilu 2014<br />Sebagaimana yang sudah diamanatkan oleh Kongres VII-PRD mengenai respon pemilu 2014, forum presnas juga bersepakat untuk menempatkan respon pemilu 2014 sebagai bagian dari taktik pembangunan partai.<br />Untuk itu, sebagai konsekuensinya, penentuan dapil prioritas untuk elektoral akan diletakkan pada basis-basis pengorganisiran partai. Kerja politik partai harus terus tertuju pada kampanye anti-imperialisme, pembangunan struktur, dan perekrutan kader dan anggota seluas-luasnya. Sedangkan dapil hanya konsekuensi dari kerja-kerja tersebut.<br />Ditambahkan, bahwa kendaraan politik untuk menuju pemilu 2014 akan disesuaikan dengan geopolitik masing-masing daerah. selain itu, dijelaskan pula bahwa penentuan jumlah caleg per-dapil akan disesuaikan dengan kekuatan basis. “Kita harus menempatkan jumlah kader untuk caleg berdasarkan kekuatan basis kita. Ini juga untuk mengukur kekuatan partai.”<br />Sebagai target utama dalam pilpres 2014, forum presnas bersepakat untuk menjadikan target merebut DPRD Tk.II (kota/kabupaten) sebagai target paling realistis untuk intervensi pemilu 2014.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-1059722444125541652011-02-14T01:38:00.000-08:002011-02-18T00:21:45.649-08:00HENTIKAN PERAMPOKAN KEKAYAAN ALAM DAN PENANGKAPAN TERHADAP RAKYATHari ini kita kembali menemukan kenyataan di lapangan bahwa janji Pemerintah dan Kepolisian untuk melakukan reformasi di tubuh Kepolisian Republik Indonesia hanyalah retorika kosong (BOHONG) demi memupuk citranya. Dalih penertiban dan gangguan terhadap keamanan yang digunakan aparat kepolisian dan pemerintah dalam menangani hak menyampaikan pendapat warga Negara (Unjuk Rasa) selalu dijadikan legitimasi untuk merepresi. Cara-cara mengedepankan tindakan represif ini mengingatkan kita kembali kepada pola Orde Baru dalam menghadapi setiap perlawanan rakyat yang menuntut hak dasarnya. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa aparat kepolisian dan aparat kekerasan Negara lainnya mulai kembali menempatkan dirinya sebagai penjaga stabilisasi kemananan dalam memastikan expansi modal dan penguasa. <br /><br />Tindakan berlebihan yang dilakukan aparat kepolisian di Bima dalam menghadapi unjuk rasa yang dilakukan oleh sekitar 3.000 warga dari 3 kecamatan (Sape, Lambu dan Langgudu) Bima pada 10 Februari 2011 kemarin, dapat dikategorikan sebagai contohnya.<br /> <br />Kekawatiran warga akan dampak negative dari keberadaan explorasi perusahaan tambang di Indonesia saat ini setidaknya sudah menjadi sesuatu yang wajar. Harapan peningkatan kesejahteraan setelah berdiri perusahaan-perusahaan tambang baru di suatu wilayah tertentu, kenyataannya hanya menjadi lahan korupsi dan kehancuran ekosistem setempat. Tak jarang pula keberadaan perusahaan tambang tersebut melakukan penyerobotan terhadap lahan-lahan miliki warga setempat, seperti yang terjadi pada warga Talaga Raya, Bau-Bau, yang lahannya diserobot oleh PT. Agro Morini Indah (2010).<br /><br />Unjuk rasa sekitar 3.000 warga diwilayah kecamatan Sape, Lambu dan Langgudu yang kawatir akan dampak negative dari kehadiran PT. Sumber Mineral Nusantara terhadap produktifitas pertanian warga yang mayoritas menanam bawang sebenarnya berlangsung secara damai. Kedatangan warga ke kantor kecamatan Lambu saat itu merupakan usaha yang dilakukan warga untuk menemui Bupati Bima, H. Ferri Julkarnain ST., agar mencabut SK nomor 188 tentang pemberian izin eksplorasi tambang PT. Sumber Mineral Nusantara, seluas 25.000 H. Pada awalnya, perwakilan warga diterima oleh camat Lambu dan dijanjikan dapat bertemu dengan Bupati Bima. Namun, setelah dilakukan pertemuan kedua kalinya, camat menyampaikan bahwa Bupati sedng berada di luar kota. Inilah yang memicu kemarahan warga. Warga mencoba masuk ke dalam pagar kecamatan Lambu, namun dihalau oleh aparat kepolisian dengan tembakan yang kemudian diketahui telah mengenai kaki dari 2 orang warga. Dalam kejadian ini, 7 warga yang lain juga mengalami luka-luka akibat terkena peluru karet, batu dan pentungan.<br /><br />Sore setelah Aksi aparat Kepolisian, Tentara dan Brimob, mendatangi rumah warga yang ikut Aksi. Warga yang diduga terlibat dan bertanggung jawab atas unjuk rasa tersebut ditangkap tanpa ada surat pemberitahuan dan penagkapan dari kepolisian. Sampai saat ini, terdapat 60 warga yang telah ditangkap dan belum diketahui keberadaannya. <br />Oleh karena itu kami menuntut dan menyatakan sikap bahwa :<br /><br />1. Penghentian penangkapan terhadap rakyat Bima yang terlibat dalam aksi menuntut penolakan tambang emas PT. Sumber Mineral Nusantara.<br />2. Pembebasan tanpa syarat terhadap Rakyat Bima yang ditangkap Kepolisian Resort Bima.<br />3. Penghentian Eksplorasi PT Sumber Mineral Nusantara yang merusak pertanian Rakyat.<br />4. Hentikan perampokan kekayaan alam sekarang juga.<br /><br />Kami juga menyerukan kepada gerakan rakyat dan mahasiswa untuk bersatu melawan ekspansi modal yang merugikan kepentingan rakyat.<br /><br />Jakarta, 14 februari 2011<br /><br />Eksekutif Nasional<br />Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi<br /><br /><br /><br />Lamen Hendra Saputra<br />Ketua UmumUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-3936719007102272832011-02-14T01:23:00.000-08:002011-02-18T00:36:28.582-08:00Pegaduan Kasus Perampokaan Kekayaan Alam dan Represif atau Penangkapan Warga di Bimasenin 15 februari 2011, Puluhan aktifis Ekskutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EN-LMND) dan Eksekutif Wilayah Jobadetabek mendatangi Komnas HAM mengadukan kasus perampokan kekakayaan alam dan penangkapan terhadap Rakyat di Bima.<br /><br />pengaduan itu, terkait dengan aksi massa yang bentrok dan penangkapan paksa terhadap masyarakat. Mereka yang diduga ikut aksi penolakan SK Nomor 188 tentang pemberian izin eksplorasi tambang PT. Sumber Mineral Nusantara, seluas 25.000 H,kamis 10 Februari 2011 . <br /><br />EN-LMND dan Eksekutif Wilayah Jobedetabek diterima oleh salah satu anggota Komnas HAM, Pak Kabul dan menyampaikan kronologis yang terjadi di Bima. Namun pihak komnas ham akan barupaya mengecek kembali hasil laporan, menurutnya.<br /><br />Lamen Hendra Saputra, Ketua umum LMND, kami berharap agar Komnas HAM melakukan upaya untuk menyelesaikan kasus penangkapan dan represif oleh pihak keamanan di Bima dan pihak komnas harus segera menghubungi pihak keamanan di Bima, agar menghentikan penangkapan dan membebaskan Masyarakat yang ditangkap. <br /><br />lanjutnya, ini rangkaian konstalasi politik pecah-belah yang dijalankan pemerintahan sekarang untuk menghilangkan persoalan-persoalan kemiskinan.<br /><br />Tuntutan-tuntutan itu diakomodir oleh Pak Kabul selaku petugas komnas HAM, katanya Komnas HAM akan merespon semua pengaduan sesuai dengan mandat terkait dengan penyelesaian kasus tersebut. NasirUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-35665324933465943332011-01-22T07:55:00.000-08:002011-01-22T07:57:37.190-08:00Kedatangan Budiono Untuk Pertambangan, Dikecam Mahasiswa<span style="font-weight:bold;"></span><br />Pangkalan Baru, sejumlah mahasiswa menentang kedatangan wapres, Budiono. Kedatangan Budiono untuk mengintervensi pengelolaan tambang kapal isap.<br /><br />Mereka dari Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (Permahi) yang mengatakan, sejak dimulainya pertambangan, masyarakat belum menikmati kesejahteraan, dimana lebih dari 16% terlilit dengan kemiskinan sehingga tidak sejalan dengan kepentingan nasional.<br /><br />Lanjutnya, Budiono sangat terkait dengan kepentingan asing, pernah menjabat gubernur BI dan tahun 2002 menyepakati kerjasama dengan AS untuk program liberalisasi.<br /><br />Sementara itu, perwakilan HMI menegaskan Budiono gagal dalam membangun Indonesia, apalagi saat ini mengenai meningkatnya kasus korupsi seperti Gayus.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-47400305195355823052011-01-20T23:24:00.000-08:002011-01-21T00:24:01.090-08:00Sistem Pembayaran Mahasiswa Unsrat Masih MenyusahkanPembayaran dengan cara registrasi di kampus Unsrat masih dikeluhkan mahasiswa. Beberapa diantara rela antri berjam-jam untuk melakukan pembayaran. Padahal mereka sudah bisa membayar dengan system online. Namun saat ini masih sulit dikarenakan pengaturan registrasi belum terlaksana dengan baik. <br /><br />Misalnya saja, Apriana, sangat mengeluhkan, katanya “ bayangkan saja, saya mahasiswa semester V masih bingung, malah kesasar di loket administrasi. Saya mau mengambil slip buku pembayaran SPP dan slip untuk diberikan kepada bank. Selain itu, tidak ada papan petunjuk yang disediakan pihak kampus”<br />Kalau begini terus, kemungkinan mahasiswa akan terlambat untuk mengatur jadwal kuliah, kartu rencana studi, dan bisa saja membuat mahasiswa menjadi malas untuk membayar ditengah pembayaran juga semakin mahal. <br /><br />Sekitar pukul 10.00, mahasiswa sudah berdesak-desakan akibat registrasi yang membingungkan, mereka pun harus membayar, apabila terlambat akan di denda yang hampir sama kelipatan biaya SPPnya, sekitar 100%. Ketika mau membayar, malah bank sudah tutup, Rendy, ungkapnya.<br /><br /> Secara aturan, pembayaran melalui loket sudah ditetapkan berdasarkan masing-masing fakultas. Sementara saat ini banyak membayar bukan pada jadwal yang telah ditentukan.<br />Ibu, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan dia sangat kesulitan menghadapi mahasiswa yang melanggar jadwal. Akan tetapi, tidak boleh disalahkan, mereka melanggar dikarenakan takut akan denda yang diterapkan universitas. <br /><br />Untuk itu, pihak rector harus cepat mengambil tindakan demi kelancaran akademik kedepan. (An)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-68241289551793117962011-01-15T21:35:00.000-08:002011-01-15T21:38:18.380-08:00Mengecam Penembakan Mahasiswa dan Civitas Akademika Unasman oleh Aparat KepolisianPenolakan yang dilakukan mahasiswa terhadap rencana penggusuran kampus Unirversitas Al-asyariah (Unasman) akibat adanya sengketa terhadap tanah yang ditempati, namun keterlibatan polisi untuk melarang demontrasi hingga melakukan pembubaran secara paksa di dalam kampus.<br /><br />Mereka tetap melakukan demontrasi untuk mempertahankan kampusnya dari penggusuran, kalau tergusur lantas dimana mereka akan menjalani kuliah. Untuk itu tetap bersihkeras untuk tetap demontrasi dikampus yang mengakibatkan bentrok dengan polisi.<br /><br />Bentrok dengan polisi dihadapkan dengan senjata yang mengakibatkan 13 mahasiswa tertembak, 35 luka-luka, diantaranya, Ilham (kaki kiri tertembak), Muh Rusdi (betis tertembak), Ibrahim (kepala tertembak), Mursalim (terinjak), Andi Sumadi (Luka di kepala), Guntur (memar di tangan dan lengan), Amirullah (patah di lengan), Edi Fikom (patah), Mardana (jari kiri patah), Muh Rafi Fachri (luka lengan), Irfan (luka di tangan), Muh Nawawi (luka di lengan), Andi Aris (Luka di betis), Alif darmadi (luka di betis), Firdaus Tambelu (patah lengan), Ramadhan (patah lengan) dan dua dosen, Sofyan dan Masuddin harus dilarikan ke rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo, Makassar akibat dada dan lehernya terkena peluru.<br /><br />Selain itu, polisi menembakkan peluru tajam padahal peluru tajam dipergunakan jika kondisinya mengancam keselamatan dan hendak melindungi kemanaan yang lebih luas lagi, dalam keadaan perang. Ini menunjukkan betapa bobroknya instansi kepolisian dengan selalu menggunakan kekerasan ketika menangani perlawanan dari rakyat.<br /><br />Mereka menghadang polisi yang mau masuk kampus untuk meredam demontrasi yang dilakukan mahasiswa bersama masyarakat setempat karena polisi tidak punya wewenang untuk ikut campur lebih dalam dengan urusan kampus, sehingga untuk mengatasi persoalan yang terjadi dilingkungan kampus harus diselesaikan dengan pihak akademika kampus saja.<br /><br />Namun, kapolda malah mendukung langkah yang dilakukan bawahannya dengan membiarkan mengambil keputusan tanpa koordinasi dengan atasan. Selain itu, mereka akan mengirim lebih banyak lagi personel Brimob Polda Sulsel dengan alas an ketidakmampuan untuk mengaamankan kejadian tersebut. Jadi ini semakin jelas bahwa pihak kepolisian lebih mengutamakan jalan kekerasan dibanding diplomatik dan lebih mengutamakan profesional bekerja menangani perlawanan mahasiswa yang berunjuk rasa.<br /><br />Disamping itu, demontrasi merupakan instrumen dari demokrasi, dimana setiap organisasi maupun individu bebas untuk mengkritik, tapi jangan diperhadapkan dengan prilaku yang bertentangan dengan demokrasi.<br />Untuk itu kami menuntut :<br /><br />1. Copot Kapolda Sulsel Irjen Polisi Johny Wainal Usman dan Kapolres Mamuju, AKBP Darwis Rincing, yang bertanggungjawab terhadap perbuatan anggotanya yang terlibat memukuli mahasiswa. <br /><br />2. Mendesak kepada Mabes Kapolri untuk segera mengontrol seluruh bawahan dalam bertindak dan membangun demokrasi dalam melaksanakan tugas.<br /><br />3. Mengutuk keras prilaku Kekerasan yang dilakukan polisi dan harus diproses secara hukum karena malanggar UUD 1945.<br /><br />4. Mengutuk keras campurtangan kepolisian dalam persoalan yang terjadi dikampus yang berhubungan fungsi dan wewenangnya.<br /><br /><br />Jakarta, 16 Januari 2011<br /><br />Bangun Dewan Mahasiswa, Rebut Demokrasi Sejati<br />Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi<br />(EN-LMND<br /><br /><br /><br />Lamen Hendra S <br />Ketua Umum<br /> <br />Agus Priyanto<br />Sekertaris JendralUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-16079132972711078052010-12-31T19:20:00.000-08:002010-12-31T19:22:00.634-08:00Catatan Akhir Tahun 2010 (Ekonomi)Pada saat memasuki tahun 2010, ekonomi dunia sedang mengalami dua kejadian penting, yaitu: pertama, krisis ekonomi kapitalisme global yang sangat mendalam dan struktural, dan kedua, pergeseran kekuatan ekonomi dunia dari utara (AS dan eropa) ke Asia timur (Tiongkok) dan amerika latin.<br />Amartya Sen, seorang ekonom India, dalam tulisannya di Newyork review menyebut tahun itu sebagai “tahun krisis”, dan tahun berikutnya akan disertai dengan penurunan tajam ekonomi dunia melebihi depresi besar tahun 1930-an. <br />Perkiraan Amartya Sen ada benarnya, sebab di tahun 2010 krisis ekonomi dunia bukannya menjinak, malah semakin mengganas dan melahap ekonomi negara-negara kuat di eropa, seperti Yunani, Spanyol, Portugal, Inggris, dan lain sebagainya.<br />Sementara ekonomi Indonesia, yang sebagian besar tumpuannya bergantung kepada ekonomi kapitalis global, turut merasakan pukulan telak dari keberlanjutan krisis ini. Jika pada tahun 2009 tenggelamnya ekonomi Indonesia baru mencapai leher, maka pada tahun ini tenggelamnya ekonomi Indonesia sudah mencapai dagu. <br />The Economist, majalah mainstream paling bergengsi, pernah menulis, “ekonomi Indonesia memang tumbuh, tapi sayang sekali, kemiskinan juga tumbuh.” Meskipun pertumbuhan ekonomi diprediksi akan menembus 6,3%, tetapi hal tersebut tidak menciptakan “Trickle down effect”.<br />Penghancuran Industri Nasional<br />Tahun 2010 dapat dikatakan sebagai tahun kematian industri nasional. Beberapa jenis industri yang selama ini menjadi benteng terakhir, seperti baja, kretek, produk pertanian, dan lain sebagainya, telah dihancurkan dengan jalan dijual atau dibangkrutkan.<br />Pada tahun 2006, Indonesia diperkirakan mempunyai 29 ribu perusahaan manufaktur skala menengah, tetapi sekarang jumlahnya tidak melebihi 27 ribu. Industri skala mikro dan kecil pun anjlok 2,1 persen dan 5 persen dihantam oleh kebijakan neoliberalisme.<br />Jika di masa sebelumnya, proses de-industrialisasi baru menghantam perusahaan-perusahaan menengah dan kecil, maka sekarang ini (tahun 2010) korbannya sudah mencakup perusahaan-perusahaan tulang punggung<br />Sementara itu, sebagian sektor industri telah menurunkan kapasitas produksinya hingga 25% dari potensi produktifnya, antara lain, industri baja, sepatu dan tekstil. Salah satu penyebab penurunan kapasitas produksi itu adalah turunnya permintaan, terutama di pasar dunia, yang sekarang ini memang sedang dilanda krisis over-produksi.<br />Ada keterkaitan langsung antara krisis kelebihan produksi di negara maju dengan praktik penghancuran industri di negeri dunia ketiga. Sebab, dengan menghancurkan industri negeri dunia ketiga, maka industri negara maju kehilangan pesaing potensialnya dan dapat menguasai pasar negara dunia ketiga tersebut.<br />Fonemena inilah yang menjelaskan mengapa pemerintahan SBY-Budiono sangat agressif untuk menjalankan program privatisasi terhadap sejumlah BUMN paling strategis, yaitu PT. Krakatau Steel (penguasa baja nasional), PTPN III, IV, VII (penguasa sektor perkebunan/agrobisnis), dan dua raksasa perbankan nasional, Bank Mandiri dan Bank BNI.<br />Pada tahun 2010 ini, rejim SBY-Budiono berusaha memastikan privatisasi terhadap delapan BUMN, yaitu PTPN III, PTPN IV, PTPN VII, PT C Phrimissima, PT Kertas Padalarang, PT sarana Karya, Bank Mandiri, dan Bank BNI.<br />Industri kretek, salah satu industri yang tumbuh dengan corak nusantara dan mempergunakan modal/sumber daya di dalam negeri, juga sedang berada di mulut kehancuran. Sejumlah lembaga asing, seperti Bloomberg Initiative, telah menggelontorkan dana kepada sejumlah lembaga pemerintah dan ormas untuk mengkampanyekan “anti-rokok” dan pembatasan tembakau.<br />Perusahaan asing juga sangat berjaya dalam mengusai sumber energi nasional, terutama migas dan batubara, yang menyebabkan industri nasional kesulitan mendapatkan pasokan energi. Hal ini semakin diperparah dengan kebijakan energi pemerintahan SBY-Budiono, yang justru mengutamakan ekspor gas dan batubara ke luar negeri sebelum kebutuhan domestik terpenuhi.<br />Ada pula program Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD), yang oleh penganjurnya dimaksudkan untuk mencegah kerusakan hutan lebih lanjut di seluruh dunia, justru menjadi kesempatan baru bagi imperialis untuk menguasai hutan kita dan menghidupi bisnis karbonnya.<br />Penghancuran ekonomi Rakyat<br />Sampai tahun 2010 jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diperkirakan mencapai 51 juta unit atau 99% dari total unit usaha yang ada. Namun, sejak ekonomi nasional berayun ke arah liberalisasi, UMKM telah menjadi korban paling pertama yang bertumbangan.<br />UMKM ini sangat bergantung pada dua hal, yaitu jaminan kredit dan pasar. Jauh sebelumnya, UMKM sudah menderita akibat kenaikan harga BBM dan TDL. Pada tahun 2010, bersamaan dengan diberlakukannya China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA), sektor UMKM Indonesia seperti digiring ke liang pembantaian.<br />Misalnya Industri batik, yang sekarang ini juga banyak dibuat oleh China, telah mengancam masa depan industri batik di dalam negeri. <br />Namun, cerita sedih mengenai penghancuran ekonomi rakyat belum berhenti di sini, tetapi terus berlanjut dengan keputusan pemerintah membiarkan peritel modern memasuki kampung-kampung dan pelosok-pelosok.<br />Sebagai perbandingan mengenai hal ini, dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, ekonomi nasional atau rakyat (UMKM) yang berjumlah 51 juta atau 99% dari total pelaku ekonomi hanya menikmati 39,8% dari PDB, sementara korporasi besar asing menikmati hingga 60,2%. Dalam hal pasar, ekonomi nasional atau ekonomi rakyat hanya menempati 20% pangsa pasar nasional, sementara korporasi besar asing dan domestik menguasai 80%.<br />Pasar rakyat, yang selama ini menjadi tempat bagi ekonomi mikro dan menengah memasarkan produknya, semakin terancam oleh ekspansi peritel raksasa modern, seperti Carrefour, Giant, Hypermart, 7-eleven, Circle K, Lotte Mart, dan lain-lain. Peritel modern didukung oleh modal yang lebih besar, fasilitas, tekonologi, dan ruang yang strategis, sementara pasar rakyat identik dengan kumuh, semrawut, dan bau kurang sedap.<br />Jika pasar rakyat hancur, maka hal itu akan membawa konsekuensi luas, yaitu, pertama, menghancurkan produsen kecil, khususnya produk petani dan usaha kecil (mikro dan menengah), dan kedua, menyulitkan konsumen klas menengah ke bawah.<br />Penguasaan asing terhadap perbankan<br />Sejak UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan di berlakukan, sebagian besar perbankan nasional sudah jatuh ke tangan asing, yaitu antara 65%-70%. UU perbankan ini, yang memperbolehkan kepemilikan asing terhadap bank lokal hingga 99%, adalah salah satu UU perbankan paling liberal di dunia.<br />Sebut saja, misalnya, Bank haga, Rabobank dan Hagakita (seluruh sahamnya dikuasai Rabobank Belanda, BTPN (71% sahamnya dikuasai Texas Paicific AS), Bank Permata (44,5% dikuasai Standard Chartered Inggris), SCB (seluruh sahamnya dikuasai Standard Chartered Inggris), Bank Panin (35% sahamnya dikuasai ANZ Bank Australia), BII (55,85% sahamnya dikuasai Maybank Malaysia), CIMB Niaga (60,38% sahamnya dikuasia CIMB group Malaysia), dan lain-lain.<br />Penguasaan asing terhadap perbankan nasional akan berdampak serius terhadap perekonomian nasional, yakni mempengaruhi aliran modal dan penyaluran kredit terhadap industri nasional.<br />Pada tahun 2010 ini, sebagaimana dibangga-banggakan pemerintah dan ekonom neoliberal, bahwa perbankan indonesia telah kebanjiran arus dana asing yang masuk (capital inflow), yang keberadaannya sangat bebas untuk masuk dan keluar kapan saja. Hal ini membuat cadangan devisa melonjak menjadi USD 92,75 miliar per akhir November 2010 yang bisa mencapai USD100 miliar pada akhir 2010.<br />Namun, tidak dapat dibantah bahwa pihak asing sudah mengusai lebih dari 60% kepemilikan di pasar modal, dan hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan ekonomi Indonesia di masa depan.<br />Alih-alih bahwa dana itu bisa memperkuat sektor real kita, arus dana asing itu malah berpotensi menjerumuskan perekonomian kita. Karena BI menganut sistem capital free flow, maka investor asing dapat dengan bebas mengambil keuntungan di Indonesia kapan saja. <br />Penumpukan utang luar negeri<br />Hanya lima tahun memerintah, berdasarkan catatan Buku Statistik Utang Indonesia yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), SBY berhasil menambah utang luar negeri Indonesia Rp300 triliun. Hingga bulan April 2010, total utang luar negeri Indonesia sudah menghampiri Rp2000 trilyun, atau setara dengan dua kali APBN kita.<br />Terakhir, bulan desember ini, SBY kembali menambah utang melalui ADB sebesar 200 juta US Dollar, dan katanya, ini akan dipergunakan untuk mendanai reformasi ekonomi di Indonesia.<br />Meski terjadi peningkatan utang yang sangat signifikan, tetapi pemerintah berusaha mengelak dengan menyatakan bahwa rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) telah menurun, yaitu dari 89 persen menjadi 32 persen.<br />Ada dua hal yang perlu dibantah terkait pernyataan pemerintah di atas: Pertama, Utang luar negeri tidak bisa dibandingkan dengan PDB. Sebab, PDB tidak mencerminkan produksi Indonesia, tetapi juga ada porsi asing yang besar di dalamnya. Peningkatan PDB bukan karena naiknya produktifitas nasional, melainkan karena aktivitas perusahaan atau bisnis pihak asing. Kedua, meskipun rasio utang terhadap PDB menurun, namun stock utang justru terus meningkat dalam empat tahun terakhir. Ada peningkatan stock utang sekitar 30% dalam lima tahun ini.<br />Persoalan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)<br />Bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri, tahun 2010 juga merupakan ‘tahun penderitaan”. Meskipun tahun-tahun sebelumnya TKI Indonesia memang sudah sangat menderita, tetapi pada tahun ini kasus kekerasan terhadap TKI telah mengundang kemarahan rakyat terhadap pemerintah.<br />Jika pada tahun-tahun sebelumnya kita mendengar kasus Nirmala Bonat dan Siti Hajar, maka tahun ini kita mendengar nasib yang lebih tragis dari dua TKW Indonesia, yaitu Sumiati dan Kikim Komalasari. <br />Berdasarkan catatan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu RI), pihaknya mempunyai catatan mengenai 4.532 laporan kasus terkait tenaga kerja Indonesia (TKI) selama 2010, yang sebagian besar adalah pelanggaran kontrak, beban kerja, jam kerja, pembayaran gaji, serta pelecehan seksual.<br />sementara Kepala Litbang Kemenkum HAM, Prof Dr Ramly Hutabarat SH, menyampaikan kepada peserta diskusi “Hubungan Bilateral Indonesia – Malaysia”, yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP UNS, bahwa sepanjang tahun 2010 saja, terjadi 3.835 kasus penganiayaan dan 2.500 kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan TKW.<br />Persoalan buruh migran, sebagaimana diterangkan dengan jelas sekali oleh Lenin, adalah juga persoalan imperialisme. Negara-negara imperialis telah memobilisasi pekerja-pekerja dari dunia ketiga untuk dipekerjakan pada sektor pekerjaan ber-upah rendah di negeri kapitalis maju, sekaligus untuk mengistimewakan pekerja tertentu di negeri imperialis.<br />Sementara itu, akibat dari praktek neoliberalisme dalam sepuluh tahun terakhir, sebagian besar rakyat kita, di desa dan di kota, telah kehilangan pekerjaan. Akhirnya, sebagian besar diantara mereka telah direkrut dan dikirim sebagai pekerja migran. Pendek kata, neoliberalisme punya andil besar dalam mengeksploitasi pekerja migran.<br />Kesimpulan: Sifat kolonialisme semakin mendominasi dalam perekonomian Indonesia<br />Kenyataan ekonomi pada tahun 2010 ini semakin mempertegas, bahwa sebagian besar ekonomi Indonesia telah dikuasai oleh kaum kapitalis besar asing, terutama kapitalis besar dari Amerika, Eropa, dan Jepang. Penguasaan itu meliputi bagian terbesar dari perusahaan industri, perdagangan, dan keuangan: bank-bank, pabrik-pabrik, tambang2, pengangkutan, perkebunan, dsb. <br />Dengan dikuasainya perbankan dan pasar modal (lebih dari 60%), maka pihak asing sudah mengontrol sebagian besar kapital di dalam negeri. Dan, dengan begitu pula, maka sebagian besar keuntungan dari aktivitas ekonomi di dalam negeri telah diangkut ke negeri-negeri imperialis. <br />Kecuali perusahaan-perusahaan kecil, seperti industri rokok, batik, tekstil, dan kerajinan tangan, hampir semua perusahaan yang besar pengaruhnya terhadap perekonomian nasional telah dipegang oleh pihak asing; a) perusahaan berteknik modern (elektronik, otomotif, dll), pabrik-pabrik besar (tekstil, garmen, makanan dan minuman, bijih besi, baja, logam, dll), perusahaan-perusahaan pertambangan (migas, batubara, emas, timah, dll). b) perusahaan alat-alat perhubungan dan telekomunikasi, seperti penerbangan, perusahaan telekomunikasi, stasiun penyiaran, dll. c) perusahaan bank dan asuransi.<br />Corak kolonial juga terlihat dalam penerimaan kas negara, yang sebagian besarnya didapatkan dari pajak, baik langsung maupun tidak langsung. Bahkan, hampir seluruh aktivitas ekonomis rakyat telah dikenakan pajak.<br />Orang-orang melarat dan para penganggur, meskipun berusaha disembunyikan dengan memanipulasi angka statistik, tetapi terlihat jelas berkeliaran di kota-kota besar untuk mencari makan dan pekerjaan. Mereka tidur di trotoar, di kolong-kolong jembatan, emperan toko, dan gerobak-gerobak. Di Jakarta, ada yang disebut dengan “manusia gerobak”, yaitu orang miskin yang sudah tak punya rumah dan keluarganya tinggal di gerobak yang dibawanya kemana-mana. <br />Tidak salah kemudian jika ada yang menyebut bahwa tahun 2010 sebagai tahun “menuju kebangkrutan”. Meskipun akhirnya banyak perusahaan nasional yang tumbang, tetapi situasi itu telah melahirkan sentimen nasionalisme dan anti-penjajahan yang semakin kuat.<br /><br />Sumber:berdikarionline.comUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-58599959283563140722010-12-27T22:31:00.001-08:002010-12-27T22:31:38.662-08:00Demokrasi DikampusKendala bagi perjuangan dilihat dengan sejauh mana perkembangan demokrasi baik dilingkungan keluarga maupun social. Alangkah tidak bagusnya, kejadian terhadap tidak terlaksana demokrasi banyak terjadi dilingkungan kampus. Padahal diketahui, merupakan tempat untuk menempuh pendidikan yang harus lebih banyak bicara demokrasi.<br />Misalnya saja, apa yang terjadi di papua, pemukulan oleh dosen di Universitas Yayasan Pendidikan Islam (Yapis) Jayapura, Papua, terhadap ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Kasus pemukulan terjadi saat itu enam orang Mahasiswa UNIMED yang berencana ingin mengadakan aksi demonstrasi di Kampus dan lainnya. Lantas apa yang dilakukan pihak birokrasi yang berada dikampus dengan label intelektualnya, semuanya hanya omongan belaka yang hanya menciderai demokrasi dan pendukung kekeran.<br />Beberapa pihak dikampus menuding tidak stabilnya kampus dikarenakan, sejumlah perguruan tinggi belakangan ini ditengarai menjadi lahan subur bagi tumbuhnya gerakan mahasiswa dengan basis ideologi, tidak saja yang berhaluan kanan, tetapi juga yang berhaluan kiri. Sehingga ini dianggap berbahaya dan potensi kekerasan jauh lebih mudah muncul.<br />Disamping itu, pelarangan aktivitas politik dikampus meningkat pesat, dimana sampai saat ini masih banyak organisasi dilarang melakukan aktivitas dikampus, sementara bagi organisasi yang sifatnya tidak bersebrangan dengan kepentingan birokrasi tumbuh dengan fasilitas yang mapan.<br />Selain itu, pelemahan yang dialami juga bagi pengiat jurnalis (pers kampus), dimana media yang ada dikampus yang belum merata dan masih dalam control pihak rektorat. Sehingga pemberitaannya pun hampirnya seluruhnya terkendala, tidak sesuai dengan apa terjadi dilapangan.<br />Seharusnya ada komitmen bersama di setiap kampus untuk selalu mengedepankan prestasi dan karya, dengan membangun kultur akademik yang baik. Pola pikir mahasiswa pun harus berubah dengan menanamkan keyakinan bahwa kekuatan ide merupakan hal yang luar biasa.<br /> Sehingga segala bentuk kekeran yang ada dikampus harus dihapuskan yang hanya menghambat budaya intelektual dengan berkembangnya diskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan.<br />Segala bentuk perbedaan ideology bukanlah suatu proses yang melatabelakangi kekerasan akan tetapi lebih kepada menumbuhkan daya kritis mahasiswa dalam menanggapi persoalan kuliah dan social yang cenderung hilang akibat kuatnya arus neoliberalisme pendidikan.<br />Tujuan mahasiswa, bagaimana mendapatkan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan sejaumana prakteknya demi kemajuan bangsa dan tugasnya dosen seharusnya membimbing bukan mendorong kejurang kehancuran.<br />Kemudian harus ada blok politik yang mengkampanyekan bahaya liberalisasi kampus, baik dalam bentuk pergaulan maupun mata kuliah yang membuat keluaran kampus cenderung pragmatis dalam menyingkapi hidup.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-21923386669095380592010-12-27T09:55:00.000-08:002010-12-27T10:02:41.577-08:00Catatan Akhir Tahun 2010 (Sosial Dan Budaya)Dalam usahanya memperkuat penjajahan di bidang politik dan ekonomi, sebagaimana sudah dijelaskan dalam catatan akhir tahun sebelumnya, pihak imperialis telah berusaha keras untuk menghancurkan jiwa dan karakter bangsa Indonesia. <br />Dengan mengobrak-abrik kehidupan sosial dan budaya, kaum imperialis percaya bahwa bangsa Indonesia tidak punya lagi kebanggan nasional, tidak punya lagi jiwa dan karakter sebagai sebuah bangsa, dan dengan demikian, sangat mudah untuk dipecah-belah dan dihancurkan. <br />Perjalanan bangsa selama setahun ini, tahun 2010, membenarkan hal itu, bahwa penetrasi imperialis paling nyata juga terjadi di lapangan sosial-budaya, yang ditandai dengan semakin tergerusnya martabat dan kehormatan bangsa kita.<br />Memproduksi Manusia Bermental Inlander<br />“Pada waktu itu kaum Bumiputra diinjak, diperas dan diambil kekuatan dan uangnya. Akan tetapi, bumiputera (lebih-lebih bangsa Jawa) yang biasa membedakan orang tinggi dan rendah, memandang bangsa Belanda sebagai bangsa yang tinggi….Mulai itu, mulai belanda disangka patut dihormati,” demikian ditulis Mas Marco Kartodikromo, seorang pejuang anti-kolonial Indonesia.<br />Pernyataan Mas Marco ini sangat tepat menyindir manusia-manusia baru di Indonesia, terutama mereka kaum intelektual dan kalangan elit, yang suka sekali memuji-muji keunggulan barat di luar batas. <br />Ini juga terlihat jelas di sebagian besar elit politik kita dan kelas menengah hasil didikan barat, khususnya kaum intelektual, yang cakrawala berfikirnya sangat disesaki ketundukan terhadap apa yang disebut “keunggulan barat”.<br />Mereka pula yang menjadi arsitek kebijakan neoliberal di Indonesia, menjadi pembela setianya, dan sekaligus kelompok sosial yang menikmati “keuntungan” dari proyek neoliberalisme di Indonesia. <br />Kapitalisme dan imperialisme memang berkepentingan untuk menciptakan perasaan inferior, rendah diri, perasaan tidak mampu kepada rakyat jajahan, agar mereka tidak pernah bertindak merdeka dan bebas dari kunkungan penjajah. Anehnya, perasaan inferior ini justru sangat mudah merasuknya di kalangan sebagian intelektual, yang selama ini dianggap sebagai kelompok tercerahkan. <br />Mereka pula yang paling berkontribusi dalam merusak bahasa nasional kita, yaitu bahasa Indonesia, dengan meluaskan penggunaan bahasa inggris dalam alam pergaulan mereka.<br />Mereka pula yang paling antusias, dan atas dukungan media massa yang dikontrolnya, mengelu-ngelukan kedatangan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, presiden negeri imperialis terbesar di dunia. Pantas saja mereka begitu gegap gempita menyambut obama, karena memang “way of life” mereka adalah Amerika.<br />Para inlander ini pula yang banyak bekerja untuk melayani kepentingn asing, seperti di lembaga-lembaga imperialis asing (USAID, Bank Dunia, dll), LSM/NGO pro-imperialis, dan perusahaan-perusahaan asing. Bahkan, tidak sedikit diantara kaum intelektual yang menjadi juru-bicara kepentingan imperialisme di Indonesia.<br />Menguatnya Pertikaian SARA<br />Tidak cukup dengan merusak mental dan jiwa bangsa Indonesia, kaum imperialis juga berusaha menghancurkan persatuan nasional, yaitu dengan memicu pertikaian suku, agama, dan ras di berbagai tempat.<br />Beberapa kejadian tahun ini cukup menyakiti perasaan nasional sebagai bangsa yang berlandaskan pada “bhineka tunggal ika”. Sebut saja, diantaranya, kasus penutupan gereja di berbagai kota, penyerangan terhadap jemaat HKBP, penyerangan terhadap jemaah ahmadiyah, dan penurunan patung budha di tanjung Balai.<br />Kelompok radikal kanan, misalnya Front Pembela Islam (FPI), menjadi salah satu tangan yang dipergunakan kaum imperialis untuk mengusik semangat “bhineka tunggal ika”. Meskipun organisasi seperti FPI dan radikal kanan lainnya sering mempergunakan sentimen anti-asing, namun tindakan politik mereka justru merusak persatuan nasional bangsa kita. <br />Selain itu, kerusuhan berbau SARA juga meletus di berbagai tempat, khususnya yang terjadi di Tarakan, Kalimantan Timur. Konflik-konflik horizontal juga mewarnai perjalanan bangsa kita dalam setahun ini. Konflik-konflik horizontal ini semakin dimungkinkan karena dipanas-panasi oleh ormas-ormas reaksioner. <br />Pendidikan dan Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)<br />Meskipun persoalan putus sekolah sudah menjadi sorotan setiap tahun, namun pemerintah tetap saja tidak bisa mengatasi persoalan ini di tahun 2010 ini. Menurut catatan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010, terdapat 13 juta anak Indonesia yang terancam putus sekolah.<br />Anehnya, kendati pemerintah mengklaim telah menggratiskan biaya pendidikan untuk anak SD sampai SMP, tetapi kenyataannya para siswa justru dibebani begitu banyak biaya tambahan. Inilah mengapa banyak orang yang menyebut program pendidikan gratis SBY sebagai “gratis bohong-bohongan”.<br />Disamping itu, sampai tahun 2010 ini, masih ada siswa SD/SMP di Indonesia yang belajar dengan melantai, atau juga belajar di bawah kondisi ruangan yang buruk dan terancam roboh. Selain anggaran pendidikan yang sangat minim, situasi ini diperparah oleh praktik korupsi di dinas pendidikan. <br />Di tingkat pendidikan tinggi, para mahasiswa sedang berjuang keras melawan kenaikan biaya pendidikan akibat kebijakan neoliberalisme. Isu paling disoroti mahasiswa masih persoalan UU Badan Hukum Pendidikan (BHP), yang isinya memang sangat berbau neoliberal.<br />Sudah begitu, mahasiswa juga diperhadapkan dengan pasar tenaga kerja yang fleksibel, yang ditandai dengan pemberlakuan sistim kerja kontrak dan outsourcing. Untuk diketahui, jumlah keluaran Universitas yang menganggur setiap tahunnya mencapai 60%, sedangkan yang terserap lapangan kerja hanya 37%.<br />Ada kecenderungan yang semakin nyata, bahwa neoliberalisme hendak mengembalikan sistim pendidikan Indonesia seperti jaman kolonialisme dulu, dimana pendidikan hanya diberikan kepada golongan tertentu dan keluarannya pun sekedar menjadi pelayan sistem yang sedang berkuasa.<br />Budaya Individualisme<br />Sementara itu, gempuran budaya asing juga menciptakan apa yang disebut oleh pelukis revolusioner, Amrus Natalsya, sebagai masyarakat “happy”. Masyarakat happy ini, sebagaimana diterangkan Amrus, dicirikan oleh kecenderungan orang berfikir untuk dirinya sendiri dan kurang memikirkan kepentingan kolektif (umum).<br />Jika dulu orang Indonesia dikenal dengan semangat “gotong royong” dan solidaritasnya, maka sekarang anda jangan berharap bisa menumpang di rumah orang lain ketika terhalang oleh hujan lebat. Jika dulu orang luar disambut oleh masyarakat dengan tangan terbuka dan bersahabat, maka sekarang mereka disambut dengan rasa curiga dan bermusuhan: tudingan teroris, pengacau keamanan, dan sebagainya.<br />Ada banyak kejadian mengharukan di tahun 2010 ini, seperti ibu yang rela membunuh anaknya, bunuh diri secara mengenaskan, dan lain sebagainya, menjelaskan bahwa solidaritas dan kerjasama di kalangan rakyat sudah menipis. Beban seorang tetangga tidak lagi dirasa sebagai beban kita pula. <br />Budaya individualisme, terutama sekali, dipasokkan dan disebarluaskan oleh kalangan atas dan klas menengah. Mereka suka berkumpul dan berasosiasi berdasarkan hobby dan kesenangan mereka, sangat jarang asosiasi atau acara kumpul-kumpul sebagai sesama tetangga atau warga masyarakat.<br />Konsumerisme, misalnya, sangat berperan dalam menghancurkan budaya solidaritas, dan memaksakan setiap individu untuk memaksakan pencarian sumber-sumber keuangan untuk menopang belanjanya. Orang dipaksa dengan biaya hidup dan konsumsi yang tinggi, entah dengan utang ataupun menjual diri, sehingga berdampak pada kerusakan moral dan nilai kolektivitas.<br />Jika dicermati dalam laporan perbankan, kredit konsumsi malah tumbuh lebih pesat dibandingkan kredit modal kerja (KMK), dimana kredit konsumsi tumbuh 22,7% sedangkan kredit modal kerja hanya 20,1%. Ini dapat diartikan pula, bahwa orang indonesia lebih suka makan dan belanja ketimbang berproduksi. <br />Gempuran kebudayaan imperialis, terutama melalui iklan hingga film-filmnya, telah membius ratusan juta kaum muda kita, sehingga di kepala mereka hanya soal bagaimana berbelanja dan mengkonsumsi barang-barang terbaru. <br />Mereka bukan saja menciptakan ketergantungan rakyat terhadap barang impor dari negeri imperialis, lalu menghancurkan perekonomian nasional, tetapi juga membuat kebudayaan rakyat kita menjadi tidak produktif.<br />Perkembangan Olahraga<br />Praktek neoliberalisme, yang menghendaki segalanya membawa keuntungan (profit), turut berkontribusi negatif terhadap prestasi olahraga nasional, disamping karena praktik korupsi dan nepotisme di kubu pengurus cabang olahraga. <br />Di ajang perhelatan akbar Asian Games XVI di Guangzhou, Tiongkok, kontingen Indonesia hanya membawa pulang empat medali emas, sembilan perak, dan 13 perunggu. Ironisnya lagi, tiga dari empat emas Indonesia berasal dari cabang perahu naga yang sempat nyaris tidak diberangkatkan. Hasil ini sangat jauh dibawah prestasi negara tetangga, Malaysia dan Thailand.<br />Cabang Bulu tangkis, yang dulu pernah mengantarkan nama Indonesia di panggung internasional, juga sudah merosot. Di ajang piala Thomas 2010 di Malaysia, bulan Mei lalu, Indonesia gagal meraih juara setelah dikandaskan oleh Tiongkok dengan skor telak:0-3. <br />Meski begitu, Indonesia boleh tersenyum dengan prestasi pemuda-pemudi Indonesia di cabang olahraga angkat besi, yang berhasil menyumbangkan medali emas dalam kejuaraan dunia dan medali perak di Asian Games XVI.<br />Dan, setitik harapan kini sedang ditunggu-tunggu bangsa Indonesia dari ajang sepak bola di piala AFF Zuzuki 2010, dimana sekarang ini Indonesia sedang berlaga di final melawan Malaysia. Keperkasaan Indonesia di laga awal bukan saja menaikkan optimisme kebangkitan sepak bola, tetapi juga membangkitkan kembali “nasionalisme Indonesia” yang sedang terpuruk.<br />Sayang sekali, dalam laga pertama final piala AFF di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, kesebalasan Indonesia ditekuk 0-3. Sebagian orang menganggap bahwa kekalahan ini akan mengakhiri efhouria nasionalisme, sementara yang lain memaki-maki politik pencitraan dan gaya bombastis media dalam menceritakan Timnas.<br />Namun, satu hal yang tidak dapat ditutupi, bahwa rakyat Indonesia sangat merindukan sebuah prestasi, bukan saja untuk mengangkat nama baik persepak-bolaan Indonesia tetapi juga untuk menyakinkan bahwa bangsa Indonesia masih bisa bangkit.<br />Perkembangan Seni-Budaya<br />Berita mengenai kriminalisasi KPK telah menyulut kemarahan rakyat di mana-mana, termasuk para pekerja seni. Mengawali tahun 2010, kaum seniman berpartisipasi dalam berbagai panggung seni mengecam korupsi dan menuntut skandal bank century segera dituntaskan.<br />Slank, salah satu group musik yang paling tegas menentang korupsi, mendapat cekal dari pihak berwajib dan baru dibolehkan konser pasca tanggal 2 Januari 2010. Sementara di bulan Februari, pemusik balada Indonesia, Iwan Fals, menggelar konser bertajuk “keseimbangan”, yang tidak lain dan tidak bukan juga merupakan judul album yang diluncurkannya.<br />Pada bulan Mei 2010, dunia perfilm-an Indonesia menghasilkan karya yang cukup inspiratif, yaitu film ‘Indonesia Tanah Air Beta, yang dikaryakan oleh Ari Sihasale. Film ini menceritakan kehidupan sosial-politik masyarakat pro-NKRI pasca referendum di perbatasan Indonesia-Timor Leste tahun 1999. <br />Kemudian, sutradara muda Hanung Bramangtyo memproduksi film berjudul “Sang Pencerah”, yang menceritakan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam melakukan reformasi di dalam islam. <br />Dan, pada bulan Agustus, film kedua dari trilogi Merdeka, yaitu “Darah Garuda” diluncurkan menjelang peringatan HUT Kemerdekaan, sekaligus menjadi film perjuangan satu-satunya dalam beberapa tahun terakhir.<br />Meskipun begitu, jumlah film-film yang berbicara patriotisme, nasionalisme, ataupun kemanusiaan masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan film-film yang merusak mental dan karakter bangsa kita; film porno, film horor, film percintaan, dan lain sebagainya. <br />Film, lagu-lagu, majalah, tarian-tarian masih didominasi oleh kebudayaan imperialis, yang bersifat cabul, membodohi, dan merusak moral rakyat. Lihatlah bagaimana kasus video porno Ariel dan Luna Maya mendominasi pembicaraan sepanjang tahun ini.<br />Kemudian, akibat kehancuran karakter dan mental bangsa kita, karya-karya yang tidak mempunyai mutu sama sekali, seperti Sinta-Jojo dengan “Keong Racun-nya”, bisa meluncur cepat menjadi selebriti. <br />Begitu pula dengan film yang sangat melecehkan nasionalisme dan patriotisme pahlawan, yaitu “Laskar Pemimpi”, menjelaskan betapa rendah nasionalisme dan tidak bermutunya gagasan pekerja film. Mereka menggunakan segala macam cara untuk mencari popularitas, termasuk dengan melecehkan perjuangan bangsa.<br />Pada bulan Agustus, para pekerja seni yang tergabung dalam Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) menggelar festival kemerdekaan, yang berlangsung selama sebulan penuh. Acara diiisi dengan diskusi, pameran lukisan, pementasan seni, pemutaran film, dan pengumpulan karya tulis mengenai perjuangan kemerdekaan.<br />Sampai akhir tahun 2010 ini, lapangan seni dan budaya kita masih terdominasi oleh kebudayaan asing, yang pada umumnya menawarkan apatisme, nihilisme, eksistensialisme, dan individualisme.<br />Sementara kebudayaan nasional, yang kata Pramoedya Ananta Toer, berakar pada kebudayaan daerah dan media baru yang diberikan dunia modern, semakin tersingkirkan dari panggung kebudayaan. Tidak seluruhnya memang, karena masih ada pekerja budaya yang tetap berjuang keras menyelamatkan kebudayaan rakyat ini. <br />Karya-karya literatur juga mengalami perkembangan signifikan, terutama penerbitan literatur progressif revolusioner. Orang dengan mudah dapat menerbitkan buku sekarang ini, bahkan temanya pun cenderung dilonggarkan. <br />Apalagi, sebagai hasil perjuangan keras para penulis dan intelektual progressif, maka Undang-undang Nomor 4/PNPS/1963 yang memberikan kewenangan Kejaksaan Agung untuk melarang peredaran buku, telah dicabut Mahkamah Konstitusi (MK).<br />Kesimpulan: Penghancuran sosial-budaya untuk menaklukkan bangsa<br />Untuk melapangkan jalan penjajahan, neoliberalisme telah menargetkan penghancuran terhadap kehidupan sosial dan budaya. <br />Di lapangan kehidupan sosial, neoliberalisme telah mengubah masyarakat menjadi atom-atom yang terpisah satu sama lain, yang merasakan demoralisasi dan secara sosial tidak berdaya.<br />Di tengah kemiskinan dan kesenjangan sosial yang sangat lebar, masyarakat yang sudah tidak berdaya ini dikonflikkan satu sama lain, bahkan terkadang dengan membakar sentimen etnis, pribumi dan pendatang, agama, dan lain-lain.<br />Kesemuanya ini menjelaskan kepada kita, bahwa neoliberalisme bukan sekedar ideologi tentang penjarahan sumber daya alam dan pemiskinan, tetapi juga sebuah ideologi yang mengubah manusia menjadi “pasif, nihilis, dan tidak berdaya”. Masyarakat yang terfragmentasi ini, pada gilirannya, akan sulit mengejar kepentingan-kepentingan sosialnya, apalagi berbicara soal kepentingan nasionalnya. <br />Untuk menjajah jiwa dan kepribadian, Neoliberalisme memiliki sebuah pedang dengan kedua sisinya yang sangat tajam; individualisme dan konsumtivisme. Individualisme disebarkan melalui pola dan gaya hidup, dan metode fragmentasi sosial; proses penghancuran bentuk-bentuk kolektifisme dan komunalitas. Konsumtifisme juga demikian, dia menyerang sel-sel otak kira bagaikan virus mematikan. <br />Dengan demikian, terjadilah seperti apa yang dikatakan ahli linguistik Amerika, Noam Chomsky, bahwa neoliberalisme menciptakan manusia seperti kawanan gembala yang dapat dibawa kemanapun. <br />Dengan demikian, kami dapat menyimpulkan bahwa penghancuran sosial-budaya merupakan bagian dari proyek “penghancuran bangsa”, dan demikian, para kolonialis merasa yakin untuk berkuasa lebih lama lagi.<br /><br />Sumber:berdikarionlineUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-82515308194974341092010-10-12T03:34:00.000-07:002011-01-21T00:24:01.090-08:00Mahasiswa: Sektor Pertambangan Milik PublikDi sejumlah daerah mahasiswa berunjuk rasa, mereka menuntut agar sektor pertambangan diubah kepemilikannya, dikelola secara publik.<br /><br />Pertambangan yang ada di Indonesia memang banyak akan tetapi kenapa kemiskinan semakin meningkat. Inilah masalah yang dihadapi, makanya pertambangan harus diurus oleh negara.<br /><br />Puluhan mahasiswa ini yang menamakan diri Gerakan Mahasiswa Aceh, melakukan unjuk rasa di depan kantor Gubernur Aceh, mereka menilai, penambangan biji besi sudah lama dibuka selama 3 tahun, namun tidak dinikmati masyarakat disekitar penambangan.<br /> <br />Selain itu, pencemaran lingkungan tidak ditanggung pihak perusahaan yang mengakibatkan air sumur menjadi keruh, kata Iskandar.<br /><br />Gubernur tidak memperhatikan kebutuhan rakyat Aceh, seharus berani untuk menekan pengusaha yang nakal, berbuat seenak saja. (An)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3295311860102630139.post-82599277263661414872010-10-11T13:52:00.000-07:002011-01-21T00:24:01.091-08:00BEM Unmul, Transparansi dana kampusSekitar 70-an mahasiswa yang mengatasnamakan BEM Unmul, berunjuk rasa dikampusnya di jalan Kampus Gunung Kelua,Samarinda, Kalimantan Timur. Mereka menuntut dana kampus yang selama ini tidak transparasi, apalagi dana yang dipungut dari mahasiswa.<br /><br />Pihak kampus, menarik dana 2 sampai 8 juta dari tiap fakultas yang tidak diketahu alokasi anggaran itu. Katanya dana pengembangan untuk fakultas tetapi sama sekali tidak ada perubahan yang dinikmati mahasiswa, kata Ismoyo, Presiden BEM Unmul.<br /><br />Mereka melakukan orasi di depan pintu GOR 27 september dan membagikan selebaran yang bertuliskan rencana memboikot kampus, apabila mahasiswa tidak dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan kampus.<br /><br />Sengaja memilih hari, senin 11 oktober 2010 yang bertepatan dengan pelantikan rektor. Disamping itu, mereka juga memperlihatkan kepada menteri pendidikan yang datang hari ini, “inilah pendidikan kita yang mahal dan cenderung birokrasi korup”.<br />Hingga aksi ini berakhir, mereka tetap akan menuntut hingga dana dan keterlibatan mahasiswa untuk persoalan kebijakan tetap akan dikawal. (An)Unknownnoreply@blogger.com0